Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Maulid Nabi, Jangan Hanya Sekadar Tradisi

Senin, 15 September 2025 | 06:07 WIB Last Updated 2025-09-14T23:07:24Z


TintaSiyasi.id -- Merayakan kelahiran junjungan umat Islam Nabi Muhammad Saw. yang dikenal dengan istilah Maulid Nabi yang selalu diadakan pada bulan Rabi'ul Awal, seolah-olah sudah menjadi tradisi di negeri ini. Jika ditelusuri hampir tidak ada daerah yang tidak merayakan maulid nabi. Hanya saja tradisi tetaplah tradisi, hanya sekadar seremonial semata. Tidak menjadikan setelah perayaan tersebut merubah kondisi masyarakat menjadi lebih baik, berakhlak mulia dan bersemangat untuk menjalankan syariat yang dibawa oleh nabi (syariat Islam secara kaffah) dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini disebabkan mindset umat Islam terutama semenjak runtuhnya institusi Islam Khilafah Utsmani pada Maret tahun 1924 yang lalu, sebagian umat menganggap maulid nabi memang hanya sekadar seremonial dan hiburan semata. Kegiatan yang sering dilakukan pada acara maulid nabi tersebut hanya diisi dengan kumpul bersama, makan bersama dan membuat berbagai jenis perlombaan, serta mengundang penceramah yang bisa menghibur (lucu-lucuan) bukan mencerdaskan. Begitu saja setiap tahunnya, tanpa ada pencerahan pemikiran umat dan menyelesaikan problematika negeri ini.

Seharusnya peringatan maulid nabi itu bisa menyadarkan bahwa umat Islam dulu pernah menjadi umat yang ditakuti dan negaranya pernah menjadi negara adidaya. Selayaknya para penceramah menceritakan bagaimana Rasulullah berjuang, berdakwah, sampai terwujudnya sebuah institusi Islam pertama di Madinah al-Munawwarah, yang menjadi wasilah tersebarnya Islam ke negeri ini. Serta berusaha mengajak masyarakat untuk kembali memperjuangkannya. Karena, tanpa adanya sebuah negara mustahil Islam bisa sampai kepada kita.

Hanya saja lagi-lagi ceramah yang disampaikan oleh para penceramah, kebanyakan hanya menceritakan sejarah kelahiran nabi. Kisah sebelum nabi diangkat menjadi Rasul, silsilah keluarga nabi, bagaimana akhlak nabi, serta mengajak umat untuk memohon ampun atas segala problematika yang melanda negeri saat ini, mengajak umat taat dalam perihal ibadah saja (ibadah mahdhah). Tanpa melakukan ikhtiar yang mengarah pada perubahan hakiki.

Hendaknya para penceramah menjelaskan bagaimana perjuangan nabi dalam mengemban risalah Islam terutama dari sisi politisnya, bukan hanya dari sisi spritual semata. Sebagaimana yang Rasulullah lakukan. Tanpa adanya perjuangan politik, maka tidak akan tegak sebuah institusi. Dan tanpa adanya sebuah institusi, maka Islam sebagai agama rahmatan lil alamin tidak akan bisa terwujud.

Karena itu, maulid nabi hendaknya menjadikan umat bersemangat untuk mengikuti jejak langkah perjuangan nabi dalam mengemban risalahnya yang mencakup semua urusan, baik individu, keluarga, masyarakat dan negara, yaitu dengan berjuang mewujudkan kembali sistem pemerintahan Islam khilafah.

Ketika Islam belum memiliki sebuah institusi sulit untuk mengembangkan risalah Islam, karena musuh-musuh Islam akan senantiasa memusuhi ide-ide Islam dan mengkriminalisasi ajaran dan para pejuang Islam, sebagaimana yang telah terjadi di Makkah. Kaum kafir Quraisy sangat leluasa menghadang dakwah Islam yang dibawa oleh Rasulullah. Sahabat-sahabat nabi yang lemah terus mengalami intimidasi dan ada yang dibunuh. Dan nabi sendiri pun tidak luput dari kekejaman kafir Quraisy. Tapi, ketika negara Islam sudah tegak dari sanalah kemudahan mendakwahkan Islam itu diperoleh.

