Penulis Kitab Tafsir Al-Waie itu menerangkan, misi diutusnya Nabi Muhammad saw. yang disebutkan dalam banyak dalim, di antaranya dalam Al-Qur'an surat Surat Al-Fath ayat 28 dan Surat At-Taubah ayat 33, serta Surah Ash-Shaff ayat 9 adalah untuk membawa dua hal: petunjuk (al-huda) dan dinul haq (agama yang benar). "Ayat ini dengan ringkas menjelaskan kepada kita tentang apa misi diutusnya Rasulullah saw. Beliau diutus: huwal ladzi arsala rosulahu bil huda wa dinul haq. Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa dua hal: bil huda (petunjuk) dan yang kedua agama yang benar," terangnya.
Semenjak Rasululullah diutus sebagai nabi dan rasul sampai akhir hayatnya, kata Kiai Labib, siang malam Nabi Muhammad tak pernah berhenti dari menyampaikan Islam, menyampaikan dinul haq, menyampaikan petunjuk kepada manusia. Meski rintangan, hambatan dan berbagai macam perkara dihadapi, lanjutnya, Nabi Muhammad tidak berhenti menyampaikan al-huda wa dinul haq ini.
"Tugas Beliau sebagai Nabi dan Rasul, sebagai penyampai, telah dijalankan sepenuhnya mulai dari Beliau diutus sampai Beliau menghadap Allah SWT. عَلَيْنَآ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ
'wa mâ ‘alainâ illal-balâghul-mubîn,' (QS. Yasin:17) balaghul mubin ini yang terus-menerus dijalankan oleh Beliau sebagai Nabi dan Rasul," kata Kiai Labib.
Dalam mengemban misinya tersebut, imbuhnya, Nabi Muhammad tidak hanya sebagai nabi dan Rasul, tetapi pada sebagian usia beliau, di sebagian masa ketika beliau menjadi nabi dan Rasul tersebut, Rasulullah saw. juga menjadi kepala negara. "Beliau juga menjadi raisu ad-daulah. Al- Hakim. Menjadi kepala negara. Kenapa? Karena memang Islam tidak hanya mengajarkan perkara-perkara yang sifatnya individual, tapi juga perkara-perkara yang tidak bisa dijalankan kecuali oleh negara," ungkapnya.
Lebih lanjut Kiai Labib menjelaskan, ketika Rasululullah saw. ditetapkan oleh Allah sebagai uswatun hasanah (teladan yang baik), maka Beliau tidak hanya memerintahkan, tetapi mencontohkannya langsung. "Beliau tidak hanya memerintahkan 'Jadilah kalian kepala negara yang begini dan begitu, tetapi Beliau menjadi contoh bagaimana menjadi kepala negara. Beliau memutuskan berbagai perkara, bagaimana Beliau berhubungan dengan negara-negara lain, memutuskan damai, memutuskan perang dan seterusnya," ujarnya.
Ummah Mutamayyizah
Tugas Nabi Muhammad saw. untuk menyampaikan al-huda wa dinul haq ini menurut Kiai Labib telah melahirkan adanya ummah mutamayyizah. "Apa hasilnya? Hasilnya adalah adanya ummah. Ummah mutamayyizah, yakni umat yang berbeda dengan semua umat yang ada. Umat yang memiliki akidah Islam yang akidah Islam bukan sekadar akidah ruhiyah yang berkutat pada perkara akhirat, tapi juga akidah siyasiyah, akidah yang darinya mengatur berbagai macam perkara kehidupan: sosial politik pendidikan, bahkan negara," tuturnya.
Ummah mutamayyizah ini, imbuhnya, berbeda sama sekali dengan yang lain, undang-undang dan sistem yang ada sama sekali berbeda, sistem ekonomi, politik, pendidikan, dan sebagainya benar-benar berbeda dengan yang lain. "Inilah hasil dari dakwah Rasulullah saw.," tandasnya.[] Saptaningtyas