Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Derita Gaza di Balik Sunyi Gencatan Senjata

Senin, 24 November 2025 | 19:46 WIB Last Updated 2025-11-24T12:46:28Z
TintaSiyasi.id -- Musim dingin yang melanda Jalur Gaza kembali memperburuk kehidupan para pengungsi yang masih tinggal di tenda pengungsian dan tenda darurat. Dikutip dari Antara News (21/11/2025), UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East) atau Badan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat melaporkan bahwa hujan deras dan cuaca ekstrem di Gaza menyebabkan banyak tenda terendam, sobek, bahkan roboh. Akibatnya, banyak keluarga yang berlindung di dalamnya harus menghadapi udara dingin tanpa perlindungan dan infrastruktur yang memadai. Di berbagai lokasi seperti Deir al-Balah hingga Khan Younis, para pengungsi mengalami kerusakan parah akibat angin kencang dan banjir yang menembus tenda-tenda yang sejak awal tidak layak menahan cuaca musim dingin.

Kondisi ini diperparah oleh blokade Israel yang tetap melarang masuknya material perlindungan penting seperti tenda baru dan rumah mobil, padahal kebutuhan darurat meningkat tajam seiring datangnya hujan. Di tengah situasi yang memburuk ini, otoritas kesehatan Gaza juga mencatat bahwa sejak gencatan senjata diberlakukan pada 10 Oktober, sebanyak 260 warga Palestina telah syahid dan lebih dari 630 lainnya mengalami luka-luka. Penderitaan semakin berat karena kehidupan warga terkekang oleh keberadaan “Garis Kuning”, yaitu batas beton yang dipasang pasukan Zionis Israel sebagai zona kontrol baru yang membatasi pergerakan dan ruang hidup warga Palestina, padahal gencatan senjata diklaim sedang berlaku.

Krisis kemanusiaan yang terus memburuk di Gaza menunjukkan satu hal penting, yaitu bahwa gencatan senjata yang selalu digemborkan nyatanya tidak menyentuh akar persoalan. Sebab, selama penjajahan yang dilakukan Zionis Israel tetap berlangsung, setiap jeda tembak hanya menjadi ruang sementara yang tidak menjamin keselamatan maupun kelangsungan hidup warga Palestina. Kondisi tenda yang roboh diterpa hujan, blokade material perlindungan, hingga banyaknya korban jiwa yang terus berjatuhan selama masa gencatan, memperlihatkan bahwa mekanisme yang disebut “gencatan senjata” tidak pernah benar-benar melindungi penduduk sipil. Berbagai solusi ala Barat—dari negosiasi hingga perjanjian jangka pendek—tidak menyelesaikan masalah, bahkan cenderung melanggengkan penjajahan.

Solusi yang ditawarkan saat ini, seperti gencatan senjata maupun solusi dua negara, tidak mampu menyentuh akar masalah warga Gaza. Dalam Islam, umat membutuhkan kepemimpinan yang benar-benar hadir sebagai pelindung, yaitu kekuatan yang mampu menghentikan penindasan. Gaza bukan hanya membutuhkan bantuan sesaat, tetapi pembebasan menyeluruh dari penjajahan yang telah berlangsung puluhan tahun. Karena itu, solusi utama bagi akar persoalan Gaza adalah mengakhiri penjajahan Zionis Yahudi melalui kekuatan yang seimbang, yaitu kekuatan militer umat Islam yang terorganisir.

Islam menetapkan bahwa jalan untuk mewujudkan hal tersebut adalah jihad, yaitu perjuangan bersenjata yang bertujuan meninggikan kalimat Allah dan menyingkirkan penghalang fisik yang menghalangi manusia hidup dengan aturan-Nya. Zionis Yahudi—yang saat ini didukung negara-negara besar—merupakan salah satu penghalang itu. Namun jihad tidak dapat dijalankan oleh individu atau kelompok kecil, melainkan harus berada di bawah kepemimpinan besar yang menyatukan umat, yaitu Khilafah Islamiyah. Khilafah adalah institusi kepemimpinan yang mengatur seluruh negeri-negeri Muslim dengan hukum Allah, sekaligus mengelola potensi mereka. Melalui Khilafah, umat memiliki kemampuan untuk menghadapi penjajahan dan membela saudara-saudaranya dari penindasan.

Alhasil, jihad dan khilafah adalah solusi hakiki bagi Palestina. Dua aspek ini harus terus disuarakan melalui dakwah yang mengubah pola pikir umat, membersihkan mereka dari ideologi sekuler-kapitalis, dan menumbuhkan kesadaran Islam yang sejati. Perjuangan ini membutuhkan pembinaan yang konsisten, baik secara individu maupun kolektif, melalui kelompok dakwah yang lurus serta berpegang pada ideologi Islam. Dengan demikian, umat Islam akan memiliki kesatuan pandangan bahwa jihad dan khilafah adalah satu-satunya solusi untuk membebaskan Palestina—bahkan lebih luas lagi, bagi seluruh wilayah umat Islam yang tertindas seperti Uyghur, Rohingya, Sudan, hingga negeri-negeri Muslim lain yang mengalami penindasan.

Selama umat Islam tercerai-berai, penderitaan itu akan terus berulang. Menegakkan Khilafah bukan hanya kewajiban syar‘i, tetapi juga kebutuhan strategis untuk menghentikan seluruh bentuk penjajahan di muka bumi. Dengan demikian, jelaslah bahwa solusi bagi akar masalah Gaza—dan bagi seluruh luka umat Islam di dunia—terletak pada jihad dan khilafah. Inilah jalan yang mengembalikan kemuliaan umat, menghentikan kezaliman, dan menghadirkan kembali cahaya Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Wallahu a‘lam bisshawab.

Oleh: Ilvia Nurhuri
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update