TintaSiyasi.id -- Berbad-abad lamanya Kekhilafahan Islam telah melindungi komunitas Yahudi, bahkan mengizinkan kembali ke Jerusalem pasca-Perang Salib.
Fakta tersebut dibenarkan oleh
seorang Rabi asal Palestina bernama Rabi Haim Sofer, yang mengaku bahwa
komunitasnya merasa beruntung ketika berada di bawah naungan Kekhilfahan Islam
dan diterima oleh kaum Muslim
“Kami Yahudi selalu merasa beruntung
dengan adanya Kekhilafahan Islam dan bisa diterima oleh kaum Muslim di dunia
Islam,” ujarnya dalam orasi bela Palestina yang dibagikan oleh akun official
Stand for Palestina, Selasa (24/09/2025).
Sebagai informasi bagi dunia, kata Rabi
Haim dalam orasinya, istri Khalifah Harun Al-Rasyid adalah seorang negarawan
yang pemurah dan tulus dalam berbagi sedekah kepada siapa pun yang membutuhkan
tanpa memandang latar belakang agama.
“Untuk anda ketahui, istri dari
Khalifah Harun Al-Rasyid adalah wanita yang berasal dari wilayah Yaman dan
memberikan sangat banyak santunan kepada yang membutuhkan, termasuk kalangan
warga Yahudi,” lanjutnya.
Tidak tanggung-tanggung, bantuan yang
diberikan oleh istri Khalifah Harun Al-Rasyid sebanyak 1000 koin perak (dirham)
dalam satu hari agar dapat dinikmati oleh warga miskin Yahudi.
Bahkan ketika Khilafah Islam sudah
tidak ada lagi sekali pun, orang tua Rabi Haim Sofer pernah mengisahkan
kemurahan hati tetangga meraka yang Muslim, sebab memberikan domba cuma-cuma
untuk perayaan hari suci Yahudi karena tidak mampu merayakannya.
“Ayah saya, pernah menceritakan kepada
saya bahwa kami punya tetangga Muslim yang berasal dari Irak. Ia pernah
memberikan seekor domba saat hari suci Yahudi Pasech, itu adalah hari suci yang
sangat mahal dan sebagian warga Yahudi tidak dapat merayakannya,” bebernya.
Lanjut, ia katakan bahwa kaum Muslimlah
yang datang dan membawakan makanan
sebagai wujud kepedulian, toleransi, cinta, dan kasih sayang.
Bagi Rabi Haim, hidup bersama di
tengah-tengah kaum Muslim adalah hari-hari yang hebat yang dirasakan oleh
komunitas Yahudi.
Hingga muncul suatu pergerakan nasionalis
Zionis yang menurutnya adalah sebuah kekuatan penjajah kolonial yang menekan,
menjajah, dan melakukan ethnic cleansing terhadap pemilik tanah
yang tanah tersebut bukan milik Zionis nasionalis, melainkan milik warga
Palestina.
“Palestina adalah tanah milik warga
Palestina. Sekali lagi, Palestina adalah tanah milik warga Palestina,”
pungkasnya.[] M.Siregar