Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Darah Mudah Tumpah, ke Mana sang Junnah?

Kamis, 30 Oktober 2025 | 18:55 WIB Last Updated 2025-10-30T11:55:17Z

Tintasiyasi.id.com --  Kasus pembunuhan sudah menjadi berita harian, nyawa seakan tidak ada harganya. Dari hal yang sepele bisa menjadikan nyawa melayang. Pelaku dan korban bahkan orang terdekat, suami membunuh istri, pacar membunuh pasangannya, sakit hati pada tetangga berujung penghilangan nyawa dan lainnya. 

Seorang istri di Kelurahan Panderejo, Kecamatan Banyuwangi ditemukan tewas karena diduga ditusuk oleh suaminya sendiri. Tak lama setelah menghabisi korban, pelaku yang masih di rumah diamankan petugas. Informasi yang dihimpun, korban berinisial D (54) yang sehari-hari sebagai karyawati sebuah bank swasta, sedangkan suaminya berinisial G yang bekerja sebagai pegawai badan usaha milik negara (BUMN).

Lurah Panderejo, M Safii mengatakan, kabar pembunuhan tersebut ia terima pada Senin (20/10) pukul 09.30 WIB. Saat ditemukan, korban telah tewas karena tusukan (Detik.com, 21/10/2025).

Hari ini kondisi masyarakat menyedihkan, terutama bagi kalangan bawah. Berbagai tekanan hidup terus mendera, gelombang PHK, harga kebutuhan yang terus merangkak naik, biaya sekolah dan rumah sakit mahal, harga rumah yang tidak terjangkau serta masalah rumit lainnya menjadikan tumpukan emosi mudah meledak ketika ada pemantiknya.

Sistem sekularisme yang di terapkan mencerabut rasa kasih sayang berganti rasa persaingan. Sistèm yang mengabaikan peran agama, menjadikan manusia hilang kendali diri. Kebahagiaan hanya di rasakan ketika terpenuhi semua keinginan. Agama hanya dimaknai sebatas ibadah ritual yang tidak punya pengaruh dalam kehidupan sehari-hari dan jauh dari ketenangan.

Hubungan dengan saudara, teman, bahkan keluarga didasarkan atas asas kepentingan. Jika tidak ada manfaat yang di dapat atau menganggu kepentingannya maka bisa berujung pada tindakan pembunuhan. 

Miris dan ngeri hidup dalam sistem ini. Tidak ada ketenangan apalagi kebahagiaan, karena dikejar ingin dihargai dan dihormati.
Kasus pembunuhan yang terus terulang menunjukkan bahwa ini bukan sekedar masalah individu. 

Masalah ini sistemis, ada hal mendasar yang tidak terurai. Kebutuhan pokok pangan, papan, dan sandang yang seharusnya bisa terpenuhi nyatanya tidak mudah mendapatkannya.

Di saat yang sama, para pejabat hidup mewah dengan mendapatkan berbagai fasilitas. Sebaliknya di kalangan bawah untuk mendapatkan beras saja harus banting tulang dan peras keringat. Jurang yang menganga antara pemimpin dengan rakyat yang di pimpinnya.

Hukuman terhadap pelaku pembunuhan juga bisa disesuaikan dengan kepentingan. Jika pelaku orang yang berkuasa, kasus bisa menguap dan hilang, sebaliknya jika yang salah rakyat kecil hukum tegas langsung di terapkan. Tentu saja kasus pembunuhan tidak akan tuntas di sistem salah ini.

Islam Menjaga Jiwa Manusia

Islam sebagai sebuah ldeologi yang diterapkan dalam sebuah negara Khilafah mampu menjaga darah rakyatnya. Khalifah sebagai kepala negara akan menerapkan qishah terhadap pelaku pembunuhan, yaitu dengan membunuh pelaku pembunuhan yang disengaja sebagai hukuman yang setimpal. (Nidlamul al-Uqubat, Abdurrahman al-Maliki).

"Barangsiapa yang membunuh seseorang dengan sengaja, maka ia dihukum dengan hukuman yang setimpal, kecuali jika ahli warisnya memilih untuk memaafkan dan menerima diyat". (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i).

Sanksi diberikan kepada siapa saja yang melanggar, baik pejabat atau rakyat. Hukuman bersifat jawazir/membuat jera pelaku dan yang lain takut melakukan tindakan yang sama, serta jawabir sebagai penebus hukuman di akhirat yang kekal karena sudah di laksanakan di dunia.

Negara juga akan menjamin pemenuhan dasar rakyat dengan merata individu per individu dengan mudah. Sandang, pangan, papan, kesehatan, keamanan, dan pendidikan adakah hak rakyat dan kewajiban pemimpin memenuhinya dengan standar yang memuaskan.

Pemimpin dalam lslam bertanggung jawab terhadap harta, jiwa, akal, kehormatan, agama, nasab, keamanan, dan negara. Inilah sang junnah yaitu pelindung sejati untuk menjaga semua kebutuhan dasar tadi terlaksana dengan baik. 

Tidak ada yang di zalimi karena Khalifah melaksanakan kebijakan sesuai syariat dan mencari rido Allah semata. Para pemimpin takut jika mereka melalaikan amanahnya akan ada pertanggungjawaban berat dan balasan di akhirat yang kekal.

Auf bin Malik ra menuturkan, Nabi saw. bersabda,

إِنْ شِئْتُمْ أَنْبَأْتُكُمْ عَنِ الإِمَارَةِ وَمَا هِيَ؟ أَوَّلُهَا   مَلامَةٌ، وَثَانِيهَا نَدَامَةٌ، وثَالِثُهَا عَذَابٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلا مَنْ عَدَلَ

“Jika kalian mau, aku akan memberitahu kalian tentang kepemimpinan (al-imârah), apakah itu? Awalnya adalah celaan. Yang kedua adalah penyesalan. Yang ketiganya adalah azab pada hari kiamat, kecuali orang yang berlaku adil.”(HR Al-Bazar dan Ath-Thabrani). Allahu a’lam bishshawwab.[]

Oleh: Umi Hanifah 
(Aktivis Muslimah Jember)

Opini

×
Berita Terbaru Update