Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Ada Pertarungan Dua Kekuatan Besar di Sudan

Sabtu, 22 November 2025 | 07:45 WIB Last Updated 2025-11-22T00:45:34Z

TintaSiyasi.id -- Direktur Eksekutif Baitul Maqdis Institute, Pizaro Gozali Idrus menyebut ada pertarungan dua kekuatan militer besar dalam perang saudara yang terjadi di Sudan.

"Ada pertarungan dua kekuatan militer besar di perang Sudan," ujarnya dalam akun Instagram muhammad_pizarro, Kamis, (30/10/2025).

Ia mengatakan, apa yang terjadi di Sudan, tidak lepas dari pertarungan dua kekuatan militer besar yang ada di Sudan. Pertama, militer Sudan sendiri. Kedua ialah pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF). Kedua kelompok tersebut tadinya bekerja sama.

"Mereka sama-sama menumbangkan Presiden Sudan, Omar Basir. Dan kemudian setelah Omar Basir tumbang, diketahui bahwa Sudan akhirnya menjalin hubungan normalisasi dengan penjajah pelaku genosida Israel. Jadi, kedua kelompok ini, baik militer Sudan maupun kelompok paramiliter, sama-sama memiliki hubungan kedekatan dengan Israel," terangnya. 

Tetapi katanya, yang terjadi perdebatan panas setelahnya ialah siapakah yang akan memimpin Sudan. Tentu, militer Sudan merasa mereka lebih berhak karena mereka pasukan resmi, tetapi RSF juga mengatakan bahwa mereka punya kontribusi yang sangat besar dalam menumbangkan kekuasaannya Omar Basir.

"Dan sejak itulah perang dimulai di Khartoum, tetapi kemudian mulai merempet ke wilayah-wilayah yang lain. Hingga akhirnya jumlah korban tewas yang terjadi di Sudan ini sangat mengerikan, yaitu puluhan ribu orang. Sepuluh juta warga Sudan mengungsi di dalam negeri dan lima jutanya ke luar negeri," tuturnya.

Peran UEA

"Selain perebutan kekuasaan, juga ada motif emas, motif sumber daya alam (SDA). RSF punya berkepentingan untuk melakukan perlawanan kepada militer Sudan karena mereka ingin menguasai jalur emas yang ada di wilayah Sudan. Karena apa? Karena diketahui bahwa RSF memiliki kedekatan dengan Uni Emirat Arab (UEA)," terangnya.

Ia menjelaskan, pembeli utama emas Sudan sudah sejak lama. Karena Sudan sejak berpisah dari Sudan Selatan pada tahun 2011, mereka kehilangan 70 persen cadangan minyaknya. Dan sejak saat itulah ekspor Sudan ke luar negeri 60 persen adalah emas. Salah satu penjual utamanya ialah Uni Emirat Arab. Uni Emirat Arab walaupun dia menyangkal, laporan-laporan independen dan lembaga studi keamanan mengatakan bahwa ada pergerakan suplai senjata dari Uni Emirat Arab kepada RSF untuk menguasai wilayah Sudan.

"Dan kemudian kita mengetahui karena Uni Emirat Arab itu dekat dengan Israel, maka Israel pun juga memberikan dukungan kepada RSF. Makanya, apa yang dilakukan RSF di Sudan, itu template banget. Template dari genosida Israel yang ada di Jalur Gaza. Bunuh orang, pembantaian masal, eksekusi masal, penculikan, dan lain sebagainya," jelasnya.

Dan situasi tersebut kata Pizaro, juga makin kompleks karena Uni Emirat Arab juga berambisi untuk menguasai jalur pergerakan maritim Sudan di Laut Merah. "Makanya, kita berharap konflik di Sudan bisa selesai, kekerasan bisa mereda karena masyarakat yang menjadi korban dan pihak-pihak asing yang cawe-cawe yang membuat kerusuhan di Sudan itu sudah seharusnya mereka mengakhiri diri," tandasnya. [] Nurmilati

Opini

×
Berita Terbaru Update