Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Fatherless Bukan Hanya Masalah Rumah, tetapi Terkait Sistem

Jumat, 14 November 2025 | 18:03 WIB Last Updated 2025-11-14T11:03:01Z

TintaSiyasi.id -- Pemerhati Keluarga dan Generasi Ustazah Dedeh Wahidah menyatakan bahwa fatherless bukan hanya masalah rumah, namun terkait dengan masalah sistem.

 

"Akar masalahnya ada pada sistem. Karena itu maka solusinya, jalan keluarnya, jelas harus integral. Keluarga butuh ayah yang hadir, dan ayah butuh negara yang menopangnya," ujarnya dalam kanal YouTube An-Nisaa berjudul Anak Tanpa Sosok Ayah, Akankah Terwujud Generasi Khairu Ummah?, Senin (03/11/2025).

 

Ia menjelaskan, fenomena fatherless, yakni kehilangan sosok ayah dalam keluarga, ada dua keadaan. “Pertama, ada memang seorang ayah itu telah tiada kerana penceraian atau meninggal. Kedua, memang ayah itu ada namun keberadaannya tidak dirasakan oleh anak,” ulasnya.

 

"Yang kedua ini, ada ayah tetapi layaknya tidak hadir. Jadi keberadaan ayah tidak dirasakan oleh anak,” lugasnya.

 

“Ayah hanya ada secara fisik, tetapi tidak secara peran. Fungsi dan tanggung jawab itu tidak ada. Ketika ayah tidak hadir ini akan berpengaruh kepada tumbuh kembang anak,” imbuhnya.

 

Ia menggambarkan bagaimana anak kehilangan sosok pemimpin, anak kehilangan seorang pendidik, sehingga anak akan dididik oleh pihak lain.

 

“Kemudian anak kehilangan kasih sayang, perhatian, tidak ada panutan, tidak ada sosok teladan yang baik bagi anak," jelasnya.

 

Ustazah Dedeh menerangkan, ada pengaruh eksternal (sistem) yang menyebabkan seorang ayah tidak bisa menjalankan tanggung jawab dan kewajiban sebagai seorang pemimpin keluarga.

 

"Kehidupan kita sekarang di kuasai oleh kapitalisme sekularisme, di mana melahirkan tekanan-tekanan hidup. Ketika negara tidak hadir sebagai pelindung, sebagai penjamin terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan rakyatnya seperti butuhan komunal, kesehatan, pendidikan, dan keamanan semua itu dibebankan kepada keluarga, kepada sosok ayah yang harus mencari nafkah, berjibaku untuk memenuhi kebutuhan yang sebenarnya itu harus dijamin oleh negara," imbuhnya.

 

Ia melanjutkan, ketika fokus seorang ayah itu lebih kepada perkerjaan, karena itu dianggap prioritas utama, wajar waktu ayah itu dihabiskan untuk mencari nafkah.

 

"Jadi ketika pulang ke rumah energinya sudah habis atau sudah melemah, yang ada dibenak dia ingin istirahat, kalau ngobrol hanya sekadar basa-basi, sehingga banyak keluarga yang hanya sekedar bersama-sama,” ujarnya.

 

“Mereka ada di dalam keluarga, di dalam rumah, tetapi ayahnya istirahat, anaknya main gadget, ibunya sibuk di dapur sehingga tidak ada komunikasi karena semua lelah," tambahnya.

 

Ia menyatakan, masalah berkaitan tekanan hidup ini juga masalah sistemis. “Harus hadir negara yang bertanggung jawab untuk memastikan para ayah tidak dibebani dengan urusan mencari nafkah,” bebernya.

 

"Negara harus memastikan seluruh kepala keluarga mempunyai perkerjaan dan bisa mendapatkan penghasilan yang layak untuk memenuhi keluarganya, sehingga dia punya kesempata dan waktu yang leluasa untuk memperhatikan anak-anaknya,” ucapnya.

 

“Negara seperti itu bukan negara yang mengedepankan materi, bukan negara kapitalisme, tetapi negara yang berbasis akidah, negara yang didasarkan kepada ketakwaan pada Allah Swt.. Negara di dalam Islam disebut khilafah," ujarnya.

 

Ia menerangkan, sementara belum ada negara khilafah, maka perlu ada solusi sementara yaitu menetapkan manajeman waktu efektif dan komitmen terhadap keluarga.

 

"Dalam tekanan dominasi kapitalisme, kita punya keterbatasan, kita memang sibuk bekerja, kita dibebani hal-hal yang sebenarnya bukan tanggung jawab kita, tetapi ayah harus punya waktu efektif dan harus tetap punya komitmen juga terhadap keluarga,” sarannya.

 

“Maka luangkan waktu untuk anak kita, walaupun kita sibuk, walaupun kita ada tanggung jawab yang lain, anak kita juga punya hak, anak kita wajib untuk diperhatikan dan mendapat pendidikan dari sosok seorang ayah," ujarnya.

 

Ia menyimpulkan, bagi seorang Muslim jadikan doa sebagai penguat agar para ayah terus kuat dalam menjalankan tanggung jawab kepada keluarganya.

 

"Kita diperintahkan untuk terus bermohon kepada Allah Swt. supaya menjadi orang tua yang bisa melaksanakan tanggung jawab sesuai dengan aturan Islam," simpulnya.[] Hidayah Muhammad

Opini

×
Berita Terbaru Update