Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Ketangguhan Generasi Gaza Sebagai Inspirasi Pemuda Duck Syndrome

Kamis, 04 September 2025 | 18:58 WIB Last Updated 2025-09-04T11:58:13Z

Tintasiyasi.id.com -- Zionis terus melakukan berbagai cara untuk mengosongkan Wilayah Gaza. Demi mencapai tujuannya, mereka tidak segan menggunakan metode yang sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan.

Hingga hari ini, bentuk genosida yang masih terus diluncurkan adalah memblokade bantuan pangan dan obat-obatan yang semestinya disalurkan ke warga Gaza. 

Sehingga menyebabkan kelaparan parah dan kematian massal. Di balik itu, semangat anak-anak di Gaza untuk tetap belajar tak padam dan berprestasi dalam menggapai cita-cita.

Tangis haru meliputi anak-anak Palestina yang kehilangan orangtua mereka, saat mereka lulus dalam sebuah acara di desa yatim piatu, Al-Wafaa, Gaza. Ditambah lagi, pernyataan PBB terkait wilayah yang terkepung telah rusak sekitar 97% akibat serang zionis, termasuk fasilitas pendidikan (www.aljazeera.com, 18/8/2025).

Di sisi lain, muncul fenomena pada anak muda yang berada dalam tekanan yaitu duck syndrome. Berdasarkan pengamatan Psikolog dari Unit Pengembangan Karier dan Kemahasiswaan (UKK) Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Anisa Yuliandri, sebutan duck syndrome pertama kali disematkan kepada mahasiswa Universitas Stanford yang terlihat tenang tetapi sebenarnya sedang berada di bawah tekanan besar (Kompas.com, 22/8/2025).

Semangat belajar di tengah perang
tidak ada hentinya pembantaian di Gaza, namun anak-anak disana tetap menuntut ilmu, seperti membentuk generasi penjaga masjid Al Aqsa yang masih tetap berjalan. Remaja dan orangtua bahkan nenek-nenek yang memiliki kemampuan, melakukan diskusi dan memberikan pelajaran serta pendidikan pada anak-anak Gaza, terutama Pendidikan Qur'ani.

Tujuan Pendidikan Qur'ani adalah membentuk generasi yang berkepribadian Islam penjaga Al Aqsa. Di tengah kondisi perang, anak-anak tetap melaksanakan kewajiban menuntut ilmu. Perang bukan alasan bagi mereka untuk berhenti belajar, justru mereka semakin bersemangat untuk menambah ilmu dan mempertebal akidah mereka agar dapat mengalahkan zionis.

Selain itu, mereka berhasil menyelesaikan pendidikan tanpa didampingi orangtua mereka yang lebih dahulu syahid. Tak kenal kata menyerah bagi kamus mereka.

Kapitalisme Sekuler Penyebab Duck Syndrome

Berbeda dengan kondisi yang terjadi pada mahasiswa yang berada dalam tekanan Sistem Kapitalisme saat ini, mereka berjuang untuk tetap bertahan. Akibat tuntutan hidup sempurna dan gaya hidup ala kapitalisme telah menjerat generasi muda. 

Maka, mereka harus berupaya memenuhi tuntutan ala sekuler kapitalis tersebut, padahal sebenarnya tidak mampu. Sehingga menjadi stres dalam menjalani hidup.

Kondisi ini disebut dengan istilah duck syndrome, dimana seseorang terlihat baik-baik saja, tenang dan tampak bahagia, namun sebenarnya mempunyai banyak masalah, beban, dan tekanan. 

Faktor duck syndrome diantaranya yaitu ekspektasi dari keluarga atau teman yang terlalu tinggi, tekanan akademik maupun pekerjaan yang kian kompleks, ataupun pengalaman yang traumatik seperti kekerasan verbal, fisik, dan seksual, serta terpengaruh terhadap standar kesuksesan di media sosial.

Ditambah lagi anak muda saat ini lemah iman, tidak memahami hakikat hidup, prioritas amal, rendahnya kesadaran politik bahwa sistem sekuler kapitalisme salah satu penyebab yang menjadikan krisis multidimensi.

Sehingga memicu seseorang memiliki gangguan kecemasan, stress berat, dan depresi berat dalam menjalani hidup. Hal ini berbanding terbalik dengan ketangguhan anak-anak di Gaza dalam menjalani hidup dibawah tekanan yang sangat berat sekalipun.

Butuh Persatuan Dalam Naungan Khilafah

Berdasarkan pembantaian di Gaza yang terus menerus dilakukan, maka dalam hal ini butuh penyatuan kekuatan kaum muslimin untuk mengakhirinya, sehingga anak-anak bisa merasakan kembali kehidupan yang indah dalam naungan syariat Islam.

Sebagaimana perintah Allah dalam Al-quran untuk menjaga persatuan, dan menjauhi perpecahan serta perselisihan;

“Dan berpeganglah kalian semua pada al-Qur’an, jauhilah perpecahan dan perselisihan, dan bersyukurlah kepada Allah atas kenikmatan yang telah Dia berikan berupa persatuan dan kasih sayang di antara kalian, setelah kalian saling berselisih pada masa jahiliyah, kemudian dengan karunia Allah kalian menjadi saling bersaudara dan menyayangi. Dan sebelumnya kalian hampir jatuh ke jurang neraka Jahannam kemudian Islam menyelamatkan kalian." (TQS. Al-Imron : 103).

Berdasarkan hal ini, pentingnya Sistem Khilafah untuk ditegakkan. Sehingga butuh perjuangan dari umat, termasuk para pemuda/mahasiswa muslim, untuk menyadarkan kaum muslim yang belum memahami Sistem Khilafah. 

Sesungguhnya jika diterapkan, maka tidak ada lagi penindasan keji yang dilakukan oleh zionis. Selain itu juga, ketangguhan anak-anak Gaza merupakan obat sekaligus inspirasi bagi mereka yang terkena duck syndrome. Ketangguhan mereka juga sebagai bukti nyata keperkasaan Islam dalam membina generasi.

Kemudian yang terpenting adalah menanamkan kesadaran tentang identitas sesungguhnya sebagai seorang muslim, dan bangkit dari keterpurukan dalam kubangan kapitalisme yang justru membuat stres dan menjerumuskan. Semua itu membutuhkan penyadaran politik dan adanya kebutuhan perubahan ke arah islam sebagai solusi paripurna termasuk pembebasan Palestina dari genggaman zionis.

Khatimah

Dengan demikian, metode terbaik untuk membina generasi tangguh dan menghapus fenomena duck syndrome yaitu penerapan aturan Islam Kaffah. Dari sinilah keimanan yang kuat akan terpancar pada setiap individu. Sehingga lahirlah generasi pejuang yang siap menjaga citra islam dan mampu meraih kejayaan umat yang telah lama redup. Allahu a'lam Bishshowwab[]

Oleh: Mukhlisatun Husniyah
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update