Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tradisi Pondok Disudutkan Trans7, Budayawan Muslim: Ini Serangan ke Sekian Kalinya kepada Islam

Selasa, 21 Oktober 2025 | 04:12 WIB Last Updated 2025-10-20T21:15:07Z

TintaSiyasi.id -- Menyoal narasi bernada menyudutkan pada tradisi pondok yang disiarkan Trans7, Budayawan Muslim Doni Riw mengungkapkan bahwa itu adalah serangan ke sekian kalinya pada elemen Islam.

 

"Ini adalah serangan ke sekian kalinya pada elemen Islam. Kali ini yang kena NU," rilisnya di akun Telegram Doni Riw Channel: Anak Gembala, Pondok Pesantren, dan Trans7, Jumat (17/10/2025).

 

Sebelumnya, ia sebutkan, gonjang-ganjing isu miring soal keabsahan nasab, dibidikkan pada trah habaib di Indonesia.

 

"Jauh sebelum itu, pembubaran pengajian ustaz-ustaz Salafi, ustaz-ustaz mandiri seperti ustaz Hanan Ataki, dan lainnya yang semisal," tambahnya.

 

Yang paling kejam menghentak nurani menurut Doni, adalah pembantaian enam laskar FPI di kasus km 50 yang rest area-nya kini telah tiada.

 

"Sebelumnya ada pencabutan badan hukum HTI atau yang lebih sering mereka sebut sebagai pembubaran," ujarnya.

 

Anehnya bagi Doni adalah saat satu elemen Islam diserang dari luar, elemen yang lain sesama Muslim ikut menyerang saudaranya.

 

Untuk elemen Islam lain yang tidak sedang diserang, atau bahkan masih belum terjamah operasi itu, ia katakan, jangan merasa aman. “Belum saatnya saja. Tunggu waktunya jadi korban yang sama,” ujarnya mengingatkan.

 

Doni kemudian teringat kisah tiga kerbau yang dimangsa satu serigala. “Pada awalnya, serigala mau memangsa kerbau ke tiga. Untuk itu, dia membujuk dua kerbau lainnya untuk diam, karena bukan target dan dipuji sebagai teman serigala. Setelah kerbau tinggal dua, serigala membujuk kerbau satu untuk diam saat nanti dia memangsa kerbau ke dua. Sebagai kerbau, dia manut saja,” kisahnya.

 

"Terakhir, tinggal satu kerbau, ya sudah tinggal dimangsa saja. Selesai. Maklumlah kerbau," sambungnya.

 

Lanjut Doni menuturkan, kalau bukan kerbau, semestinya sadar saat dimangsa satu per satu. “Tidak bergembira saat saudara sesama Muslimnya diserang. Tidak justru ikut menyerang sesama Muslim,” tandasnya.

 

"Tapi kenyataan sudah terjadi. Saya tidak punya kuasa hentikan ini semua. Hanya bisa menjadi penggembala yang meniup seruling lewat pena. Semoga lantunan ini menyadarkan bahwa kita bukan kerbau," tutupnya.[] Lanhy Hafa

Opini

×
Berita Terbaru Update