Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Pemuda Berperan Positif jika Potensi Diarahkan dengan Benar

Sabtu, 01 November 2025 | 03:54 WIB Last Updated 2025-10-31T20:54:08Z

TintaSiyasi.id -- Menurut Al-Ustaz M. Taufik., N.T., Pengasuh Majelis Taklim Darul Hikmah Banjarbaru, pemuda punya peran positif jika potensinya diarahkan dengan benar.

 

“Pemuda itu baru bisa punya peran positif kalau dia itu punya potensi dan diarahkan dengan arah yang benar,” ujarnya di Youtube MT Darul Hikmah Banjarbaru dengan judul Peran Pemuda dalam Kebangkitan Umat, Ahad (26/10/2025).

 

“Kalau kaitannya dengan kebangkitan umat, maka pemuda enggak bisa punya peran untuk membangkitkan umat kalau pemudanya enggak bangkit,” serunya.

 

Ia menjelaskan bahwa salah satu yang akan ditanya di hari kiamat adalah tentang masa muda dan apakah digunakan untuk perkara bermanfaat atau sebaliknya.

 

“Masa muda adalah masa kuatnya seseorang. Kekuatan dalam umur yang terbaik. Di dalam satu hadis ada disebutkan salah satu yang dapat naungan dari Allah Swt.. Itukan syaabun nasyaaa fi ibadatillah, pemuda yang dia itu tumbuh di dalam ibadah kepada Allah Ta’ala,” katanya.

 

Menurutnya lagi, para pemuda adalah mereka yang mempunyai karakteristik berbeda dengan orang tua, karena mereka berani mengambil risiko seperti yang terdapat di dalam kisah Ashabul Ukhdud yaitu pemuda yang berani mempertaruhkan nyawanya demi tersebarnya dakwah.

 

“Pemuda punya karakteristik yang berbeda dengan orang tua. Pertama, cenderung lebih berani mengambil risiko. Kisah Ashabul Ukhdud tadi nyawa taruhannya untuk apa? Untuk nyadarin masyarakat. Masyarakat juga gitu. Akhirnya sampai banyak yang tetap mempertahankan keimanan kemudian dibunuh oleh penguasa itu,” tuturnya.

 

Ia membandingkan orang tua yang lebih banyak memikirkan risiko dan akhirnya tidak melakukan apa-apa.

 

“Kalau orang tua kadang mikirnya banyak, mungkin lebih bijaksana. Tapi bijaksana akhirnya tidak melakukan apa-apa. Ini nanti risikonya begini dan banyak gitu,” bebernya.

 

Lalu ia mengutip kalimat Imam Ali, “Katanya apa? Man aksar nadro fil awaqib lam yasju au lam yusja . Barangsiapa yang banyak memandang risiko dia tidak akan berani melakukan apa-apa. Karena apa? Terlalu banyak memandang risiko. Pemuda biasanya enggak begitu,” terangnya.

 

Kedua, pemuda memiliki emosi yang masih labil, dan jika terarah dengan baik maka dia akan mudah berubah. “Mereka juga fokus untuk eksplorasi diri dan mencari identitas,” tandasnya.

 

“Ada sisi positif, sisi negatifnya. Kalau dia terarah dengan baik, maka akan lebih bagus. Dia masih mudah mungkin untuk berubah. Kalau sudah tua ini kadang pikirannya sulit untuk diubah. Kemudian pemuda lebih fokus pada eksplorasi diri dan mencari identitas. Yang jelas pemuda itu masih penuh energi, masih kuat ya,” bebernya.

 

Ia mengungkapkan bahwa banyak sahabat Nabi yang berperan aktif ketika usianya masih relatif muda dalam menggerakkan dakwah Islam seperti Mush’ab bin Umair, Usamah bin Zaid, dan Sa’ad bin Abi Waqqas.

 

Lanjutnya, untuk membangkitkan masyarakat, pemudanya harus dibangkitkan dengan pemikiran dan mafahim yang benar tentang kehidupan.

 

“Kadang kita bicara Islam itu kan bicara alam akhirat aja, urusan baca doa, kirim doa untuk mayit dan sebagainya. Padahal Islam itu mengurus urusan dunia, ngurus ekonomi, pendidikan, budaya, pergaulan, politik yang itu karena ditinggalkan akhirnya jadi rusak, umat ini terpuruk,” tegasnya.

 

Setiap pemuda mestilah menyadari akan pemikiran dan pemahaman tentang kebangkitan sebenarnya, dan seterusnya melakukan upaya untuk menyebarkan pemikiran dan pemahaman itu sehingga masyarakat bisa bangkit.

 

“Justru pemuda perlu siap mendalami Islam, mengamalkan Islam, dan mendakwahkannya seperti mana dakwah para sahabat sejak usia muda,” tuturnya.

 

“Ini yang generasi awal itu sejak usia awal sudah mereka berdakwah, wa bilkhusus Abu Bakar Ash-Shiddiq, karena mungkin beliau itu banyak teman, beliau banyak membawa orang-orang lain untuk masuk Islam,” jelasnya.

 

Selain pemikiran dan mafahim, ia menyimpulkan pentingnya bagi setiap pemuda untuk  meningkatkan keterampilan terkait kepemimpinan agar mereka siap menjadi pemimpin.

 

“Rasulullah saw. dan para sahabat kebanyakan mereka siap memimpin. Kemudian manajemen dan professional ini yang perlu dikembangkan oleh para pemuda,” pungkasnya.[] Rahmah

Opini

×
Berita Terbaru Update