Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Angka Bunuh Diri Anak Sekolah Meningkat, Kegagalan Sistem Sekuler Semakin Nyata

Rabu, 12 November 2025 | 14:41 WIB Last Updated 2025-11-12T07:41:43Z

Tintasiyasi.id.com -- Dalam sepekan terakhir, dua anak ditemukan meninggal diduga akibat bunuh diri di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kampung Cihaur, Desa Gunungsari, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Rabu (22/10/2025) sore. 

Warga digegerkan dengan meninggalnya anak laki-laki berusia 10 tahun berinisial MAA, siswa kelas V salah satu SD negeri di wilayah tersebut. Korban ditemukan tergantung di kusen pintu kamar rumah neneknya menggunakan tali sepatu. Saat ditemukan neneknya, korban sudah tidak bernyawa (kompas.id/31/10/2025).

selain itu, dua siswa SMP di Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, ditemukan bunuh diri di sekolah selama Oktober 2025 ini. Berdasarkan hasil penyelidikan sementara oleh kepolisian, tidak ada dugaan tindakan bullying dalam kedua kasus ini. 

Siswa korban Bagindo ditemukan tergantung di ruang kelas, Selasa (28/10/2025) siang, sedangkan Arif ditemukan tergantung di ruang OSIS, Senin (6/10/2025) malam. (kompas.id/30/10/2025) 

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, mengungkapkan data mengkhawatirkan dari program pemeriksaan kesehatan jiwa gratis yang menunjukkan lebih dari dua juta anak Indonesia mengalami berbagai bentuk gangguan mental. 

Hasil pemeriksaan yang telah menjangkau sekitar 20 juta jiwa secara keseluruhan, mengungkap besarnya krisis yang tersembunyi di kalangan generasi muda. (Republika.co.id/30/10/2025)

Angka bunuh diri yang meningkat dikalangan pelajar perlu dicermati dengan serius. Sebab fakta ini telah menggambarkan bahwa kepribadian yang rapuh pada remaja merupakan faktor yang mendorong mereka melakukan bunuh diri. 

Kerapuhan kepribadian anak mencerminkan betapa lemahnya dasar akidah pada diri anak. Hal ini adalah implikasi dari penerapan sistem pendidikan sekularisme yang hanya sekedar mengejar prestasi fisik dan mengabaikan pengajaran agama. 

Agama hanya diajarkan secara teori tapi tidak meninggalkan pengaruh yang mendarah daging pada diri anak didik. Selain itu, paradigma batas usia anak dalam pendidikan Sekular juga berpengaruh pada posisi keberadaan anak dan pelaksanaan sanksi. Pendidikan Barat menganggap anak baru dewasa ketika berusia 18 tahun.

Sehingga sering kali anak sudah baligh namun masih diperlakukan sebagai anak karena belum mencapai usia 18 tahun bahkan tidak dididik untuk menyempurnakan akalnya. 

Walhasil, banyak kasus pembunuhan yang dilakukan anak sekolah yang tidak ditangani dan diberi sanksi tegas karena dianggap masih dibawah umur.

Bunuh diri adalah puncak dari gangguan kesehatan mental. Gangguan mental adalah buah berbagai persoalan yang menimpa masyarakat, mulai dari kesulitan ekonomi, konflik orang tua termasuk perceraian, hingga tuntutan gaya hidup, dan sebagainya. Hal ini akibat penerapan sistem kapitalisme. Berbagai faktor tersebut termasuk faktor non klinis juga turut mempengaruhi gangguan mental. 

Ditambah lagi dengan paparan media sosial terkait bunuh diri dengan berbagai cara nya dan komunitas sharing bunuh diri yang semakin banyak mendorong remaja dan anak-anak makin rentan bunuh diri. Sungguh, kehidupan kapitalisme Sekularisme benar-benar tidak bisa dipertahankan. Sebab, sistem ini telah melahirkan berbagai kerusakan yang sangat kronis.

Islam menjadikan dasar pendidikan dalam keluarga, sekolah dan seluruh jenjang pendidikan adalah akidah Islam. Anak akan memiliki kekuatan untuk bertahan dalam menghadapi setiap kesulitan karena landasan keimanan yang kokoh dalam diri.

Tujuan sistem pendidikan Islam adalah membentuk pola pikir dan pola sikap Islam, sehingga pada diri siswa terbentuk kepribadian Islam yang kuat. Sekolah akan benar-benar mewujudkan hal itu. 

Ditambah lagi dengan keluarga yang menjalankan fungsinya dengan baik dan negara yang memiliki aturan yang sangat baik karena berasal dari Pencipta semesta alam, Dia lah Allah SWT.

Dalam Islam ketika anak sudah baligh akan
diarahkan untuk aqil. Sehingga pendidikan anak pra baligh adalah pendidikan yang akan mendewasakan dan mematangkan kepribadian Islamnya. Sehingga saat baligh, anak telah mampu berfikir secara sempurna dan menjalankan taklif hukum Syara dengan penuh kesadaran.

Selain itu, penerapan Islam secara Kaffah (Khilafah) dapat mencegah terjadinya gangguan mental, sekaligus menjadi solusi terhadap persoalan kehidupan secara tuntas, karena Islam mewujudkan kebaikan pada aspek non klinis, seperti jaminan kebutuhan pokok, keluarga harmonis, juga arah hidup yang benar sesuai tujuan penciptaan manusia yaitu beribadah kepada Allah SWT.

Kesempitan hidup ditengah masyarakat tidak akan tercipta jurang yang dalam sebagaimana yang diciptakan dalam Kapitalisme hingga menimbulkan gangguan mental. Maka, sudah saat nya kita mengganti sistem kehidupan rusak ini dengan sistem Khilafah.

Sebab, sudah sangat nyata kerusakan-kerusakan yang terjadi ditengah masyarakat bahkan semakin parah. Hanya dengan menerapkan sistem Islam Kaffah dalam naungan Khilafah kehidupan kita akan penuh berkah. Wallahua'lam Bishshawwab.[] 

Oleh: Pipit Ayu
(Aktivis Muslimah)


Opini

×
Berita Terbaru Update