Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Deradikalisasi dan Terorisme, Istilah untuk Membersihkan Gaza

Senin, 13 Oktober 2025 | 19:15 WIB Last Updated 2025-10-13T12:15:12Z

TintaSiyasi.id -- Menanggapi pernyataan Donald Trump dalam proposal 20 poin yang mengatakan gaza harus steris dari deradikalisasi, Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY), mengungkapkan bahwa deraadikalisasi dan terorisme, dua istilah digunakan Zionis Israel untuk membersihkan penduduk Gaza.

"Deradikalisasi dan terorisme, dua istilah yang digunakan Israel untuk membersihkan penduduk Gaza maupun milisi Izzudin Al-Qasam," tegasnya dalam Fokus to The point, bertajuk Palestina Tidak Dijual: Menolak 20 Poin Trump, di kanal YouTube UIY Official, Jumat, (3/10/2025).

Ia menyebut, dalam 20 poin dikatakan bahwa Gaza harus steril dari deradikalisasi dan ancaman bagi tetangga. Mereka tahu persis bahwa di sekeliling Israel ada ancaman. Dari Libanon ada Hizbullah, dari Suriah, Yordan, dan Mesir juga ada ancaman serupa.

"Trump tahu persis peta dunia, termasuk dunia Islam dalam konteks persoalan Palestina dan lebih khusus lagi adalah sikap terhadap Israel," imbuhnya.

Dunia Islam, katanya adalah dunia yang sampai sekarang mereka tahu menjadi batu sandungan paling besar dalam mewujudkan apa yang dicita-citakan Israel Raya. Dan dari sekian banyak negara, seperti Turki, Indonesia, Qatar, Mesir, Yordania, Suriah, Libanon, dan Saudi. Negara-negara tersebut sudah sangat akomodatif terhadap apa yang menjadi keinginan Amerika. 

"Sebutlah misalnya Mesir. Sampai sekarang begitu kokohnya menutup pintu Rafah sampai tega membiarkan penduduk Gaza begitu rupa di dalam penderitaan dan sangat membutuhkan bantuan. Sementara bantuan ada di wilayah Mesir, untuk masuk mesti melalui pintu Rafah. Sedangkan pemerintah Mesir bersikukuh menahan bantuan, tetapi negara-negara tersebut masih ada kritisisme," ungkapnya

Oleh karena hal tersebutlah, lanjutnya, Trump ingin memastikan bahwa pemimpin-pemimpin negara-negara tersebut masih mau mendukung apa yang diinginkan Trump.   Demikianlah makna dari pertemuan tersebut. 

"Dalam pertemuan tersebut, Presiden Turki dan Qatar bersikap positif terhadap Trump, itu sebagai bentuk mereka tunduk terhadap tekanan Amerika atau artinya mereka tidak berani melakukan kritisisme terhadap apa yang diusulkan oleh Trump," sebutnya.

Namun dari potensi tersebut, paparnya, yang betul-betul menjadi ancaman secara faktual adalah dibuktikan dengan adanya Taufan Al -Aqsa yang datang dari Gaza. Dan semua tahu bahwa itu adalah milik milisi Izzuddin Al-qasam, yakni milisi Hamas yang waktu itu bisa menerobos sekian puluh kilo meter ke wilayah Israel dan melakukan penyerangan tanpa bisa dicegah oleh Israel. 

"Maka oleh karenanya bisa difahami bahwa mereka sangat ingin membersihkan Gaza dari semua unsur yang masih membuka peluang kemungkinan ancaman terhadap Israel. Karena ini ancaman yang terdekat sebab berbatasan langsung dengan Al-Aqsa. Maka dari itu, Israel tidak ingin apa yang dilakukan oleh Hamas, terjadi lagi di masa yang akan datang. Maka, itulah satu-satunya cara yang dilakukan oleh Israel, yaitu membersihkan Hamas dari wilayah itu," terangnya. 

Tindakan tersebut menurutnya, tidak mungkin dilakukan oleh Israel tanpa satu kerangka yang logis.

"Dan satu-satunya kerangka yang logis yang saat ini masih bisa diterima oleh publik dunia adalah atas nama perang melawan terorisme atau radikalisme. Oleh karena itulah istilah yang digunakan adalah radikalisme dan terorisme," tuntasnya [] Nurmilati

Opini

×
Berita Terbaru Update