Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Framing Bahwa Dunia Pesantren Feodalisme, Hal yang Sangat Menyakitkan

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 21:15 WIB Last Updated 2025-10-18T14:15:15Z

TintaSiyasi.id -- Merespons kasus Trans7 dalam salah satu acaranya, Xpose Uncensored, menayangkan segmen yang dianggap sensitif karena menyinggung Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Pengamat Sosial dan Politik Ustaz Iwan Januar, mengatakan bahwa framing bahwa dunia pesantren feodalisme, hal yang sangat menyakitkan.

"Framing bahwa dunia pendidikan di pesantren menampakkan wajah feodalisme tentu hal yang sangat menyakitkan bagi kita semua, khususnya bagi saudara-saudara kita para alim ulama yang mereka telah mendirikan pesantren dan berhikmat kepada Islam," ungkapnya di akun TikTok iwanjanuar, Jumat (17/10/2025).

Ia menjelaskan bahwa ada kewajiban di dalam pendidikan untuk memuliakan para guru. Hal ini mungkin yang tidak dipahami dalam dunia pendidikan sekuler yang mereka tidak punya kode etik di dalam memahami hubungan antara guru dengan murid.

Di dalam Islam, lanjutnya, seorang ulama wajib untuk dihormati dan dimuliakan, selama mereka dalam menegakkan ajaran Islam.

"Bukankah ulama adalah pewaris para nabi? Sehingga seharusnya kita wajib memuliakan ulama. Maka gurunya guru kita yaitu Nabi Saw. lebih utama lebih wajib untuk kemudian dimuliakan dan dibela kehormatannya, termasuk juga dibela ajarannya," tegasnya. 

Oleh karenanya, kalau seseorang memuliakan gurunya, memuliakan mualimnya, mengikuti apa petuahnya, nasehatnya, apalagi petunjuk yang dibawa oleh Kanjeng Nabi Saw. Sehingga, adanya kemarahan dari para santri, saudara-saudara umat Islam lainnya adalah yang sangat wajar. 

"Namun menjadi tidak wajar bila kemudian kita menghormati, memuliakan, dan juga membela kehormatan guru kita, tetapi melupakan kehormatan kemuliaan dan kewajiban untuk mengikuti gurunya guru kita. Siapa itu? Yaitu Nabi Muhammad SAW," ungkapnya. 

Jadi, kata Iwan, sangat paradok bila kemudian seseorang memuliakan ulama tetapi tidak memuliakan orang, sosok, yang mewariskan ilmu, mewariskan Islam kepada para ulama. Semestinya kaum muslimin, para santri, para alim ulama ada juga garda terdepan di dalam memusuhi korupsi di dalam segala kemungkaran dan juga tidak bersekutu dengan musuh-musuh Allah subhanahu wa ta'ala seperti Zionis Yahudi.

Bukanlah orang yang memuliakan guru, tetapi tidak memuliakan gurunya guru. Bukan orang memuliakan guru kalau tidak memuliakan ajaran Islam. Bukan orang memuliakan guru kalau kemudian malam mengkhianati ajaran Islam.

"Buat Nabi Muhammad Saw. menentang dan juga mengancam yang namanya seorang muslim berdamai dengan musuh-musuh Islam seperti Zionis Yahudi misalnya atau Nabi Saw. mengharamkan tindakan korupsi dan mengatakan kecurangan hal yang diharamkan," cecarnya. 

"Jadi, sangat paradok bila seseorang memuliakan guru, tetapi melupakan kemuliaan gurunya guru kita. Melupakan ajaran yang itu gurunya guru kita. Bukanlah kita memuliakan gurunya guru kita kalau kita justru menentang dan juga malah memusuhi dan menciptakan berbagai macam fitnah kepada perjuangan penegakan syariat Islam. Termasuk di dalamnya bahwa gurunya guru kita Nabi Muhammad Saw. juga telah menetapkan bahwa Islam ini wajib ditegakkan di dalam naungan kepemimpinan khilāfah. Nabi Saw. sampaikan sesungguhnya imam adalah perisai," pungkasnya. [] Alfia Purwanti

Opini

×
Berita Terbaru Update