TintaSiyasi.id -- Aksi unjuk rasa menelan korban, Affan Kurniawan usia 20 tahun, seorang pengendara ojol hendak mengantarkan pesanan makanan menjadi korban setelah dilindas Barracuda milik Brimob. Peristiwa ini terjadi saat Barracuda milik Brimob yang melaju kencang tak dapat menghentikan laju kendaraannya sehingga menabrak Affan Kurniawan hingga terjatuh dan terlindas. Sebagai informasi, aksi unjuk rasa yang terjadi di depan DPR RI menuntut agar dihapuskannya pajak yang mencekik dan dbatalkannya kenaikan gaji DPR beserta tunjangan-tunjangan yang begitu fantastis di tengah kondisi ekonomi masyarakat yang sulit. Kenaikan gaji para anggota dewan yang dinilai oleh masyarakat tidak memiliki simpati di tengah gejolak ekonomi yang sulit yang dirasakan masyarakat, belum lagi pajak yang bertambah di tengah mahalnya harga kebutuhan pokok.(Popmama.com, 29 Agustus 2025)
Ucapan belasungkawa terus bergulir, tokoh masyarakat beramai-ramai berbelasungkawa dan menyayangkan hal ini bisa terjadi. Bahkan Presiden Prabowo dan Puan Maharani turut berbelasungkawa atas meninggalnya Affan dan berjanji akan mengusut kasus ini dan memberikan hukuman berat bagi para pelaku.
Tewasnya Affan Kurniawan semakin memantik kemarahan masyarakat, berbagai aksi menuntut keadilan bagi Affan mulai menggema. Aksi unjuk rasa berubah haluan dari menuntut agar DPR membatalkan kenaikan gaji dan tunjangan fantastis anggota dewan dan menghapuskan berbagai pajak yang mencekik masyarakat menjadi unjuk rasa menuntut keadilan bagi Affan.
Sengaja Memantik Kemarahan Publik
Berbagai rentetan aksi arogan para anggota dewan, dari berjoget-joget setelah kenaikan gaji anggota dewan sebesar Rp 3 juta/ hari, muncul meme yang menyindir para anggota dewan. Tak terima, Eko Patrio selaku anggota dewan dari PAN (Partai Amanat Nasional) membuat sindiran balik dengan membuat rekaman video joget-joget diiringi dengan musik, disusul oleh Uya Kuya yang memberi pernyataan melalui videonya bahwa 3 juta itu tidak sebanding dengan gaji sebagai artis yang dibayar Rp 10 juta/hari.
Lalu muncul petisi untuk membubarkan DPR dan berbagai sarkas rekaman video yang menuntut DPR dibubarkan. Hal ini mengundang Ahmad Sahroni selaku wakil komisi III DPR RI dari partai NasDem (Nasional Demokrat) berkomentar tentang orang yang ingin membubarkan DPR adalah orang tolol sedunia. Ucapan Ahmad Sahroni dinilai menantang masyarakat, sehingga masyarakat semakin geram. Puncaknya setelah aksi unjuk rasa, massa menggeruduk kediaman Ahmad Sahroni di Jalan Swasembada Timur XXII Kelurahan Kebon Bawang Tanjung Priok, Jakarta Utara dan menjarah barang-barang mewah berharga fantastis milik Sahroni.
Pengalihan Isu
Dari kasus Affan Kurniawan yang tewas dilindas Barracuda milik Brimob mengundang murka masyarakat, akhirnya masyarakat menuntut keadilan bagi Affan.
Tanpa disadari saat ini masyarakat sedang digiring agar tidak fokus dengan tujuan utama yakni menuntut disahkannya RUU Perampasan aset, dibatalkannya kenaikan gaji dan tunjangan anggota dewan, dan dihapuskannya pajak yang mencekik rakyat.
Tujuannya agar masyarakat lupa sehingga kebijakan yang disusun tetap terlaksana tanpa hambatan. Hal ini menjadi hal yang biasa dalam Demokrasi, pengalihan isu adalah salah satu teknik yang digunakan oleh para elit politik demi memuluskan rencana mereka.
Dalam ilmu politik demokrasi, teknik pengalihan isu ini disebut Red Herring. Red Herring diartikan sebagai teknik yang digunakan seseorang dengan sengaja menyuguhkan informasi lain yang tidak relevan untuk mengalihkan perhatian publik dari topik utama yang sedang dibahas.
Sistem Islam Mendengar dan Menerima Keluhan Umat
Dalam demokrasi, unjuk rasa merupakan strategi menyampaikan aspirasi umat. Namun sayangnya, terkadang aksi ini menimbulkan kericuhan dan kekerasan. Bahkan terjadi vandalisme terhadap fasilitas umum. Terkadang tuntutan umat yang disampaikan melalui unjuk rasa tak didengar wakil rakyat. Sehingga banyak tuntutan dan permasalahan umat tak terselesaikan. Padahal dalam Demokrasi, suara rakyat merupakan hal yang wajib dipertahankan, namun nyatanya suara mereka sering diabaikan.
Dalam demokrasi wakil rakyat hanya bekerja dan melayani rakyat tertentu, rakyat yang dimaksud adalah rakyat yang mempunyai modal besar yang dapat mengeluarkan biaya mahal untuk membuat hukum. Demi meraih keuntungan bersama wakil rakyat dan rakyat -yang mempunyai modal besar- bersinergi menyusun kebijakan tanpa memikirkan kerugiannya bagi rakyat. Jadi sebanyak apapun aksi unjuk rasa yang dilakukan, keadilan akan sulit diwujudkan dalam demokrasi.
Sistem Islam menjaga amanat umat melalui Majelis Umat, aspirasi umat ditampung di majelis umat agar bisa sampai ke penguasa. Segala keluhan umat didengar dan diwujudkan oleh penguasa, Islam memandang kekuasaan ada di tangan umat, umat yang berkuasa. Inilah yang menjadikan para penguasa di sistem Islam tidak akan mengabaikan suara umat. []
Oleh: Tri Cahya Arisnawati
Aktivis Dakwah