Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tanpa Khilafah, Umat Muslim Hanya Menjadi Sasaran Kezaliman

Kamis, 25 September 2025 | 18:53 WIB Last Updated 2025-09-25T11:53:27Z

Tintasiyasi.id.com -- Sudah lebih dari tujuh dekade bumi Palestina meneteskan darah. Bukan hanya sekadar konflik tanah, tetapi ini adalah tragedi perikemanusiaan yang menjadi bukti nyata betapa rapuhnya umat Islam ketika tercerai-berai tanpa satu kepemimpinan, yaitu khilafah.

Palestina dikepung dari segala sisi, dihalangi hak hidupnya, bahkan setiap detik yang mereka jalani penuh ancaman bom, peluru, dan pengusiran. Dunia hanya bisa menyaksikan, sementara umat Islam di berbagai negeri hanya mampu mengirim doa dan bantuan kemanusiaan yang sifatnya tambal sulam.

Padahal Allah Ta’ala menegaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Anfal ayat 72,

“Dan jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” 

Ayat ini menegaskan, pertolongan bagi kaum Muslim yang dizalimi bukanlah pilihan, melainkan kewajiban. Namun, realitas hari ini menunjukkan sebaliknya. Negeri-negeri Muslim seolah tak berdaya, seolah tak memiliki gigi untuk melawan penjajahan Zion*s yang terang-terangan. 

Semua negara sibuk dengan kepentingannya sendiri, terikat perjanjian internasional, hingga melupakan ikatan ukhuwah Islamiyah.

Hadis Nabi Saw pun memperkuat pesan ini,

“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain. Ia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya (dizalimi).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun faktanya, umat Islam hari ini tidak hanya membiarkan saudaranya dizalimi, bahkan ikut memperkuat penjajah melalui hubungan dagang, diplomasi, dan normalisasi politik.

Umat Muslim Minoritas pun Dizalimi

Bukan hanya Palestina. Di berbagai negeri, umat Islam minoritas terus menjadi sasaran tirani. Lihatlah Rohingya yang terkatung-katung tanpa tanah air, ditolak di berbagai perbatasan. 

Saksikan Uyghur di Tiongkok yang dilarang menjalankan syariat Islam dengan bebas, dipaksa hidup dalam kamp konsentrasi. Dengarkan tangisan Muslim di India yang dihajar ekstremis Hindu, dirampas hak-hak dasarnya. 

Semua itu adalah bukti nyata bahwa umat Islam tanpa perisai khilafah bagaikan domba tanpa gembala, mudah diterkam dari segala arah.

Lalu, mengapa umat Islam selalu jadi korban? Jawabannya sederhana, karena umat kehilangan perisai yang dahulu menjadikan mereka mulia.

Rasulullah Saw bersabda,

“Sesungguhnya Imam (khalifah) itu adalah perisai, yang orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Selama Khilafah tegak, tidak ada satu pun bangsa yang berani menginjak-injak umat Islam. Ingatlah masa Sultan Abdul Hamid II, ketika umat Yahudi menawarkan harta melimpah untuk membeli tanah Palestina, beliau menolaknya dengan tegas. Beliau berkata,

“Saya tidak akan menjual walau sejengkal pun tanah Palestina, karena tanah itu bukan milik saya, tetapi milik umat Islam.”

Tegas, jelas, dan berwibawa. Bandingkan dengan kondisi sekarang, ketika pemimpin Muslim saling berlomba mencari kursi, bahkan menggadaikan tanah umat demi utang dan investasi asing.

Umat Islam pernah mencatatkan sejarah emas dalam membela kehormatan kaum Muslim. Saat seorang Muslimah diganggu di pasar Romawi, ia berteriak, “Ya Mu’tashim!” 

Hal tersebut langsung membuat Khalifah Al-Mu’tashim bergerak mengirim pasukan besar hingga mengguncang Byzantium. Satu teriakan Muslimah mampu menggerakkan ribuan tentara, karena pada masa itu umat punya pemimpin yang memikul tanggung jawabnya dengan benar.

Hari ini, berapa banyak Muslimah Palestina yang berteriak, namun suaranya hanya jadi headline berita tanpa tindak nyata? Semua karena kita kehilangan khilafah.

Solusi Islam: Khilafah dan Jihad

Kita tidak bisa terus berharap pada PBB yang terbukti selalu condong pada kepentingan penjajah. Kita pun tak bisa berharap pada negara-negara besar yang hanya menjadikan penderitaan Palestina sebagai komoditas politik. Jalan satu-satunya hanyalah kembali pada solusi Islam, yaitu khilafah.

Khilafah bukan sekadar romantisme sejarah, melainkan kewajiban syar’i. Dengan khilafah, umat akan bersatu dalam satu kepemimpinan global, memiliki kekuatan militer, politik, dan ekonomi yang disatukan di bawah panji tauhid. Jihad pun akan kembali menjadi strategi riil, bukan sekadar jargon. 

Jihad yang terorganisir oleh negara Islam inilah yang akan memutus rantai penjajahan dan membebaskan Palestina serta negeri-negeri Muslim yang tertindas.

Allah Swt menjanjikan kemenangan bagi mereka yang menolong agama-Nya,

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS.Muhammad: 7)

Janji Allah ini pasti benar. Namun, janji ini tidak diberikan kepada umat yang diam dan pasrah. Janji ini ditujukan kepada mereka yang bergerak, yang memperjuangkan Islam dengan totalitas.

Palestina adalah cermin wajah umat Islam hari ini. Jika wajah itu terlihat pucat, lemah, dan penuh luka, itu karena kita kehilangan pelindung sejati, yakni khilafah. 

Selama kita sibuk dengan sekat nasionalisme, selama kita terikat oleh sistem sekuler yang menomorsatukan kepentingan individu dan partai, maka selama itu pula umat akan terus menjadi sasaran kezaliman.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita kembali kepada jalan yang ditunjukkan Rasulullah Saw, jalan yang menegakkan syariat Allah secara kaffah dalam naungan Khilafah Islamiah. 

Hanya dengan cara ini, umat Islam akan kembali bangkit, membebaskan Palestina, menolong kaum Muslim minoritas, dan sekaligus mengembalikan kemuliaan Islam di pentas dunia.
Karena sejatinya, darah Palestina adalah darah kita. 

Air mata Muslimah Rohingya adalah air mata kita. Jeritan anak-anak Uyghur adalah jeritan kita. Dan tanggung jawab untuk menghentikan semua kezaliman itu bukan di pundak orang lain, melainkan di pundak kita sendiri, umat Islam.[]

Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)

Opini

×
Berita Terbaru Update