Kalaupun ada penceramah yang menjelaskan tentang perjuangan nabi, itupun seperti menceritakan sebuah sejarah yang takkan pernah terulang lagi, hanya sekedar untuk dikenang bukan untuk dijadikan teladan dalam perjuangan selanjutnya. Padahal saat ini umat sangat butuh sekali metode yang baik dan benar dalam melakukan perjuangan untuk memperoleh perubahan.

Apalagi dalam kondisi negeri saat ini, masyarakat sangat menginginkan adanya perubahan. Hanya saja, perubahan apa yang diinginkan? Maka masyarakat butuh pencerahan, masyarakat butuh petunjuk dari para penceramah yang telah dibekali ilmu agama. Yang bisa memimpin gerak parah perubahan. Jangan sampai perubahan yang diharapkan sama seperti perubahan sebelumnya, hanya sekadar ganti rezim, tanpa mengganti sistemnya. Karena itu, umat perlu penceramah yang bisa menjelaskan dan menuntun arah perubahan tersebut. 

Karena, semenjak reformasi yaitu setelah tumbangnya rezim orde baru, sudah delapan pemimpin yang berganti. Namun, yang diperoleh bukanlah kebaikan dan kondisi tidak lebih baik dari sebelumnya. Justru semakin memburuk seperti saat ini yang kita rasakan. Yang sejatinya hari ini kita sudah merasakan buah dari perubahan reformasi tersebut. Karena itu, jangan mengulangi hal yang sama lagi dalam mewujudkan perubahan.

Karena itu, perubahan yang harus diupayakan adalah perubahan revolusi. Tentunya jangan revolusi ke komunisme. Sebab, komunisme yang atheisme akan melakukan perubahan dengan jalan kekerasan, brutal serta menghancurkan fasilitas-fasilitas umum. Tentu tidak boleh melakukan perubahan seperti itu, apalagi negeri ini adalah negeri yang beragama dan mayoritas Muslim. Tidak boleh mengambil jalan merusak dan kekerasan. 

Dan sistem komunisme ini sudah pernah diterapkan oleh negeri ini pada masa orde lama. Dan umat juga telah merasakan dampak buruk penerapan sistem komunisme ini. Jika, perubahan yang dilakukan melegalkan kekerasan, apakah masih mau mengulangi revolusi ke arah reformasi perubahan rezim saja atau komunisme? 

Karena itu revolusi yang harus diperjuangkan adalah revolusi yang dilakukan oleh Rasulullah dalam mengubah masyarakat jahiliah ke masyarakat Islam. Perubahan revolusi inilah yang harus bahkan wajib diikuti, apalagi pada momentum maulid nabi.

Sebagaimana dalam sirah perjalanan dakwah nabi dalam melakukan perubahan ada beberapa metode hingga berhasilnya meraih perubahan, yaitu:

Pertama, fikriyah (pemikiran). Rasulullah melakukan pergolakan pemikiran (mengubah mindset) dengan orang-orang kafir Quraisy. Mengajak mereka untuk berpikir bahwa aturan atau tradisi yang berlaku di masyarakat pada saat itu sangat zalim, menyalahi akal dan fitrah, serta menyampaikan solusinya.

Begitu juga pada kondisi saat ini, ikhtiar yang konkrit yang bisa dilakukan adalah menyampaikan kepada umat tentang kondisi yang sudah sangat jauh dari Islam. Mengubah mindset umat tentang demokrasi dan khilafah. Saat ini umat sedang dikuasai oleh orang-orang kafir Barat dan menerapkan aturan jahiliah (demokrasi). Umat melihat demokrasi satu-satunya sistem yang terbaik untuk mengatur kehidupan ini. Begitu sebaliknya umat melihat khilafah itu sebagai ancaman.

Padahal penerapan sistem demokrasi itulah yang menjadi biang kerok permasalahan umat saat ini, masalah datang secara bertubi-tubi. Dalam demokrasi umat diminta untuk menjauhkan Islam dari kehidupan dan menjadikan pajak sebagai sumber pemasukan APBN. Dan aturan jahiliah ini (demokrasi) membuat umat sengsara bukan hanya di dunia tapi juga diakhirat kelak. Mindset baiknya demokrasi dan buruknya khilafah wajib dilakukan. Walaupun mengubah mindset tidak semudah membalikan telapak tangan. Tapi, begitulah yang Rasulullah lakukan. Sebab, mengubah mindset akan mudah mengubah perilaku.

Kedua, laa madiyah atau tidak melakukan aktivitas fisik. Sebelum tegaknya institusi Islam di Madinah, Rasulullah tidak melakukan aktivitas fisik apapun. Seperti, membangun fasilitas-fasilitas umum, melakukan kegiatan sosial, apalagi kekerasan. Seperti, sweeping-sweeping, jihad ofensif. Aktivis tersebut Rasulullah lakukan ketika setelah tegaknya negara Islam di Madinah. Artinya setelah Rasulullah menjadi kepala negara. Jadi memang fokus pada perubahan mindset atau pemikiran.

Ketiga, thalabun nushrah. Usaha untuk menegakkan institusi Islam butuh pendukung yang memiliki kekuatan. Sebagaimana Rasulullah melakukan aktivitas tersebut pertama ke Thaif, namun tidak berhasil. Kemudian kepada kabilah-kabilah Arab yang datang pada musim haji. Sampai beliau bertemu dengan kabilah Aus dan Khajraj sebagai ahlu quwwah (yang memiliki kekuatan) menolong dakwah Rasulullah, hingga berhasil tegaknya daulah Islam di Madinah.

Sebagai Muslim kita wajib mencontoh bagaimana Rasulullah melakukan perubahan. Dan ini merupakan salah satu sebagai bukti cinta kita kepada Rasulullah, bukan hanya sekedar merayakan kelahirannya. Tapi wajib mengikuti segala apa yang Rasulullah perintah dan larang. Sebagaimana firman Allah yang artinya: 

"Dan apa saja yang dibawa oleh Rasul kepadamu maka terimalah dan apa saja yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah" (TQS al-Hasyr ayat 7).

Rasulullah tidak pernah menawarkan demokrasi sebagai sistem pemerintahan, apalagi memperjuangkannya sebagai jalan perubahan. Dan Rasulullah juga tidak menjalankan sistem kerajaan atau monarki. Yang Rasulullah tawarkan adalah sistem pemerintahan Islam yang pada masa Rasulullah namanya daulah islam. 

Setelah Rasulullah wafat kepemimpinan berpindah kepada para sahabat Khulafaur Rasyidin yang kemudian sistem pemerintahan Islam tersebut diberi nama khilafah. Sebagaimana hadits nabi yang artinya:

"... Kemudian Allah mengangkat masa kepemimpinan nabi, ketika Allah hendak mengangkatnya (mengakhirinya). Kemudian akan ada masa khilafah ala minhajinnubuwwah...". (HR. Riwayat Ahmad). Inilah bukti bahwa kita cinta Rasulullah

Untuk itu, jika memang benar-benar menginginkan perubahan, maka perubahan tersebut harus revolusi tidak boleh tambal sulam seperti yang sudah-sudah. Sebab, harapan untuk meraih kesejahteraan, keadilan dan kebahagiaan hanya bisa diperoleh dengan perubahan sistem, bukan sekedar perbaikan atau mengganti individu pejabatnya saja. Wallahu a'lam bishshawab. []
 

Fadhilah Fitri, S.Pd.I.
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update