Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Al-Qur’an: Cahaya Penuntun Menuju Jalan yang Paling Lurus

Rabu, 05 November 2025 | 13:35 WIB Last Updated 2025-11-05T06:35:20Z
TintaSiyasi.id -- Refleksi Ruhani atas QS Al-Isrā’ [17]: 9.
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”
(QS Al-Isrā’: 9).

Pendahuluan: Cahaya yang Tak Pernah Padam

Dalam sejarah manusia, tidak ada kitab yang lebih banyak mengubah kehidupan manusia selain Al-Qur’an. Ia turun di tengah kegelapan ketika dunia kehilangan arah moral dan spiritual. Ia datang bukan untuk sekadar dibaca, tetapi untuk membimbing, menuntun, dan menyalakan cahaya dalam hati manusia.

Allah menegaskan bahwa “Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada jalan yang paling lurus.”
Artinya, di antara sekian banyak jalan hidup yang ditawarkan dunia, ada satu jalan yang benar-benar membawa kepada keselamatan, yakni jalan Allah, yang digariskan dalam Al-Qur’an.

Jalan yang Lurus: Jalan Hidup Para Pencari Ridha Allah

Hidup manusia adalah perjalanan, dan setiap perjalanan membutuhkan petunjuk arah.
Tanpa petunjuk, seseorang mudah tersesat dalam hutan kesenangan dunia, kebanggaan semu, dan nafsu yang menipu.
Maka Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai peta jalan kehidupan, agar manusia tidak berjalan tanpa arah.

Kata “اللَّتِي هِيَ أَقْوَمُ (yang paling lurus)” dalam ayat ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an bukan sekadar benar, tetapi paling tepat, paling tegak, dan paling sempurna.

Ia membimbing manusia:

dalam akidah, agar mengenal Allah dengan benar;

dalam ibadah, agar menyembah dengan tulus;

dalam akhlak, agar memuliakan sesama;

dalam muamalah, agar adil dan tidak menzalimi.

Setiap sisi kehidupan manusia disentuh oleh petunjuk Al-Qur’an, karena ia bukan hanya kitab suci untuk dibaca, tetapi pedoman hidup yang abadi.

Al-Qur’an Menuntun Hati yang Ingin Tumbuh

Petunjuk Al-Qur’an tidak akan terasa oleh hati yang tertutup.
Ia hanya akan menembus dan menghidupkan hati yang lapar akan kebenaran.
Maka Allah tidak sekadar menyebut “manusia” secara umum dalam ayat ini, melainkan menegaskan:

“Dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh.”

Petunjuk dan kabar gembira hanya diberikan kepada mereka yang:

1. Beriman, yaitu membuka hati untuk menerima kebenaran;

2. Beramal saleh, yaitu menjadikan iman itu hidup dalam tindakan nyata.

Maka, seseorang tidak cukup hanya mengenal Al-Qur’an dengan akalnya, tetapi harus membiarkan Al-Qur’an menanamkan iman di dalam jiwanya.
Iman tanpa amal hanyalah teori, amal tanpa iman hanyalah gerakan kosong.
Al-Qur’an datang untuk menyatukan keduanya.

Petunjuk yang Tak Pernah Usang

Al-Qur’an diturunkan lebih dari 14 abad lalu. Namun, keindahan dan kebenarannya tidak pernah usang oleh zaman.
Ia tetap relevan bagi siapa pun yang mencari arah hidup di tengah dunia modern.
Ketika manusia tersesat dalam kecanggihan teknologi, Al-Qur’an mengingatkan agar hati tetap terhubung dengan Sang Pencipta.
Ketika manusia tergoda oleh materialisme, Al-Qur’an menegaskan bahwa kebahagiaan sejati bukan diukur dengan harta, tetapi dengan ketenangan jiwa dan keridhaan Allah.

Firman Allah dalam ayat lain menegaskan:

“Barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, maka dia tidak akan tersesat dan tidak akan celaka.”
(QS Thāhā: 123).

Inilah jaminan Allah.
Siapa yang hidup bersama Al-Qur’an, menjadikannya sahabat, guru, dan cermin, maka hidupnya akan terarah, hatinya tenteram, dan langkahnya penuh keberkahan.

Jalan Lurus itu Tidak Selalu Mudah

Namun, jalan yang lurus bukanlah jalan yang bebas hambatan.
Ia penuh ujian, godaan, dan kesulitan.
Tetapi justru dalam kesulitan itulah, Al-Qur’an menunjukkan keteguhan dan kekuatan jiwa seorang mukmin.

Ketika seseorang membaca firman Allah:

“Dan sesungguhnya Kami telah mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah yang mau mengambil pelajaran?”
(QS Al-Qamar: 17).

Ia diingatkan bahwa kemudahan sejati bukan berarti tanpa ujian, tetapi mampu melewati ujian dengan hati yang tenang karena berpegang pada petunjuk Allah.

Al-Qur’an tidak menjanjikan hidup tanpa masalah, tetapi menjanjikan hati yang kuat dan pandangan yang jernih dalam menghadapi setiap masalah.

 Al-Qur’an Sebagai Jalan Menuju Keselamatan dan Kebaikan

Setiap ayat Al-Qur’an adalah obat bagi hati yang gelisah.
Setiap perintah dan larangannya adalah tuntunan untuk membangun kehidupan yang adil dan seimbang.
Jika umat Islam menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan utama dalam pendidikan, ekonomi, politik, dan sosial, maka akan lahir masyarakat yang beradab dan penuh rahmat.

Allah menjanjikan dalam ayat ini:

“…bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”

Pahala itu bukan hanya di akhirat, tetapi juga di dunia, berupa ketenangan, keberkahan, dan kemuliaan.
Karena siapa yang berjalan di atas jalan Al-Qur’an, maka Allah akan menjaganya, memuliakannya, dan menuntunnya menuju kebahagiaan sejati.

Refleksi: Apakah Kita Sudah Menjadikan Al-Qur’an Sebagai Penuntun?

Ayat ini mengajak kita untuk bercermin: Apakah Al-Qur’an hanya kita jadikan hiasan mushaf di rak, atau benar-benar menjadi penuntun langkah dan pedoman keputusan dalam hidup?
Apakah kita hanya membacanya dengan lisan atau telah meresapinya ke dalam jiwa dan tindakan?

Setiap Muslim yang mencari ridha Allah harus menanamkan tekad:

“Aku ingin hidup bersama Al-Qur’an, bukan sekadar membacanya, tetapi menghidupkannya dalam diriku.”

Sebab Al-Qur’an tidak hanya ingin dibaca, tetapi dihidupkan.
Ia ingin menjadi denyut kehidupan umat, sumber inspirasi peradaban, dan cahaya yang membimbing manusia keluar dari kegelapan.

Penutup: Jalan Menuju Ridha dan Surga

Al-Qur’an adalah tali penghubung antara langit dan bumi, antara manusia dan Rabb-nya. Barang siapa berpegang teguh padanya, ia akan terangkat menuju kemuliaan.
Barang siapa berpaling darinya, ia akan tersesat dalam gelapnya hawa nafsu.

Rasulullah Saw. bersabda:
“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara; jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, kalian tidak akan tersesat selamanya: Kitabullah dan Sunnahku.”
(HR. Malik). 

Maka, marilah kita jadikan Al-Qur’an sebagai guru kehidupan:
yang menuntun langkah, mengobati hati, dan membimbing kita menuju ridha serta surga Allah.

 Doa Penutup

“Ya Allah, jadikanlah Al-Qur’an sebagai cahaya di hati kami, penenang dalam kesedihan kami, penuntun di setiap langkah kami.
Anugerahkan kepada kami kekuatan untuk hidup dalam bimbingan ayat-ayat-Mu hingga Engkau ridha kepada kami.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.”

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.  
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update