TintaSiyasi.id -- Pidato Presiden Prabowo Subianto dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (KTT PBB) di New York, Amerika Serikat (AS), pada Selasa (23/9), mengatakan akan akui Israel jika Palestina merdeka dinilai mengandung kecacatan karena mendapat pujian dari Netanyahu.
"Ironisnya pidato itu nyatanya dipuji oleh banyak pihak termasuk oleh pemerintah Zionis, Perdana Menteri Yahudi Netanyahu melontarkan pujian terhadap pidato tersebut sebagai pemimpin dari negeri muslim terbesar dunia. Sikap yang didukung Zionis menjadi penanda bahwa pidato Prabowo mengandung kecacatan," ungkapnya di akun Instagram RayahTV, Jumat (10/10/2025).
Pertama, keberadaan negara Israel di tanah Palestina adalah ilegal. Israel adalah penjajah mengakui negara Israel sama dengan mengakui adanya penjajahan, andaipun Palestina diberi kemerdekaan negara Israel itu berdiri diatas negeri hasil rampokan mereka, negeri Palestina telah menjadi bagian negeri muslim sejak era kekhilafahan Umar bin Khattab ra. Sejak tahun 637 Masehi dengan demikian Palestina bukanlah tanah kosong yang tidak bertuan.
Kedua, pengakuan atas negara Israel melalui solusi dua negara jelas mencederai rasa keadilan bagi rakyat Palestina. "Mereka telah mengalami pengusiran, perampasan bahkan pembunuhan dan sekarang genosida oleh Zionis Yahudi, dengan demikian solusi dua negara berarti mengakui legalitas penjarahan wilayah negara Palestina secara brutal oleh entitas Yahudi, apakah adil mengakui kepemilikan seseorang dari hasil menjarah dan merampok rumah orang lain sedangkan pemilik rumahnya sendiri terusir dari kediamannya," cecarnya.
Ketiga, pemerintahan ilegal Zionis Yahudi secara tegas menolak mengakui eksistensi atau kemerdekaan negara Palestina.
"Parlemen Israel dan Perdana Menteri Yahudi Netanyahu pernah mengeluarkan resolusi dan statement yang menolak pendirian negara Palestina, sudah jelas solusi dua negara adalah penghianatan terhadap nasib dan perjuangan penduduk Palestina, usulan solusi ini sama sekali bukan keinginan penduduk Palestina dan malah justru menunjukkan keberpihakan terhadap penjajah Israel," ungkapnya.
Oleh karena itu, kaum muslim harus bersikap tegas kepada penguasa mereka, kaum muslim wajib melakukan amar makruf nahi mungkar terhadap penguasa dalam persoalan ini, bukan malah condong dan merasa puas dengan sikap para penguasa mereka, percayalah krisis di Palestina tidak mungkin diselesaikan di tangan PBB ataupun para penguasa muslim hari ini.
Sehingga, alih-alih menggunakan solusi dua negara, Allah SWT. telah memerintahkan kaum muslim untuk melakukan perlawanan terhadap pihak-pihak yang mengusir dan memerangi mereka.
'Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu'. (QS. Al Baqarah 191).
Kemudian, ia mengutip hadis Nabi Saw. “Sesungguhnya imam/khalifah adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung. Jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya, ia harus bertanggung jawab atasnya.” (HR Muslim).
"Sayangnya perintah Allah SWT. yang mulia ini justru dicampakkan oleh para penguasa muslim saat ini, sebagian dari mereka malah mengulurkan tangan untuk membuka hubungan diplomatik dengan entitas Yahudi," jelasnya.
"Umat hari ini membutuhkan kepemimpinan Islam global yakni khilāfah yang akan melindungi setiap wilayah negeri muslim khalifah juga tidak akan membiarkan darah Muslim tercecer sia-sia di tangan kaum kufar," pungkasnya. [] Alfia Purwanti