Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Membela Palestina dengan Pembelaan Seutuhnya

Sabtu, 06 September 2025 | 06:57 WIB Last Updated 2025-09-05T23:57:55Z

TintaSiyasi.id -- Darah masih tertumpah di Palestina, tak hanya berasal dari masyarakat sipil dan tentara Palestina, tapi juga darah para jurnalis sang ”Pejuang Pena” yang selama ini telah menyampaikan berbagai informasi, terkait apa yang terjadi di Palestina kepada publik melalui berbagai media.

Terdapat 20 orang, 5 orang di antaranya adalah Jurnalis media internasional yang tewas dalam serangan udara yang dilancarkan oleh Israel terhadap Rumah Sakit Nasser di Gaza. Kelima jurnalis tersebut bekerja untuk kantor berita Internasional Reuters, Al Jazeera, Middle East Eye dan Associated Press. Kematian kelima jurnalis ini menambah panjang daftar jurnalis yang tewas, menurut Committee to Protect Journalist (CPJ) terdapat 200 jurnalis yang tewas akibat serangan Zionis Israel sejak Oktober 2023 (BBCNews, 26/08/2025).

Kecaman datang dari Serikat Jurnalis Palestina, mereka menyebut bahwa Israel telah melakukan perang terbuka kepada media independen dengan tujuan menakut-nakuti jurnalis dan mencegah para jurnalis menjalankan profesionalitas profesi. Sejak awal, Israel memang melarang jurnalis internasional masuk ke Gaza. Keberadaan jurnalis internasional menjadi salah satu hal yang merugikan Israel, karena dengan kedatangan mereka, apa yang sebenarnya terjadi di Gaza diketahui oleh dunia. Tidak mengherankan jika kemudian para jurnalis menjadi target serangan Israel. Hal inilah yang membuat kita sulit percaya pada pernyataan Netanyahu yang menyebutkan bahwa insiden tersebut merupakan kecelakaan tragis.

Kejahatan Israel sejatinya telah terungkap sejak lama, dunia pun sudah mengetahuinya, tapi sayang, sisi humanis para penguasa tak menerima goresan sang pejuang pena yang terus menerus menulis tentang genosida di Gaza, karena hingga detik ini tidak ada langkah yang berarti. Bahkan, umat Muslim yang berjumlah dua milyar sekalipun nyatanya belum sanggup bersatu untuk melawan kekejian zionis serta menuntut para penguasa untuk mengirimkan pasukan ke Gaza. 

Hingga saat ini solusi yang mereka hasilkan nyatanya tetap merugikan Palestina. Seperti solusi dua negara, karena Israel sejatinya menginginkan tanah Palestina secara secara utuh. Maka dari itu pembelaan yang kita berikan mesti seutuhnya, bukan setengah-setengah.

Persoalan Palestina hanya akan selesai dengan solusi hakiki yaitu jihad dan mengirimkan tentara, sayangnya sebagian besar umat muslim merasa tercukupkan dengan hanya mengecam dan mengirim bantuan kemanusiaan. Padahal semua bentuk bantuan sudah dilakukan, tapi realitanya Palestina tetap terjajah. Sebetulnya pernah muncul wacana jihad yang diserukan ulama dunia, namun sayang, tak satupun penguasa yang merespon seruan tersebut. Sebuah hal wajar, sebab negara-negara saat ini terikat dan tersandera oleh berbagai kepentingan politik yang disebabkan nasionalisme dan menyebabkan mereka tidak bisa mengirimkan tentara.

Tanah Palestina adalah tanah kaum Muslim yang dahulu dengan susah payah dipertahankan. Kita pasti ingat bagaimana perjuangan Salahuddin Al ayubi dalam merebut Palestina. Kini, Palestina kembali dirampok oleh mereka. Relakah kita melepaskan Palestina? Tentu tidak, Palestina adalah milik kaum muslim. Wajib bagi kita untuk mempertahankannya, dan bentuk upaya kita yang seharusnya adalah dengan mengirim tentara dan berjihad.

Jihad adalah solusi syar’i nan hakiki dalam persoalan ini, dan solusi ini hanya bisa dilakukan oleh khilafah, sebuah pemerintahan berlandaskan ideologi Islam yang akan mengurus seluruh urusan umat, termasuk kasus Palestina. Khilafah juga akan mempersatukan umat muslim seluruh dunia, lintas benua, bahasa, ras dan batas teritorial wilayah. 

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Irohima
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update