Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Pahlawan Umat Islam Dulu dan Kini

Sabtu, 08 November 2025 | 06:00 WIB Last Updated 2025-11-07T23:00:40Z

Tintasiyasi.id.com -- Hari pahlawan nasional yang diperingati setiap tanggal 10 November bertujuan mengingatkan kita pada perjuangan para pahlawan dalam memerdekakan negeri ini dari penjajahan. Tanggal 10 November merupakan Pertempuran Surabaya yang termasuk salah satu pertempuran terbesar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. 

Namun sebelum itu, setiap tgl 23 Oktober diperingati sebagai hari santri yang diharapkan dapat mengingatkan kita pada perjuangan para santri dimasa penjajahan dulu.

Sejarah mengungkapkan perjuangan para santri mengusir penjajahan dengan semangat jihad yang dipimpin oleh para ulama. Kita mengenal Pangeran Diponegoro yang memimpin Perang Jawa dengan strategi 'gerilya'nya. 

Beliau menyatukan kekuatan prajurit dengan masyarakat termasuk didalamnya para santri. Begitu juga dengan sosok pahlawan yang lainnya seperti Teuku Umar di Aceh dan Pangeran Antasari di Banjar. 

Sekarang negeri ini tidak lagi dijajah secara fisik sehingga tidak membutuhkan perjuangan sebagaimana pada masa dahulu. Namun bukan berarti negeri ini sudah merdeka sepenuhnya. Penjajahan modern tidak lagi menggunakan meriam tapi menggunakan ide atau pemikiran yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia, seperti: agama, ekonomi, hukum, pendidikan, sosial dan budaya. 

Penjajahan model ini lebih berbahaya daripada penjajahan secara fisik karena tidak terasa meracuni pemikiran umat Islam bahkan tanpa disadari bisa sampai menjadikan mereka kafir. 

Adapun ide yang sedang menyerang umat Islam hari ini ialah ide sekulerisme, yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Ide ini lahir dari sejarah kelam bangsa Eropa yang dikuasai oleh para raja zalim. Mereka bekerjasama dengan para pemuka agama (pastor /pendeta) untuk menetapkan pajak yang tinggi atas nama agama. 

Para pemuka agama tersebut mengatasnamakan diri mereka sebagai utusan Tuhan yang harus dipatuhi. Hal ini mengakibatkan penderitaan pada masyarakat sehingga para cendekiawan menolak ketetapan tersebut. 

Maka, terjadilah kompromi antara pemuka agama dengan para cendekiawan yang menghasilkan pemikiran sekulerisme, yaitu memisahkan agama dari aturan kehidupan. Jadi untuk urusan penetapan pajak, para cendekiawan yang menetapkan. Termasuk urusan pemerintahan/kekuasaan, para pemuka agama tidak boleh ikut campur.

Dalam ajaran Islam tidak ada pemisahan aturan agama dari kehidupan. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sebagai nabi memberikan teladan dalam semua aspek kehidupan, mulai dari kehidupan pribadi sebagai hamba Allah, anggota keluarga, bagian dari masyarakat hingga bagian dari manusia yang ada di seluruh dunia. 

Akidah Islam memancarkan peraturan hidup yang sesuai dengan fitrah manusia sehingga bisa diterapkan oleh siapapun dan dimanapun serta kapanpun. Artinya bahwa aturan Islam yang diterapkan secara benar sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam akan mendatangkan Rahmat bagi kehidupan.

Hal ini pernah terjadi ketika Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menjadi pemimpin masyarakat Madinah yang merupakan negara Islam yang pertama. Apa yang disebutkan dalam surat Al A'raf :96 menjadi kenyataan. Allah SWT berfirman yang artinya: 

"Dan sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka Rahmat dari langit dan bumi...". Juga firman Allah SWT dalam surat Al Anbiya:107 yang artinya: "Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) kecuali menjadi Rahmat bagi seluruh alam."

Hari ini yang terjadi justru sebaliknya. Jangankan alam, manusia bahkan kaum muslimin sendiri tidak merasakan Rahmatnya Islam. Hal ini disebabkan karena aturan Islam tidak diterapkan pada seluruh aspek kehidupan sehingga penderitaan dan kezaliman terjadi di seluruh dunia. 

Palestina dijajah secara fisik oleh zionis Israel, Suriah dan Sudan berkecamuk perang internal yang dipropagandakan oleh asing, Indonesia krisis multidimensi karena penjajahan pemikiran kapitalis-sekuler yang dipropagandakan oleh Barat. 

Mulai dari krisis moneter sampai krisis moral. Masyarakat banyak yang terlibat utang riba, baik melalui pinjaman bank maupun pinjaman online (pinjol). Sikap murid yang tidak menghormati guru, perilaku asusila yang dilakukan guru kepada murid hingga aksi bunuh diri yang dilakukan murid di lingkungan sekolah. 

Keadaan kita sekarang sebenarnya belum merdeka. Maka dari itu semua komponen masyarakat termasuk para santri harus menyadari kondisi ini dan berupaya untuk bangkit melakukan perjuangan melawan penjajahan. Membersihkan pemikiran masyarakat dari sekulerisme dan menggantinya dengan pemikiran Islam yang cemerlang, mengarahkan kepada petunjuk untuk keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman yang artinya: 

"Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh baginya kehidupan yang sempit dan pada hari kiamat akan Kami bangkitkan mereka dalam keadaan buta." (QS. Taha:124). Wallahu a'lam bishshawwab.[]

Oleh: Aprilina 
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update