Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Angka Bunuh Diri Anak Meningkat, Bukti Gagalnya Sistem Pendidikan Hari Ini

Sabtu, 08 November 2025 | 11:58 WIB Last Updated 2025-11-08T04:58:19Z

TintaSiyasi.id -- Miris, linimasa media dipenuhi dengan berbagai kasus tragis yang menyesakan dada lagi memilukan hati dengan ditemukannya dua orang siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Sawahlunto, Sumatera Barat yang mengakhiri hidupnya di ruang kelas dan ruang OSIS. Hasil penyidikan kepolisian menunjukkan tidak ditemukannya indikasi bullying. (kompas.id, 16/10/2025)

Disisi lain, Dante Saksono Harbuwono selaku Wakil Menteri Kesehatan mengungkapkan data yang cukup mengagetkan pasalnya dari data yang terkumpul sejumlah 20 juta jiwa anak yang telah melakukan pemeriksaan program kesehatan jiwa gratis, 2 juta diantaranya mengalami gangguan mental. (kompas.id, 30/10/2025)

Generasi Tanpa Islam

Sungguh, ini adalah kondisi yang memprihatinkan, patut diwaspadai, dan segera dibutuhkan solusi untuk mengatasinya. Bagaimana tidak? Jika generasi mudah rapuh akan dibawa kemana peradaban kita kedepan?

Fakta meningkatnya angka bunuh diri pada anak bukan sekedar angka, tapi peringatan bahwa ada yang salah yang butuh segera diperbaiki untuk menyelamatkan generasi. 

Sistem kapitalisme sekuler yang diadopsi hari ini terbukti telah gagal dalam mendidik generasi, dijauhkannya agama dari kehidupan menjadikan anak kehilangan makna hidup dan hidup hanya untuk orientasi materi semata. Sekolah hanya ditujukkan untuk meraih nilai bagus, meski hatinya kosong dan rapuh.

Pendidikan dalam sistem kapitalisme sekuler hanya berfokus melahirkan generasi pintar akademis, tanpa peduli iman kuat atau rapuh. Kurikulum agama hanya sebatas teori, bukan diajarkan untuk membangun pondasi hidup. Sistem sekuler terbukti telah gagal dalam mendidik dan menjaga generasi. 

Belum lagi standar usia ala Barat yang menetapkan usia dewasa adalah 18 tahun ini menjadikan anak yang sudah baligh dimana seharusnya sudah punya tanggung jawab syariat justru dianggap belum siap, yang pada akhirnya mengantarkan pada krisis identitas di tengah-tengah generasi. 

Islam Solusi Tuntas Problematika Generasi

Berbeda dengan Islam dalam mendidik generasi dimana setiap anak yang sudah baligh akan dituntun menuju kedewasaan berpikir yang berlandaskan pada akidah Islam. Selain itu, negara bertanggung jawab penuh atas setiap individu rakyat termasuk menjaga dan melindungi generasi dari rapuhnya iman yang bisa mengantarkan pada aktivitas kemaksiatan yang dimurkai Allah. 

Negara dalam Islam yakni Khilafah memiliki mekanisme dalam melahirkan peradaban gemilang dengan mencetak generasi unggulan melalui kurikulum pendidikan Islam dimana setiap mata pelajaran yang diajarkan baik saintek ataupun pendidikan agama ditunjukkan dan dikaitkan dengan iman kepada Allah Swt. 

Selain itu, sistem pendidikan dalam Islam bertujuan dalam membentuk kepribadian Islam (syakhsiyah Islamiyah) sehingga setiap generasi yang dididik terhindar dari krisis identitas memahami dari mana dia berasal, untuk apa dia hidup, dan akan kemana setelah mati. 

Di sisi lain negara Khilafah juga bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, mulai dari sandang, papan, pangan, kesehatan, keamanan sehingga rakyat terutama para orang tua tidak bertambah beban hidup hanya karena masalah ekonomi seperti yang terjadi di sistem kapitalisme saat ini. Dengan demikian mewujudkan keluarga harmonis adalah keniscayaan karena Islam juga menjaga peran ayah sehingga tidak ada konsep fatherless dan menjaga peran ibu dalam kehidupan. 

Dari keluarga yang hangat dan berkepribadian Islam serta campur tangan negara dalam meriayah rakyatnya akan menjadi pintu lahirnya generasi-generasi unggulan, dengan iman yang kokoh, dan peradaban gemilang. 

Hanya saja, ini tidak akan pernah terwujud selama sistem islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam tidak diterapkan dalam kehidupan. Untuk itu hidup dan memperjuangkan diterapkannya syariat Islam dalam bingkai khilafah adalah keharusan. 

Abu Hurairah radhiyallâhu ’anhu. bahwa Nabi Muhammad –sallallahu alaihi wasallam– bersabda:

إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR Muttafaqun ’Alayh, dll).

Wallahu a'lam. []


Oleh: Lulita Rima Fatimah, A.Md.
(Penulis dan Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update