TintaSiyasi.id -- Di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan dipenuhi distraksi digital, manusia sering lupa bahwa dirinya adalah makhluk sosial. Ia tumbuh dalam interaksi, berkembang dalam dialog, dan menemukan makna hidup melalui hubungan dengan sesama. Yang menarik, riset neuroscientific mutakhir menunjukkan bahwa hubungan sosial yang hangat dan sehat tidak hanya menenangkan jiwa, tetapi secara nyata memperkuat memori dan kualitas fungsi otak.
Temuan ini selaras dengan warisan hikmah Islam yang sejak lama menekankan pentingnya ukhuwah, silaturahim, dan kebersamaan sebagai penopang kekuatan batin dan ketajaman akal.
1. Otak yang Menguat dalam Kebersamaan
Ketika kita berbicara dengan seseorang ,kemudian menyimak, merespons, tersenyum atau saling memahami, ada jutaan koneksi saraf yang menyala. Area hippocampus, bagian otak yang berperan besar dalam pembentukan memori, bekerja lebih aktif saat seseorang berada dalam interaksi sosial yang bermakna.
Sebaliknya, kesendirian yang berkepanjangan, isolasi emosional atau kurangnya hubungan hangat dapat melemahkan integritas hippocampus. Inilah mengapa penelitian Harvard selama 85 tahun menegaskan bahwa hubungan yang baik merupakan prediktor terbesar kesehatan otak sepanjang usia.
Dalam perspektif Islam, ini sejalan dengan firman Allah:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.”
(QS. Ali ‘Imran: 103).
Ayat ini bukan sekadar ajakan persatuan, tetapi juga pesan bahwa rahmat Allah turun dalam kebersamaan, dan kebersamaan itu sendiri menyehatkan hati dan pikiran.
2. Hormone Bahagia yang Menguatkan Ingatan
Hubungan sosial yang baik meningkatkan produksi hormon positif seperti:
Oksitosin, memperkuat rasa aman dan kepercayaan
Dopamin, meningkatkan motivasi dan memori jangka panjang
Serotonin, menenangkan sistem saraf
Dalam keadaan ini, otak lebih mudah menyimpan dan mengingat informasi. Itulah sebabnya belajar bersama, berdiskusi, atau berada dalam komunitas positif membuat seseorang lebih cepat memahami pelajaran.
Sabda Nabi Saw. menguatkan hal ini:
"Seorang mukmin bagi mukmin lainnya seperti bangunan yang saling menguatkan.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Secara spiritual, dukungan antarsesama membuat hati tenang secara ilmiah, kondisi tenang dan bahagia itu membuat memori lebih kuat.
3. Stres Berkurang, Intelektualitas Menguat
Salah satu musuh terbesar memori adalah kortisol, hormon stres.
Kortisol yang tinggi dan berkepanjangan dapat merusak sel-sel hippocampus dan melemahkan kemampuan mengingat.
Namun, hubungan sosial yang suportif memiliki kemampuan luar biasa untuk menurunkan kadar stres. Itulah sebabnya seseorang yang dikelilingi keluarga baik, sahabat yang mendukung, dan lingkungan yang positif akan lebih tahan terhadap tekanan hidup, lebih fokus, dan lebih kuat ingatannya.
Tidakkah ini mengingatkan kita pada pesan Nabi Saw?
“Rahmat Allah bersama jamaah.”
(HR. Tirmidzi).
Salah satu bentuk rahmat itu adalah ketenangan batin yang menyuburkan akal.
4. Interaksi Sosial adalah Latihan Mental yang Utuh
Ketika seseorang berdiskusi, ia menggunakan banyak fungsi otak sekaligus mengingat, mengatur kata, memahami ekspresi, menafsirkan konteks, dan merespons dengan tepat. Aktivitas mental kompleks ini melatih working memory, executive function, dan long-term memory secara bersamaan.
Ini adalah bentuk brain exercise alami yang tidak dapat digantikan oleh aplikasi atau gadget.
Islam pun mengajarkan pentingnya majelis ilmu, diskusi, dan musyawarah.
Nabi Saw. bersabda:
“Tidaklah suatu kaum berkumpul untuk berdzikir kepada Allah melainkan mereka dikelilingi malaikat…”
(HR. Muslim).
Bersama orang-orang shaleh, bukan hanya jiwa yang tentram, tetapi kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual ikut terasah.
5. Silaturahim: Nutrisi Spiritual dan Intelektual
Silaturahim bukan hanya sunnah sosial, tetapi juga nutrisi mental. Dengan bersilaturahim:
Pikiran menjadi lebih jernih
Ingatan lebih kuat
Emosi lebih stabil
Kreativitas meningkat
Motivasi tumbuh
Belajar menjadi lebih mudah
Betapa indahnya Islam yang mengajarkan bahwa menyambung hubungan bukan hanya membuat umur panjang dan rezeki bertambah, tetapi dalam bahasa ilmu modernjuga menguatkan memori dan kesehatan otak.
Kesimpulan: Mengapa Kita Perlu Kembali Menguatkan Hubungan Sosial
Penelitian ilmiah dan hikmah Islam berpadu menyampaikan pesan yang sama:
Manusia akan lebih kuat, lebih sehat, lebih bahagia, dan lebih cerdas ketika ia hidup dalam hubungan sosial yang baik.
Era individualisme membuat banyak orang lelah, lupa mengingat, mudah cemas, dan cepat lupa. Padahal, mungkin yang mereka butuhkan bukan obat atau gadget baru, tetapi duduk bersama sahabat, berbincang dengan keluarga, menghadiri majelis ilmu atau sekadar bersilaturahim dengan senyum yang tulus.
Silaturahim menghidupkan hati.
Hubungan sosial menghidupkan akal.
Keduanya adalah cahaya yang saling menguatkan.
Dr Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo