Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Gedung Ponpes Ambruk, Cermin Jaminan Fasilitas Pendidikan Buruk

Jumat, 10 Oktober 2025 | 14:52 WIB Last Updated 2025-10-10T07:52:34Z

TintaSiyasi.id -- Ambruknya Pondok Pesantren Al- Khoziny di Sidoarjo sedang menjadi headline berita baik televisi maupun situs online. Proses evakuasi tentu tidak mudah dikarenakan gedung ponpes memiliki 4 lantai. Ambruknya gedung terjadi ketika waktu ashar sehingga bangunan yang ambruk menimpa santri yang sedang melaksanakan shalat ashar di lantai 2. Duka yang mendalam tentu dirasakan oleh orang tua yang anaknya menjadi korban dalam peristiwa ini. Dikutip dari detik.com bahwa korban yang meninggal dunia berjumlah 37 orang dari sekitar 160 korban yang tertimbun.

Sebagai respon dalam menanggapi ambruknya pondok pesantren Al-Khoziny, Kementerian agama akan melakukan evaluasi atau tinjauan terhadap kelayakan dari semua bangunan pondok pesantren dan rumah-rumah ibadah. Nasaruddin selaku menteri agama menekankan bahwa pembangunan rumah ibadah dan pondok pesantren wajib untuk memenuhi segala syarat teknis yang ada dalam pembangunanya sehingga untuk memastikan hal ini berjalan sesuai dengan mestinya maka akan dilakukan evaluasi.

Bangunan Ponpes yang ambruk disinyalir karena konstruksi bangunan yang tidak kokoh, serta pengawasan pembangunan yang buruk. Seperti yang diketahui bahwa dana pembangunan pesantren pada umumnya adalah dana yang berasal dari wali santri dan donatur sehingga dana yang ada dan terkumpul menjadi terbatas. Hal ini tentu akan mempengaruhi kualitas pekerja, alat hingga bahan yang digunakan dalam pembangunan. Ketiga hal ini jelas akan disesuaikan dengan biaya yang terbatas. Dari fakta ini kita ketahui bahwa tanggung jawab dalam penyediaan fasilitas pendidikan dibebankan kepada masyarakat bukan kepada negara. Di tengah kondisi ekonomi yang begitu sulit dialami oleh banyak keluarga tentu tidak memungkinkan untuk memberikan dana besar untuk pembangunan ponpes.

Semua ini tidak lepas dengan sistem ekonomi kapitalis yang hari ini diterapkan oleh hampir seluruh negara di dunia. Dalam sistem kapitalis ini negara tidak lagi berperan sebagai raa’in (pelayan) bagi rakyatnya. Rakyat diminta untuk bertanggung jawab untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya sendiri sementara negara tetap memungut pajak tidak pandang bulu terhadap rakyatnya. Inilah hasil dari sistem kufur ini yang hanya mendatangkan kesengsaraan dalam semua aspek hidup manusia.

Sudahlah negara tidak bertanggungjawab dalam penyediaan fasilitas pendidkan yang layak ditambah lagi pemangkasan dana pendidikan dengan dalih efisiensi. Potret ini hanya sebagian kecil dari potret keburukan sistem kapitalisme. Padahal negara kita adalah negara yang kaya, kaya batu bara, timah, emas, dan masih banyak lagi. Tetapi semua sumber daya ala mini dikelola oleh hanya segelintir orang atau individu sehingga tidak heran yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin.

Berbeda halnya ketika di dalam Islam, negara diwajibkan untuk menyedikan fasilitas pendidikan dengan standar keamanan, kenyamanan dan kualitas yang baik. Sehingga terbangun bangunan-bangunan yang berkualitas tinggi dan layak untuk digunakan. Negara memastikan setiap rakyatnya mendapat fasilitas yang layak ketika menimba ilmu. Fasilitas tidak hanya terkait dengan bangunan saja tetapi semua hal yang diperlukan dalam proses belajar mengajar. Dana untuk memenuhi hal ini dihasilkan dari pemanfaatan sumber daya alam yang dikolala oleh negara sehingga dana pendidikan diatur dalam sistem keuangan bitul mal. Didalam Islam akan ada kepemilikan umum dan khusus. Sumber daya alam adalah kepemilikan umum yang wajib dikelola oleh negara dan hasilnya digunakan untuk kemaslahatan rakyat hal ini salah satu perbedaan yang mendasar antara sistem Islam dan sistem kapitalisme. Sistem keuangan baitul mal tidak hanya mengatur terkait pendidikan tetapi juga dana kesehatan dan lain sebagainya yang bertujuan untuk kemaslahatan semua rakyat tanpa membeda-bedakanya.

Negara memiliki tanggungjawab penuh terhadapap pemenuhan fasilitas pendidikan tanpa kemudian membedakn antara sekolah negeri maupun swasta. Semuanya akan tetap mendapat fasilitas yang sama dan adil. Inilah gambaran bagaimana sistem islam menyelesaikan permasalahan yang ada. Islam menyelesaikan setiap problem kehidupan tanpa menciptakan masalah baru. Di dalam Islam standar segala sesuatunya adalah syariat Allah, karena hanya Allah yang paling memahami hamba-Nya. Maka dalam pengaturan negara pun harus sesuai dengan syariat Allah. Karena hanya Allah yang berhak menetapkan hukum bagi manusia dan hanya hukum Allah yang akan mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan bagi seluruh makhluk di muka bumi ini. Dan untuk mencapai kehidupan Islam ini diperlukan kekuatan dakwah. Menyiarkan Islam ke setiap penjuru dan membangun kesadaran umat bahwa kita butuh kehidupan Islam dalam menyelesaikan semua problematika kehidupan.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Kasmawati
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update