TintaSiyasi.id -- Berorasi di hadapan perhimpunan Demonstrasi Aman dan Penyerahan Memorandum Membantah Kedatangan Donald Trump ke Malaysia, Aktivis Dakwah Malaysia Umar Husein mengingatkan bahwa umat agar melakukan muhasabah terhadap pemimpin dalam hal ini.
“Malangnya pada hari ini kita rasa cukup sedih apabila
Perdana Menteri mengundang Trump dalam sidang ASEAN pada akhir Oktober ini
dengan pelbagai alasan yang diberikan. Tetapi kita sebagai umat Islam, apa yang
perlu kita lakukan adalah memuhasabah, menyampaikan pesan kepada PMX (Perdana
Menteri) bahwa tindakannya itu adalah tindakan yang salah, bukan tindakan yang
dibenarkan oleh syarak,” ucapnya di Putrajaya pada Jumat (17/10/2025).
Ia menyebut Trump sebagai lambang kezaliman dan
kebiadaban Amerika terhadap umat Islam di seluruh dunia.
“Dunia semua mengetahui bahwa sesungguhnya Trump
adalah Amerika, dan Amerika adalah negara yang membantu secara langsung Yahudi
laknatullah membantai, mengebom, dan membunuh saudara-saudara kita,” ujarnya
lantang.
Amerika, tegasnya, adalah pelaku sebenarnya pembunuhan
massal umat Islam di dunia, terlepas siapa pun yang menjadi presidennya.
“Pelaku sebenar jinayah pembunuhan massal umat Islam
adalah Amerika laknatullah. Siapa pun pemimpin mereka, sama ada daripada partai
Republik maupun Demokrat. Mereka merupakan pemimpin yang mewakili Amerika,”
katanya.
Umar juga menyatakan bahwa Amerika sebagai negara
kapitalis melakukan penjajahan sebagai cara untuk memperluaskan ideologi
kapitalismenya. “Ini kezaliman yang pernah dilakukan Amerika di Irak dan
Afghanistan,” sebutnya.
“Kita lihat bagaimana Amerika telah mengepung,
menzalimi, menindas saudara-saudara kita yang berada di Irak dan Afghanistan.
Bayangkan saudara dan saudari, perang di Afghanistan memakan masa 20 tahun.
Inilah kezaliman dan kejahatan. Bayangkan saudara dan saudari, satu juta
muslimah di Iraq menjadi janda akibat kezaliman dan penindasan yang dilakukan
oleh Amerika,” ia memperingatkan.
Rencana perdamaian yang ditawarkan Trump kepada dunia
Islam juga disinggung dalam pidatonya, yang digambarkan sebagai bentuk penipuan
dan penjajahan baru Amerika.
“Setelah hancur Gaza, tidak ada yang tersisa di Gaza
kecuali batu-batu, melainkan tanah-tanah yang dibom. Tiba -tiba Trump
menawarkan rencana damai. Dua puluh satu poin ini merupakan kebohongan,
bukannya perdamaian. Melainkan bentuk penjajahan baru yang dilakukan oleh
Amerika,” tegasnya.
Ia melanjutkan, siapa pun pemimpin Amerika, kebijakan
dan sifat mereka tidak akan pernah berubah.
Oleh karena itu, menurutnya, “Jadi pada hari ini,
Trump adalah pemimpin yang paling berkuasa, maka Trump terus melanjutkan
tirani, kejahatan dan sifat kebinatangan Amerika.”
Umar seterusnya mengingatkan para pemimpin untuk tidak
condong kepada kezaliman, karena tempat orang-orang zalim adalah di neraka dan
jangan menjadikan musuh-musuh Allah sebagai teman dan pelindung.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan
musuh-musuhku dan musuh-musuh Allah sebagai penolongmu, sebagai pelindungmu,
sebagai teman dekatmu,” katanya mengutip peringatan dari Al-Qur’an.
Ia mengingatkan bahwa umat Islam mesti bertindak
berdasarkan hukum syarak.
“Syarak telah jelas menyatakan bahwa kita tidak bisa
berkompromi dengan kafir harbi fi’lan,” lanjutnya.
Sebagai penutup, ia mengakhiri pidatonya dengan
peringatan keras bahwa Trump adalah musuh, bukannya tamu. “Karena itu,
kedatangannya harus ditolak!” tegasnya lantang.
“Trump seharusnya tidak datang sebagai tamu. Trump
datang, seharusnya kita menolak Trump, karena ia adalah musuh Allah dan Rasul,”
pungkasnya.[] Aliya Ab Aziz
