TintaSiyasi.id -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto, menyebutkan ada dua prinsip penting yang harus dimiliki oleh umat Islam dalam menyikapi peristiwa-peristiwa di Palestina.
"Ada dua prinsip penting yang harus dimiliki dan dijaga oleh umat Islam dalam menyikapi peristiwa-peristiwa di Palestina," ungkapnya dalam Fokus To the Point: Presiden Kolombia Memanggil Tentara Dunia. Mengapa Tentara Islam Tak Bergerak, di kanal YouTube UIY Official, Selasa (14/10/2025).
Pertama, pentingnya bagi umat Islam untuk selalu menjaga kewarasan berpikir, sebab seorang Muslim seharusnya berpikir dan bertindak berdasarkan Islam karena kalau tidak menggunakan dasar Islam, pasti menggunakan dasar selain Islam.
"Ketika tidak menggunakan dasar Islam, pasti salah dan tidak bernilai ibadah. Kita kan ingin dalam pikiran dan perbuatan itu bernilai ibadah," imbuhnya.
Kedua, dasar Islam digunakan dalam seluruh perkara, termasuk atau lebih khusus lagi perkara Palestina. Dalam Islam dan dengan dasar Islam, kita make clear.
"Peristiwa yang terjadi di Palestina, dikatakan oleh Nom Tomski merupakan penjajahan dan perampasan, sedangkan ia bukan orang Islam. Maka dari itu, yang dikatakannya bukan berdasarkan Islam saja benar adanya, apalagi dengan dasar Islam bahwa itu adalah penjajahan dan perampasan," tuturnya.
Oleh karena itu menurutnya, berdasarkan pemikiran Islam, penjajah dan perampas harus diusir, dan itulah yang dikatakan dengan jihad. Jihad memang belum tentu menang, tetapi merupakan perintah agama. Seperti seseorang yang berbisnis belum tentu untung, tetapi mencari nafkah adalah perintah agama. Sehingga, melakukannya sudah ibadah.
"Para sahabat dulu tidak pernah memikirkan berapa jumlah pasukan musuh. Dalam seluruh perang di periode awal Islam, umat Islam itu dalam posisi out number, kalah jumlah. Perang Badar 300 lawan 900, Perang Uhud 1000 lawan 3000, Perang Khandak 2000 lawan 10.000. Perang Mu'tah lebih dramatis lagi, yaitu 50.000 lawan 250.000. Tetapi tidak pernah ada kata-kata "Kita lemah atau harus tinjau ulang. Dan fakta kemudian mereka bisa meraih kejayaan," tambahnya.
"Begitupula dalam perang kemerdekaan kita. Kita juga tidak pernah berpikir bahwa Belanda itu jauh lebih kuat daripada kita. Andai dulu para sahabat berpikir dengan cara berpikir orang-orang saat ini, dan para ulama atau pejuang kemerdekaan dulu juga begitu, tidak akan pernah ada kejayaan Islam dan tidak pernah negeri ini merdeka," tutupnya.[] Nurmilati