TintaSiyasi.id -- Pendahuluan: Cahaya Hikmah dari Wali Allah. Dalam perjalanan panjang menuju Allah, hati seorang hamba kerap dilanda kebimbangan. Dunia menawarkan banyak pintu untuk diketuk. Pintu kekuasaan, pintu harta, pintu popularitas, bahkan pintu kesenangan sesaat. Namun, seorang wali besar, Sayyid Abdul Qadir al-Jailani, mengingatkan kita bahwa semua pintu itu fana. Ada satu pintu yang tidak pernah tertutup, yaitu pintu Allah Yang Maha Pengasih.
Beliau menasihati umat dengan kata-kata yang penuh hikmah agar hati tidak terjebak dalam kegelisahan dunia, tetapi kokoh dalam keyakinan dan cinta kepada Allah. Dua di antara nasihat emas beliau adalah:
1. “Ingatlah, hanya ada satu tempat kita meminta, satu pemberi, dan satu tujuan, yaitu Tuhanmu yang Maha Perkasa lagi Maha Agung. Dialah Maha Pemberi Rezeki. Campakkan segala yang meragukan.”
2. “Bertumpulah pada pintu-Nya dengan kebenaran. Berupayalah sekuat daya mematuhi-Nya dengan taubat dan doa, dengan menunjukkan kebutuhanmu atas kepatuhan dan kerendahhatian, dengan khusyuk dan merunduk.”
Dua nasihat ini bila direnungkan dengan sungguh-sungguh dapat menjadi kompas hidup seorang mukmin di zaman penuh kegelisahan.
Bagian Pertama: Satu Tempat Meminta, Satu Pemberi, Satu Tujuan
1. Allah-lah Tempat Segala Permintaan
Setiap doa, setiap harapan, dan setiap kebutuhan pada akhirnya bermuara kepada Allah. Dia berfirman:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186).
2. Allah-lah Sang Maha Pemberi Rezeki
Manusia hanyalah perantara, sedangkan pemberi sejati adalah Allah. Rezeki tidak sebatas harta, tetapi juga iman, kesehatan, ilmu, dan ketenangan hati.
3. Allah-lah Satu-satunya Tujuan
Hidup hanyalah perjalanan menuju Allah. Segala yang kita lakukan, bila tidak kembali kepada-Nya, hanyalah kesia-siaan. Allah menegaskan:
“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.” (QS. Al-Baqarah: 156).
4. Membuang Keraguan, Menguatkan Keyakinan
Keraguan adalah musuh iman. Keyakinan melahirkan keteguhan, sedangkan keraguan melahirkan kebimbangan. Rasulullah Saw. bersabda:
“Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu.” (HR. Tirmidzi).
Bagian Kedua: Bertumpu pada Pintu Allah dengan Taubat dan Doa
1. Kebenaran sebagai Fondasi
Bertumpu pada pintu Allah berarti menggantungkan hati hanya kepada-Nya dengan kejujuran, bukan kepalsuan.
2. Taubat sebagai Jalan Pulang
Taubat bukan sekadar meninggalkan dosa, tetapi kembali dengan penuh kerendahan hati. Setiap taubat adalah undangan untuk pulang ke pelukan kasih sayang Allah.
3. Doa sebagai Senjata dan Bukti Kebutuhan
Doa adalah ibadah, pengakuan bahwa kita lemah tanpa pertolongan-Nya. Orang yang sering berdoa hakikatnya sedang meneguhkan keterhubungannya dengan Sang Khalik.
4. Kerendahhatian, Khusyuk, dan Merunduk
Allah mencintai hati yang rendah diri, tunduk, dan khusyuk. Itulah tanda hamba sejati: bukan meninggikan diri, melainkan merundukkan hati di hadapan Rabb.
Refleksi Kehidupan Modern
Dua nasihat Al-Jailani ini adalah obat bagi hati di tengah zaman modern:
• Saat dunia menawarkan pintu-pintu semu, Al-Jailani mengingatkan hanya ada satu pintu sejati.
• Saat manusia mencari rezeki dengan kecemasan, beliau mengingatkan Allah-lah Sang Maha Pemberi.
• Saat manusia dilanda kesombongan, beliau mengingatkan pentingnya taubat, doa, khusyuk, dan kerendahhatian.
Doa Penutup
Mari kita akhiri dengan doa yang sering dipanjatkan para salaf:
اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
Allāhumma ikfinī bi-ḥalālika ‘an ḥarāmika, wa aghninī bi-faḍlika ‘amman siwāk.
Ya Allah, cukupkanlah aku dengan rezeki halal-Mu dari yang haram, dan kayakanlah aku dengan karunia-Mu dari selain-Mu.
Penutup: Jalan Pulang Selalu Terbuka
Dua nasihat emas Sayyid Abdul Qadir al-Jailani ini sejatinya mengajarkan satu hal penting, yakni hati seorang hamba harus selalu tertambat pada Allah. Dunia boleh bergejolak, rezeki boleh naik turun, tetapi pintu Allah tidak pernah tertutup.
Barangsiapa mengetuknya dengan taubat, doa, dan kerendahatian, niscaya ia akan mendapati ketenangan dan
kebahagiaan sejati.
Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo