Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Berbicaralah kepada Manusia dengan Lisan Ilmu, Amal, dan Ikhlas

Selasa, 07 Oktober 2025 | 13:06 WIB Last Updated 2025-10-07T06:06:14Z
TintaSiyasi.id -- Refleksi Ruhani atas Nasihat Sayyid Abdul Qadir al-Jailani dalam Kitab Fathur Rabbani

Pendahuluan: Ketika Kata Menjadi Jalan Cahaya
Manusia adalah makhluk yang diberi anugerah lisan, yaitu alat komunikasi yang dapat menghubungkan hati dan pikiran. Namun, lisan juga bisa menjadi sumber kebaikan atau kebinasaan, tergantung siapa yang menggerakkannya dan dengan niat apa ia digunakan.

Sayyid Abdul Qadir al-Jailani, seorang wali besar dan pewaris cahaya kenabian, menasihati murid-muridnya dalam Fathur Rabbani:
“Berbicaralah kepada manusia dengan lisan ilmu, amal, dan ikhlas.”
Sebuah nasihat pendek, tetapi memuat panduan kehidupan bagi para pendakwah, guru, pemimpin, dan siapa pun yang ingin menjadikan lisannya sebagai sarana hidayah, bukan sekadar alat berbicara.

1. Lisan Ilmu: Bicara Berdasarkan Pengetahuan yang Benar

Berbicara dengan lisan ilmu berarti setiap ucapan berpijak pada dasar yang kokoh. Pengetahuan yang sahih, hujjah yang kuat, dan pemahaman yang mendalam.
Dalam era modern, di mana setiap orang bisa menjadi “penceramah digital” di ruang maya, nasihat ini menjadi sangat relevan. Banyak kata terlempar tanpa ilmu, banyak opini dibungkus retorika, tetapi miskin hikmah.

Rasulullah Saw. bersabda:
“Barang siapa berbicara tentang agama tanpa ilmu, maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Tirmidzi). 

Lisan ilmu bukan sekadar kemampuan berkata, tetapi kemampuan menyampaikan kebenaran dengan pengetahuan dan adab.
Orang berilmu tidak tergesa-gesa menghakimi, tidak mudah mencaci, dan tidak berujar kecuali dengan dalil yang mendekatkan manusia kepada Allah, bukan kepada ego.

Maka, seorang guru, dai, atau pemimpin hendaknya menimbang setiap kalimatnya. Ucapan yang berlandaskan ilmu akan menjadi cahaya yang membimbing, sementara ucapan tanpa ilmu adalah bara yang membakar.

2. Lisan Amal: Ketika Perbuatan Menjadi Bahasa yang Paling Fasih

Lisan ilmu menuntun dengan kata, sedangkan lisan amal menuntun dengan keteladanan.
Amal adalah bahasa universal yang dimengerti oleh semua orang tanpa perlu diterjemahkan.
Betapa banyak orang lebih tersentuh oleh perbuatan baik daripada seribu nasihat indah.

Sayyid al-Jailani tidak hanya berbicara tentang ilmu, tetapi juga tentang amal sebagai bukti hidup dari ilmu tersebut.
Ilmu tanpa amal adalah ibarat pohon tanpa buah. Ia tampak besar, tetapi tidak memberi manfaat.

Para salafus shalih senantiasa mengajarkan:
“Ilmu menuntun amal, dan amal menuntun keikhlasan.”
Artinya, ilmu yang sejati tidak berhenti di kepala, tetapi mengalir ke tangan dan hati.

Guru sejati adalah yang mengajar dengan amal, bukan hanya dengan ucapan.
Pemimpin sejati adalah yang menunjukkan arah dengan perbuatan, bukan sekadar pidato.
Karena hakikatnya, amal adalah terjemahan dari ilmu.
Jika ilmu ibarat cahaya, maka amal adalah cermin yang memantulkan sinarnya kepada dunia.

3. Lisan Ikhlas: Bicara dari Hati yang Bersih untuk Hati yang Ingin Mendengar

Setinggi apa pun ilmu, sebaik apa pun amal, keduanya akan hampa tanpa ikhlas.
Ikhlas adalah inti dari seluruh amal, termasuk berbicara.
Ikhlas berarti setiap kata yang keluar tidak demi pujian manusia, tidak untuk sanjungan, tidak untuk pengaruh, tetapi semata-mata karena Allah Swt. 

Sayyid al-Jailani mengingatkan, hanya lisan yang ikhlas yang memiliki daya tembus ke dalam hati manusia.
Kata yang lahir dari hati akan sampai ke hati.

Namun, kata yang lahir dari ambisi hanya berhenti di telinga.
Ikhlas juga berarti menyadari bahwa setiap ucapan adalah amanah. Seorang dai, guru, atau pemimpin tidak boleh menjadikan lisan sebagai alat mencari kedudukan. Ia harus menyadari bahwa lisannya adalah tanggung jawab spiritual, bukan sekadar ekspresi intelektual.

Rasulullah Saw. bersabda:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). 
Diam karena ikhlas lebih berharga daripada bicara karena riya.
Dan bicara karena Allah akan lebih dahsyat pengaruhnya daripada seribu kata yang diucapkan demi manusia.

4. Tiga Lisan sebagai Jalan Menuju Kematangan Ruhani

Ilmu menumbuhkan pemahaman, amal menumbuhkan konsistensi, dan ikhlas menumbuhkan ketulusan.
Ketiganya adalah jalan menuju kematangan ruhani, yaitu membentuk pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga jernih secara spiritual.

Lisan ilmu menjaga dari kesesatan.
Lisan amal menjaga dari kemunafikan.
Lisan ikhlas menjaga dari kesombongan.

Jika ketiganya berpadu, maka lahirlah pribadi mukhlis, manusia yang seluruh ucapannya menjadi doa, seluruh amalnya menjadi dakwah, dan seluruh hidupnya menjadi ibadah.

5. Refleksi untuk Umat dan Para Penyeru Kebaikan

Kita hidup di zaman yang ramai dengan kata-kata, tetapi miskin makna. Banyak bicara, sedikit mendengar. Banyak menyampaikan, sedikit menghayati.
Padahal, nasihat Sayyid al-Jailani ini mengajak kita kembali menata lisan, menjadikannya jembatan menuju Allah, bukan alat menuju popularitas.

Apabila para pendidik, penceramah, dan pemimpin umat berbicara dengan ilmu, amal, dan ikhlas, maka masyarakat akan kembali menaruh hormat kepada kalimat kebenaran.
Kata-kata akan kembali memiliki wibawa, dan ilmu akan kembali berfungsi sebagai pemandu hidup, bukan sekadar wacana.

Penutup: Ketika Lisan Menjadi Cahaya

Nasihat ini seharusnya menjadi cermin bagi setiap kita.
Sudahkah lisan kita menyampaikan ilmu yang bermanfaat?
Sudahkah perbuatan kita mencerminkan kebenaran dari kata-kata kita?
Dan sudahkah hati kita tulus dalam menyampaikan kebenaran itu?
Berbicaralah kepada manusia dengan lisan ilmu, agar engkau tidak menyesatkan.

Berbicaralah dengan lisan amal, agar engkau memberi teladan.
Berbicaralah dengan lisan ikhlas, agar ucapanmu menjadi doa yang menembus langit.
Sebab, kata yang diucapkan dengan ikhlas dan ilmu akan menjadi cahaya yang abadi, menerangi dunia, dan menuntun jiwa menuju ridha Allah.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
Penulis Buku “Gizi Spiritual” dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update