TintaSiyasi.id -- Mukadimah: Waktu yang Tak Pernah Berhenti
Hidup ini sejatinya hanyalah perjalanan singkat menuju keabadian. Setiap tarikan napas adalah langkah menuju akhir. Kita sering kali mengira masih punya banyak waktu untuk memperbaiki diri, menata amal, dan menyucikan hati. Padahal, ajal tak pernah datang dengan pemberitahuan. Ia tidak menunggu kesiapan, tidak pula memberi jeda untuk menunda.
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”
(QS. Al-A’raf: 34)
Ajal itu pasti. Ia datang tanpa pemisi, tanpa mengetuk pintu, tanpa menanyakan apakah kita sudah siap. Maka, siapa yang menunggu untuk berubah, sesungguhnya sedang mempermainkan waktu yang tak bisa diulang.
Hijrah: Langkah Menuju Allah
Hijrah bukan sekadar berpindah tempat, tapi berpindah arah hidup.
Dari yang jauh menuju yang dekat.
Dari gelap menuju cahaya.
Dari maksiat menuju taat.
Hijrah adalah proses menata niat, memperbaiki arah, dan memperbaharui tujuan hidup. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
“Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika seseorang menunda hijrah, ia sesungguhnya sedang menunda keberkahannya sendiri. Padahal, Allah tidak meminta kesempurnaan, tapi kesungguhan.
Langkah pertama menuju perubahan tidak harus besar — cukup satu langkah kecil, tapi tulus. Sebab Allah lebih mencintai langkah yang kecil namun istiqamah daripada niat besar yang tak pernah diwujudkan.
Ajal yang Datang Diam-Diam
Berapa banyak manusia yang hari ini tertawa, namun esok namanya disebut dalam doa orang-orang yang mengenangnya.
Berapa banyak yang merencanakan masa depan, padahal tak sempat menatap matahari pagi berikutnya.
Ajal itu seperti bayangan: ia selalu mengikuti kita dari belakang, menunggu perintah Tuhan untuk menjemput. Ia tidak mengenal usia, status, atau kedudukan. Maka orang bijak tidak sibuk menghitung umur, tapi menghitung apa yang sudah diperbuat dengan umur itu.
Setiap kali mata terbuka di pagi hari, sejatinya Allah sedang memberi kesempatan untuk memperbaiki yang belum benar, menambal yang masih kurang, dan menebus yang pernah salah.
Kesempatan itu amat berharga, karena bisa jadi esok hari tak lagi datang dalam hidup kita.
Jangan Tunggu Nanti
“Nanti aku akan taubat.”
“Nanti aku akan shalat lebih rajin.”
“Nanti aku akan berhenti dari dosa.”
Kata nanti adalah perangkap halus dari setan yang meninabobokan manusia. Ia tahu ajal tidak menunggu, tapi ia membuat manusia terlena oleh angan-angan panjang.
Padahal, hidayah tidak datang karena ditunggu, tapi karena dicari.
Langkah kecil menuju Allah akan dibalas dengan pertolongan besar dari-Nya. Dalam hadis qudsi, Allah berfirman:
“Barangsiapa mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta.
Barangsiapa mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa.
Dan barangsiapa datang kepada-Ku berjalan, Aku datang kepadanya berlari.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, siapa yang menunda hijrah, sesungguhnya sedang menunda kasih sayang Allah. Siapa yang memulai meski belum sempurna, itulah tanda hatinya masih hidup dan dicintai Allah.
Hidup Adalah Kesempatan, Bukan Kepastian
Jangan menunggu sempurna untuk memulai hijrah, karena kesempurnaan hanya milik Allah. Mulailah dari niat yang benar dan langkah yang kecil.
Hijrah bukan berarti tanpa ujian. Tapi yakinlah, setiap langkah menuju Allah akan dibalas dengan ketenangan.
Ketika hati mulai bimbang, ingatlah firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka tetap istiqamah, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata): Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan kepadamu.”
(QS. Fussilat: 30)
Inilah janji Allah:
Bagi yang istiqamah dalam hijrah, malaikat akan menjadi teman dalam kesepian dan penguat dalam ujian.
Penutup: Jangan Tunggu Ajal untuk Menyadari
Wahai jiwa yang lalai, sadarilah…
Ajal tak memberi aba-aba, dan dunia tak menjanjikan kesempatan kedua.
Jangan tunggu kematian datang untuk menyesal, karena penyesalan tak mengubah apa pun kecuali kesedihan.
Mulailah sekarang — selagi napas masih berhembus, selagi hati masih bisa menyesal, selagi tangan masih bisa berdoa.
Ajal tiba tanpa pemisi, hijrah tanpa nanti.
Sebab setiap langkah menuju Allah tidak akan pernah sia-sia, dan setiap air mata taubat akan menjadi cahaya di kubur nanti.
Oleh.
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)