“Untuk kita bicara publik internasional, tentu solusi
(jihad) itu belum menjadi mainstream,” ujarnya dalam kanal YouTube Muslimah
Ulul Albab bertajuk Intelektual Muslimah: Misi Besar Pembebasan Umat,
Ahad (31/08/2025).
“Semua itu tadi masih menuntut solusi praktis. Kita
lihat yang sudah memahami mendukung solusi tadi sesuai syarak itu masih di
tataran kelompok dakwah dan akar rumput. Ini realitas, evaluasi bagi kita umat
Islam,” imbuhnya.
Ia mengungkapkan bagaimana respons dunia terhadap isu
Gaza, di mana hampir sebagian besar berpihak pada rakyat Palestina. “Namun
gambaran perang yang penuh kebiadaban oleh Israel menyebabkan masyarakat
menganggap solusi perang (jihad) bukanlah solusi sebenarnya,” ungkapnya.
“Saya ingin menjelaskan psikologi manusia ya. Ketika
melihat perang begitu rupa, pasti mereka itukan emosional. Hentikan! Damai!
Gencatan senjata! Kasihan, kasihan! Betul,” lugasnya.
Kalau kita mau ulas, sebenarnya itu karena
ketidakpahaman, karena jihad dalam Islam tidak mungkin membombadir fasilitas umum.
“Tidak mungkin orang tua, anak perempuan dibunuh kayak
gitu. Adab jihadnya tidak begitu. Tetapi karena sekarang umat manusia tidak
melihat gambaran jihad yang sesungguhnya, tidak ada cara lain. Enggak ada. Yang
ada paham yang bergerak emosional, gencatan senjata, damai, berhenti. Hanya itu
yang bisa mereka lakukan,” katanya.
Oleh karena itu, ia menjelaskan bahwa umat Islam
memiliki tanggung jawab besar untuk meluruskan pemahaman sehingga solusi
pembebasan dari penjajahan ini dapat direalisasikan.
Menurutnya, umat Islam perlu memperhatikan bagaimana
opini jihad dan khilafah itu disesatkan dan dijauhkan sedemikian rupa dari umat
Islam.
“Untuk opini jihad dan khilafah, musuh-musuh kita itu
luar biasa merancang penyesatan. Kita tidak punya pelindung, 1924 sampai hari
ini itu sudah satu abad. Bayangkan 100 tahun generasi kita umat Islam ini tidak
mengerti khilafah,” ungkapnya.
Tambahnya lagi, Barat menjalankan strategi penyesatan
opini melalui media yang mereka kuasai dengan konsep Islam moderat dan
bersungguh-sungguh menyerang isu-isu yang dapat memicu kebangkitan hakiki umat
Islam.
“Islam moderat itu isunya bukan bicara soal haji,
umrah, bukan. Islam moderat itu topiknya adalah jihad, khilafah, penguasa
kafir, riba, jilbab. Itu topik yang diganggu-gugat oleh Islam moderat. Mau
umrah bolak-balik, mau haji bolak-balik, mau sedekah, mau apa enggak
pernah diganggu-gugat hukum-hukum itu.
Ini problemnya,” jelasnya.
Menurutnya lagi, yang menjalankan agenda penyesatan
opini dari Barat itu adalah penguasa Muslim yang menjadi antek mereka hingga
umat Islam menghadapi tekanan.
“Nah, kemudian karena penguasa Muslim adalah antek
mereka, mereka juga penguasa ini menjalankan agenda itu. Maaf, akhirnya umat
Islam di bawah tekanan rezim. Intelektual sangat merasakanlah di kampus,”
paparnya.
“Saya ceritakan ini agar bisa mengurai apa yang
terjadi. Kita ditakut-takuti. PNS awas afiliasi dengan ini. Awas begini, awas
begitu. Jangan ikut ini, jangan ikut itu. Narasi ini bagian dari narasi agar
kita semua jangan mengerti solusi persoalan kita sendiri,” jelasnya.
Ia menyimpulkan bahwa umat Islam harus memahami
realitas masalah dan kemudian mencari solusinya sebagai bekal untuk mencerahkan
pemikiran umat. “Telah jelas tuntunan syariat terhadap persoalan Palestina
yaitu jihad dan khilafah,” tandasnya.
“Apa yang bisa kita lakukan? Syariat pun telah
menuntunkan ‘waltakun minkum ummah yad’u na ilal khair, ya’muruna bil
ma’ruf, wa yanhauna ‘anil munkar’. Umat itu ada kelompok, jangan
sendiri-sendiri kerjanya,” ulasnya.
“Lalu, tugas kelompok itu apa? Ya, mengkaji semuanya.
Jadi dipahami semuanya itu cara hidup, cara kita menjalani hubungan dengan
negara lain dan itu dipelajari dalam kelompok dakwah dan bagaimana
hukum-hukumnya.
Lanjut dikatakan, juga terlibat aktif dalam
mengarahkan umat untuk pencerdasan di setiap peluang yang Allah berikan. “Makanya
topik Gaza Palestina ini tidak akan pernah kita tinggalkan karena prioritas per
problem umat hari ini yang paling tricky adalah masalah Palestina,”
ucapnya.
“Tapi tentu saja tidak membuat kita melupakan masalah
dalam negeri. Tidak! Problem dalam negeri itu sama, akibat dari hukum-hukum
Allah itu tidak diterapkan,” pungkasnya.[] Rahmah