Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tragedi Melahirkan di Mobil Travel: Bukti Negara Kapitalis Abai Menjaga Nyawa Rakyat

Rabu, 10 September 2025 | 07:49 WIB Last Updated 2025-09-10T00:49:51Z

TintaSiyasi.id -- Lagi-lagi, kabar pilu datang dari pelosok negeri. Seorang ibu hamil dari Desa Talang Panjang, Kabupaten Seluma, Bengkulu, harus melahirkan di dalam mobil travel saat menuju rumah sakit. Bayi yang dilahirkannya sudah dalam keadaan meninggal dunia. Tragis, nyawa yang begitu berharga hilang sebelum sempat disambut dengan kehidupan.

Kronologinya sederhana, namun getir. Sang ibu mengalami kontraksi, lalu memeriksakan diri ke Puskesmas setempat. Karena usia kehamilan baru 24 minggu, ia disarankan melakukan USG di rumah sakit di kota. Sayangnya, fasilitas penunjang tak tersedia di daerahnya. Keluarga pun berinisiatif menyewa mobil travel untuk membawanya ke rumah sakit. Tanpa ambulans, tanpa bidan, dan tanpa tenaga medis. Dalam perjalanan, ia melahirkan. Bayi yang ditunggu lahir dalam keadaan sudah tak bernyawa.(kompas.com, 29/8/2025)

Innalillahi, kasus ini bukanlah yang pertama. Bahkan, seringkali kita mendengar cerita serupa, ibu hamil melahirkan di jalan, di atas perahu, di pinggir sawah, bahkan di halaman rumah sakit karena tak keburu mendapat pelayanan. 

Ironisnya, ini terjadi di negeri yang katanya sudah merdeka selama delapan dekade, tetapi hak paling mendasar rakyat, yaitu layanan kesehatan belum bisa dijamin.

Padahal, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi. Sudah seharusnya negara memberi perhatian penuh pada keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. Namun faktanya, keberadaan ambulans masih terbatas, tenaga medis kurang merata, fasilitas kesehatan menumpuk di kota besar, sementara desa-desa dibiarkan sepi.

Kondisi ini menunjukkan negara tidak serius, bahkan gagal menjalankan perannya sebagai pengurus rakyat. Layanan kesehatan hanya tersedia bagi mereka yang mampu secara finansial atau tinggal di wilayah strategis. Sementara rakyat kecil di pelosok harus berjuang sendiri, menempuh perjalanan panjang dengan risiko nyawa melayang.

Kapitalisasi Kesehatan: Nyawa Jadi Komoditas

Lebih menyakitkan lagi, sektor kesehatan telah lama dikapitalisasi. Rumah sakit dan layanan medis beroperasi layaknya industri. Rakyat miskin yang tak sanggup membayar terpaksa puas dengan pelayanan seadanya. Ambulans pun kadang dianggap jasa transportasi berbayar, bukan layanan darurat yang seharusnya gratis.

Akibatnya, derajat kesehatan rakyat dipertaruhkan. Akses yang sulit, biaya yang mahal, serta layanan yang minim menjadikan keselamatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya terabaikan.

Padahal, kesehatan adalah kebutuhan dasar setiap manusia yang wajib dijamin negara, bukan sekadar layanan komersial yang hanya bisa diakses oleh mereka yang mampu.

Sistem Kesehatan dalam Islam

Berbeda dengan realitas pahit ini, Islam menempatkan negara sebagai ra’in (pelayan) dan mas’ul (penanggung jawab) bagi rakyatnya. Negara dalam Islam tidak boleh abai dalam urusan kesehatan, karena menjaga nyawa manusia adalah kewajiban syar’i. Kaidah fikih menyebut: la dharara wa la dhirar tidak boleh memudaratkan diri sendiri dan tidak boleh memudaratkan orang lain. 

Artinya, negara wajib menghilangkan segala sebab yang membahayakan keselamatan rakyat, termasuk mencegah kematian ibu hamil dan bayinya.

Sistem kesehatan Islam tidak hanya fokus pada aspek klinis, tetapi juga memperhatikan faktor sosial determinan kesehatan. Infrastruktur, transportasi, dan akses layanan disiapkan agar semua rakyat, tanpa kecuali, bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dengan cepat dan gratis. Negara tidak membedakan kaya atau miskin, kota atau desa. Semua sama di hadapan pelayanan. 

Ambulans, dalam pandangan Islam, adalah fasilitas publik yang wajib disediakan negara secara merata dan gratis. Bukan sekadar mobil berlabel “Darurat”, tapi benar-benar siap digunakan kapan saja, di mana saja, untuk siapa saja. Begitu juga tenaga medis, seperti dokter, bidan, perawat harus disiapkan secara profesional, merata di seluruh wilayah, bukan menumpuk di kota besar.

Pelajaran dari Sejarah Khilafah

Sejarah mencatat, pelayanan kesehatan terbaik pernah diwujudkan oleh peradaban Islam. Sultan al-Manshur Qalawun pada 1284 M mendirikan Bimaristan Al-Mansuri di Kairo, Mesir. Rumah sakit ini tidak hanya menyediakan layanan rawat inap dan rawat jalan, tapi juga mengembangkan layanan homecare. Para tenaga medis diutus untuk mendatangi pasien yang tak mampu datang ke rumah sakit, termasuk mereka yang tinggal jauh atau memiliki keterbatasan fisik.

Layanan itu diberikan secara gratis kepada semua orang, tanpa membedakan agama, ras, atau kewarganegaraan. Konsep ini lahir dari paradigma Islam bahwa negara adalah pelayan umat, bukan pedagang yang mencari untung dari penderitaan rakyat.

Sistem kesehatan Islam terintegrasi dengan sistem politik dan ekonomi Islam. Dengan pengelolaan sumber daya alam oleh negara, bukan oleh korporasi Asing atau swasta, keuangan negara cukup untuk membiayai kesehatan gratis bagi seluruh rakyat. 

Inilah bukti nyata bahwa Islam bukan hanya teori, tetapi pernah menghadirkan solusi praktis yang menyejahterakan umat.

Kegagalan Kapitalisme dan Jalan Keluar Islam

Tragedi ibu melahirkan di mobil travel hingga bayinya meninggal adalah bukti nyata kegagalan sistem kapitalisme dalam mengurus rakyat. Kapitalisme hanya memandang kesehatan sebagai komoditas, bukan hak. Selama paradigma ini masih bercokol, kasus serupa akan terus berulang, ibu melahirkan tanpa bidan, bayi meninggal tanpa pertolongan, dan rakyat miskin mati perlahan karena tak mampu membayar biaya pengobatan.

Jalan keluarnya hanya satu, yaitu kembali pada sistem Islam yang kaffah. Negara harus kembali pada fitrahnya sebagai pelayan umat, mengatur seluruh aspek kehidupan termasuk kesehatan berdasarkan syariat Allah. 

Dengan Khilafah Islamiah, layanan kesehatan berkualitas, gratis, dan merata bisa terwujud. Nyawa rakyat tidak lagi dipertaruhkan hanya karena jarak rumah ke rumah sakit, atau karena dompet yang tipis.

Dalam Islam, setiap nyawa adalah amanah. Setiap ibu dan bayi berhak mendapat layanan kesehatan terbaik. Negara yang abai terhadap hal ini berarti telah lalai menjalankan amanah. 

Kasus ibu melahirkan di mobil travel hingga bayinya meninggal seharusnya menjadi tamparan keras, bahwa rakyat butuh negara yang benar-benar hadir, bukan sekadar jargon pembangunan dan janji manis di panggung politik.

Islam telah memberikan solusi yang nyata, pernah terbukti, dan mampu menghapus tragedi semacam ini. Maka, sudah saatnya umat menuntut sistem yang berpihak pada nyawa, bukan pada keuntungan segelintir elit. Saatnya kembali pada sistem Islam yang menjadikan negara sebagai pelayan sejati umat. []


Nabila Zidane
Jurnalis

Opini

×
Berita Terbaru Update