Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Jalan Lurus Para Salafus Shalih

Jumat, 14 November 2025 | 09:58 WIB Last Updated 2025-11-14T02:58:39Z
TintaSiyasi.id -- Pendahuluan: Jalan yang Teruji oleh Waktu
“Inilah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan lain yang mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.”
(QS. Al-An’am: 153).

Jalan lurus (ash-shirath al-mustaqim) bukanlah sekadar arah hidup, tetapi warisan agung dari generasi terbaik umat ini. As-Salafus Shalih, yaitu para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in. Mereka bukan sekadar tokoh sejarah, melainkan teladan abadi dalam ilmu, amal, dan akhlak. Mereka berjalan di atas kebenaran dengan hati yang bersih, ilmu yang jernih, dan amal yang tulus.

1. Ciri Pertama: Keikhlasan yang Murni

Para salaf memulai setiap langkah dengan niat yang lurus. Ikhlas karena Allah semata.
Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata:
“Amal yang paling ikhlas dan paling benar, itulah yang diterima oleh Allah. Amal yang ikhlas tapi tidak benar, tertolak. Amal yang benar tapi tidak ikhlas, tertolak.”

Mereka mengajarkan bahwa amal besar tanpa keikhlasan hanyalah debu. Sedangkan amal kecil dengan hati yang ikhlas, menjadi cahaya di sisi Allah.

2. Ciri Kedua: Ilmu Sebelum Amal

Imam Al-Bukhari menulis dalam Shahih-nya, “Bab: Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan.”
Para salaf menuntut ilmu bukan untuk debat atau status sosial, melainkan sebagai bekal menuju Allah.

Imam Ahmad bin Hanbal pernah berjalan jauh hanya untuk satu hadis. Imam Asy-Syafi’i hafal ribuan dalil sebelum usia muda. Mereka hidup dengan prinsip:

“Barang siapa menginginkan dunia, hendaklah ia berilmu. Barang siapa menginginkan akhirat, hendaklah ia berilmu. Dan barang siapa menginginkan keduanya, hendaklah ia berilmu.”

Ilmu bagi mereka bukan sekadar pengetahuan, tetapi cahaya yang menerangi hati dan menggerakkan amal.

3. Ciri Ketiga: Zuhud dan Tawakal

Para salaf hidup sederhana bukan karena miskin, tetapi karena hati mereka tidak terikat dengan dunia.
Imam Hasan Al-Bashri berkata:
“Zuhud bukan berarti kamu tidak memiliki harta, tetapi zuhud adalah ketika harta tidak menguasai hatimu.”

Mereka mengajarkan keseimbangan, yaitu bekerja keras tanpa terikat hasil, berusaha sungguh-sungguh sambil menyerahkan segalanya kepada Allah. Dunia di tangan mereka, tetapi akhirat di hati mereka.

4. Ciri Keempat: Akhlak dan Kasih Sayang

Salah satu keindahan jalan salaf adalah kelembutan dan kasih sayang mereka terhadap sesama.
Mereka mengingat sabda Nabi Saw.
“Tidak sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari & Muslim). 

Dalam ilmu, mereka tegas terhadap kesalahan, tetapi lembut terhadap manusia. Dalam dakwah, mereka menasihati dengan hikmah dan kasih, bukan dengan celaan dan kebencian.

5. Ciri Kelima: Istiqamah di Jalan Kebenaran

Jalan salaf bukan jalan mudah. Penuh ujian, fitnah, dan godaan. Namun, mereka tetap teguh.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami adalah Allah,’ kemudian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (mengatakan): Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih…”
(QS. Fussilat: 30).

Mereka tidak mencari popularitas, tidak takut kehilangan pengikut, dan tidak goyah oleh celaan manusia. Keteguhan mereka bersumber dari keyakinan akan janji Allah.

Penutup: Menapaki Jalan yang Sama

Menjadi salafi sejati bukan dengan klaim atau gelar, tetapi dengan menapaki jejak mereka dalam amal, ilmu, dan akhlak.

Jalan lurus para salaf bukan jalan yang baru. Ia adalah jalan kenabian, jalan yang penuh cahaya, jalan yang memurnikan niat dan menenangkan jiwa.

“Barang siapa yang hidup di atas sunnah, maka ia hidup di atas ilmu. Barang siapa mati di atas sunnah, maka ia mati dalam keselamatan.”
(Imam Al-Auza’i). 

Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update