“Pemuda itu baru bisa punya peran positif kalau dia
itu punya potensi dan diarahkan dengan arah yang benar,” ujarnya di Youtube
MT Darul Hikmah Banjarbaru dengan judul Peran Pemuda dalam Kebangkitan
Umat, Ahad (26/10/2025). 
“Kalau kaitannya dengan kebangkitan umat, maka pemuda enggak
bisa punya peran untuk membangkitkan umat kalau pemudanya enggak bangkit,”
serunya.
Ia menjelaskan bahwa salah satu yang akan ditanya di
hari kiamat adalah tentang masa muda dan apakah digunakan untuk perkara
bermanfaat atau sebaliknya.
“Masa muda adalah masa kuatnya seseorang. Kekuatan
dalam umur yang terbaik. Di dalam satu hadis ada disebutkan salah satu yang
dapat naungan dari Allah Swt.. Itukan syaabun nasyaaa fi ibadatillah,
pemuda yang dia itu tumbuh di dalam ibadah kepada Allah Ta’ala,” katanya.
Menurutnya lagi, para pemuda adalah mereka yang
mempunyai karakteristik berbeda dengan orang tua, karena mereka berani
mengambil risiko seperti yang terdapat di dalam kisah Ashabul Ukhdud yaitu
pemuda yang berani mempertaruhkan nyawanya demi tersebarnya dakwah.
“Pemuda punya karakteristik yang berbeda dengan orang
tua. Pertama, cenderung lebih berani mengambil risiko. Kisah Ashabul Ukhdud
tadi nyawa taruhannya untuk apa? Untuk nyadarin masyarakat. Masyarakat juga
gitu. Akhirnya sampai banyak yang tetap mempertahankan keimanan kemudian
dibunuh oleh penguasa itu,” tuturnya.
Ia membandingkan orang tua yang lebih banyak
memikirkan risiko dan akhirnya tidak melakukan apa-apa.
“Kalau orang tua kadang mikirnya banyak, mungkin lebih
bijaksana. Tapi bijaksana akhirnya tidak melakukan apa-apa. Ini nanti risikonya
begini dan banyak gitu,” bebernya.
Lalu ia mengutip kalimat Imam Ali, “Katanya apa? Man
aksar nadro fil awaqib lam yasju au lam yusja . Barangsiapa yang banyak
memandang risiko dia tidak akan berani melakukan apa-apa. Karena apa? Terlalu
banyak memandang risiko. Pemuda biasanya enggak begitu,” terangnya.
Kedua, pemuda memiliki emosi yang masih
labil, dan jika terarah dengan baik maka dia akan mudah berubah. “Mereka juga
fokus untuk eksplorasi diri dan mencari identitas,” tandasnya.
“Ada sisi positif, sisi negatifnya. Kalau dia terarah
dengan baik, maka akan lebih bagus. Dia masih mudah mungkin untuk berubah.
Kalau sudah tua ini kadang pikirannya sulit untuk diubah. Kemudian pemuda lebih
fokus pada eksplorasi diri dan mencari identitas. Yang jelas pemuda itu masih
penuh energi, masih kuat ya,” bebernya.
Ia mengungkapkan bahwa banyak sahabat Nabi yang
berperan aktif ketika usianya masih relatif muda dalam menggerakkan dakwah
Islam seperti Mush’ab bin Umair, Usamah bin Zaid, dan Sa’ad bin Abi Waqqas. 
Lanjutnya, untuk membangkitkan masyarakat, pemudanya
harus dibangkitkan dengan pemikiran dan mafahim yang benar tentang kehidupan.
“Kadang kita bicara Islam itu kan bicara alam akhirat
aja, urusan baca doa, kirim doa untuk mayit dan sebagainya. Padahal Islam itu
mengurus urusan dunia, ngurus ekonomi, pendidikan, budaya, pergaulan, politik
yang itu karena ditinggalkan akhirnya jadi rusak, umat ini terpuruk,” tegasnya.
Setiap pemuda mestilah menyadari akan pemikiran dan
pemahaman tentang kebangkitan sebenarnya, dan seterusnya melakukan upaya untuk
menyebarkan pemikiran dan pemahaman itu sehingga masyarakat bisa bangkit. 
“Justru pemuda perlu siap mendalami Islam, mengamalkan
Islam, dan mendakwahkannya seperti mana dakwah para sahabat sejak usia muda,”
tuturnya.
“Ini yang generasi awal itu sejak usia awal sudah
mereka berdakwah, wa bilkhusus Abu Bakar Ash-Shiddiq, karena mungkin
beliau itu banyak teman, beliau banyak membawa orang-orang lain untuk masuk
Islam,” jelasnya.
Selain pemikiran dan mafahim, ia menyimpulkan
pentingnya bagi setiap pemuda untuk 
meningkatkan keterampilan terkait kepemimpinan agar mereka siap menjadi
pemimpin.
“Rasulullah saw. dan para sahabat kebanyakan mereka
siap memimpin. Kemudian manajemen dan professional ini yang perlu dikembangkan
oleh para pemuda,” pungkasnya.[] Rahmah
