Ia melanjutkan bahwa cara satu-satunya yang perlu dilakukan untuk menyadarkan umat manusia dengan berdakwah. Pentingnya dakwah untuk menghidupkan hati yang telah keras. "Nah kalau umat hatinya bisa dihidupkan kembali maka kepekaannya muncul, ketika kepekaan muncul mereka akan mudah disentuh oleh Islam. Mereka akan mudah akan kepekaan tadi, kalau hatinya penuh dengan karat itu yang susah. Makanya kewajiban kita semua untuk berdakwah," jelasnya.
Dengan demikian, ia menekankan untuk sadar dan melakukan tindakan yang benar tidak perlu menunggu datangnya azab. Sadar atau tidak, sebenarnya azab yang Allah swt. timpakan kepada manusia sudah banyak. "Bagaimana angka kesenjangan, angka pengangguran dan sebagainya, itu sebenarnya merupakan bagian dari azab, jadi ketika Allah swt. di Al-Qur’an mengatakan jadi kamu takutlah kepada fitnah, fitnah itu ujian tapi juga bisa berupa azab," terangnya.
Ia menuturkan, fitnah berupa azab itu tidak hanya menimpa orang-orang yang melakukan perbuatan zalim saja, namun orang-orang baik juga bisa terkena azab. "Jadi dampak yang disebut tadi terkait dampak kapitalistik dan sebagainya itu sudah dirasakan. Belum lagi kita bicara hari ini, bagaimana kerusakan moral, mulai dari angka kejahatan seksual, mulai dari kasus perzinaan, LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender), dan sebagainya itu luar biasa dasyatnya," paparnya.
Adapun, ia membandingkan LGBT masa Nabi Luth tidak semasif masa kini. Kaum Nabi Luth di azab Allah swt. dengan hujan batu, namun kondisi saat ini yang lebih masif sedemikian parahnya masih ditangguhkan oleh Allah swt. "Tidak langsung dihujani sama batu kayak umat Nabi Luth, itu artinya Allah memberi kesempatan sebenarnya. Sehinga yang jadi masalah sekarang umat Islam itu adalah ketika mereka melakukan maksiat tapi kemudian hatinya mati tapi tidak menyadari bahwa itu maksiat, itu justru merupakan azab yang paling berat," tandasnya. [] Taufan