TintaSiyasi.id -- Cendikiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto mengatakan itibak kepada Nabi Muhammad SAW adalah bentuk cinta yang utama. "Itibak kita kepada Nabi itu, saya sering sebut sebagai bentuk cinta kita kepada Nabi, cinta yang utama," ujarnya dalam Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H: Satu Risalah, Satu
Umat, Satu Tujuan, Sabtu (27-9-2025) di YouTube One Ummah TV.
Ia kemudian mengutip sebuah riwayat hadis terkait pentingnya itibak kepada Nabi. Diceritakan seorang lelaki Arab bertanya, "Kapan hari kiamat terjadi?" Rasulullah SAW kemudian bertanya balik, "Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?". Setelah lelaki itu menjawab bahwa ia hanya mencintai Allah dan Rasul-Nya, Rasulullah bersabda, "Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai".
"Karena itulah penting bagi kita untuk memastikan bahwa kita ini betul-betul cinta kepada Nabi dengan bentuk perwujudan cinta yang utama yaitu itibak kepada Nabi. Itibak dengan itibak yang benar, yang haqqul ittiba'," terangnya.
Ia menjelaskan tafsir Imam Ibnu Katsir mengenai definisi haqqul ittiba adalah ketika seorang Muslim memiliki dua hal pokok yakni cara berpikir dan cara bertindak mengikuti ajaran Nabi atau Islam. "Apakah ada orang Islam ini hari berpikir tidak berdasarkan ajaran Nabi? Kita bisa lihat disekitar kita, tak sedikit orang Muslim tapi dia berpikir sekuler, bercorak kapitalis maupun sosialis bahkan komunis," ungkapnya.
Ia mencontohkan, Ketua Umum Pertama Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah seorang Muslim namanya Semaoen yang cara berpikirnya sosialis komunis, bahkan diketahui Semaoen sebelumnya juga pernah bergabung dengan partai Sarekat Islam. "Itu menunjukkan bahwa Muslim satu hal tetapi bagaimana cara berpikirnya itu hal kedua. Kita sebagai seorang Muslim yang mengaku cinta Nabi, maka harus memastikan bahwa kita ini berpikir mengikuti ajaran Nabi, itu yang pertama. Kedua, dalam prilaku mustinya seorang Muslim dia berprilaku juga mengikuti ajaran Nabi, menjadikan Islam dan syariahNya itu sebagai tolak ukur dalam amalnya," jelasnya.
Ia mengingatkan, apapun yang Nabi katakan serta contohkan mesti diambil secara keseluruhan. "Nabi mengatakan halal kita katakan halal, Nabi mengatakan haram kita katakan haram, Nabi shalat kita shalat, Nabi puasa kita puasa, begitu seterusnya, termasuk didalam muamalah, dalam ekonomi, politik. Misalnya dalam politik, Nabi dalam keseluruhan hidupnya itu berpolitik, selalu berdasarkan Islam dan untuk tujuan Islam. Kalau ada seorang Muslim sudahlah dia berpikir tidak berdasarkan ajaran Islam kemudian dia tidak berbuat berdasarkan Islam, lalu itibak kepada siapa? Kalau dia tidak itibak kepada Nabi bagaimana dia bisa berharap bersama Nabi di akhirat kelak?" tambahnya lagi.
Ia melihat, tanpa itibak kepada Nabi, kehidupan manusia secara personal dan komunal akan kehilangan makna, panutan, serta kehilangan arah. "Persoalan besar terjadi di banyak negara khususnya mereka yang sudah sangat lama hidup didalam tatanan yang materialistik, yang sekularistik dan itu berdampak serius pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kedalam hal-hal yang menurut kita itu, sangat jelas tapi bisa jadi kabur. Contohnya soal pernikahan. Mereka sampai mempertanyakan untuk apa sih menikah? Kalau menikah itu membuat mereka susah. Kemudian untuk apa menikah dan punya anak kalau punya anak itu merepotkan karena harus menyusui, ganti popok dan sebagainya," bebernya.
Itulah akhirnya, lanjut UIY, yang membuat isu child free berkembang pesat di era sekarang. Ia juga membaca data pertumbuhan penduduk di Korea, terutama Jepang terus menurun drastis, sementara penduduk yang tersisa makin hari makin tua, sekolah-sekolah banyak yang tutup, rumah-rumah banyak tak berpenghuni, akhirnya pemerintah di sana cemas dan mengganggap itu masalah yang sangat serius. "Kenapa? Karena persoalan ini tidak bisa diselesaikan dengan waktu singkat.
Kalau kita perlu manusia berumur 30 tahun, berapa lama waktu yang diperlukan untuk menghasilkan orang yang berusia 30 tahun? Ya 30 tahun. Tidak bisa disegerakan, sebagaimana kalau kita bikin produk pabrikan, itu kan bisa dikebut, kalau ini kan enggak bisa, cemas sekali mereka," bebernya.
Lanjutnya, begitulah sekelumit contoh hidup tanpa itibak kepada Nabi akan mendatangkan persoalan besar. "Soal itibak ini pula yang membuat kita sebagai seorang Muslim mengerti dan memahami untuk apa kita hidup, dan ini sesuatu yang amat sangat fundamental," tandasnya.[] Tenira