Pertama, khilafah. "Institusi politik yang menyatukan dan itulah namanya khilafah," jelasnya.
Kedua, khalifah. "Dan pemimpin yang menyatukan kita itulah yang namanya khalifah," lanjutnya.
Menurutnya, ketiadaaan dua hal tersebut yang membuat umat Islam tidak bersatu dan inilah yang menyebabkan persoalan Gaza belum bisa terselesaikan. Padahal ia melihat, umat Islam luar biasa secara demografi yang jumlahnya dua milyar menurut riset center, tetapi tidak berdaya menghadapi entitas kecil, yaitu Zionis.
Ia meyakini bahwa berbagai bentuk kepedulian umat hari ini diperlukan oleh penduduk Gaza. Namun ia menunjukkan bagaimana berbagai bantuan yang disampaikan ke Gaza tertahan di pintu Rafah.
"Ribuan truk di sana tapi ini tidak bisa di buka, ini satu hal yang sangat ironis sesungguhnya karena pintu itu menghubungkan antara penduduk Gaza dan Mesir artinya sama-sama negeri Muslim, tetapi sekadar untuk membuka pintu Gaza pun kita tidak memiliki kemampuan," sesalnya.
Terlebih lagi ia menunjukkan, bahwa bantuan-bantuan lain yang diupayakan melalui udara dan laut membutuhkan banyak kemampuan. Ia mengingatkan bahwa selain membutuhkan bantuan yang memang diperlukan penduduk Gaza, umat juga harus melakukan sesuatu untuk Zionis yang telah menimbulkan penderitaan.
"Semestinya kita tidak hanya memberikan bantuan kepada korban, tetapi juga melakukan sesuatu kepada mereka yang telah menimbulkan korban sebab kalau tidak maka ibarat kata itu kayak menolong mereka yang digebuki, diobati setelah itu kemudian digebuki lagi," terangnya.
Oleh karena itulah, ia meyakinkan pentingnya kesadaran akan perlunya persatuan umat. "Dengan persatuan kita memiliki kekuatan dan kekuatan itu bisa melindungi harkat dan martabat kehormatan wilayah dunia Islam, khususnya Gaza yang merupakan bagian dari tanah Palestina yang diberkati," tandasnya. [] Dewi Srimurtiningsih
