Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Filisida Maternal Buah Sistem Kapitalis

Kamis, 25 September 2025 | 05:32 WIB Last Updated 2025-09-24T22:32:52Z

TintaSiyasi.id -- Baru-baru ini, publik dikejutkan dengan kasus yang sangat memilukan serta menyayat hati, yaitu tragedi seorang ibu berinisial EN (34) mengakhiri hidupnya setelah diduga kuat meracuni dua anaknya sendiri hingga tewas yang berusia 9 tahun dan 11 bulan. (metro.com, 9 September 2025)

Pelaku juga sempat menyampaikan permintaan maaf kepada anak-anaknya, dan menyatakan lebih baik masuk neraka daripada melihat kedua anaknya hidup sengsara didunia. Ia juga merasa telah dikucilkan oleh warga sekitar tempat tinggalnya, menjadi bahan omongan dan gunjingan, sementara (EN) tidak punya tempat untuk mengadu dan bersandar.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyampaikan bahwa kasus seorang ibu yang tewas bunuh diri usai meracuni dua anaknya di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, merupakan terkategori Filisida Maternal yakni tindakan orang tua yang membunuh anaknya sendiri dalam keadaan sadar.

Di lokasi kejadian polisi juga menemukan surat wasiat yang ditinggalkan korban, berisi curahan hati tentang tekanan hidup yang dialami korban, berupa utang yang menumpuk, dan kekecewaan terhadap suami yang kerap berbohong dan lalai dari tanggung jawabnya. Kasus ini sangat mengguncang publik terlebih di media sosial karena kasus ini menyentuh isu kemiskinan, kesehatan mental dan lemahnya sistem perlindungan sosial di masyarakat.

Kasus Filisida Maternal juga pernah terjadi di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Agustus 2025, di mana dua anak perempuan kakak beradik berusia 6 dan 3 tahun ditemukan tewas di Pantai Sigandu, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Awalnya ibu yang berinisial VM (31) akan mengajak anak-anaknya meninggal bersama, namun dalam kasus ini ibu tidak meninggal karena terseret ombak dan ditemukan bersembunyi di dalam toilet portabel di sekitar lokasi kejadian. (Antaranews.com, 4 Agustus 2025)

Kalau kita melihat kasus Filisida Maternal ini maka penyebabnya bukan hanya sekedar kegagalan pribadi atau individu semata, karena kita tidak bisa begitu saja menyalahkan tindakan ibu tanpa menelusuri akar dari tragedi ini. Faktanya dari berbagai kasus pelakunya selalu mengalami tekanan psikologis yang sangat berat, bisa disebabkan faktor ekonomi, faktor kekerasan dalam rumah tangga, ketiadaan dukungan sosial, keluarga serta masyarakat sekitar.

Ditambah sistem yang diterapkan saat ini memaksa perempuan bukan hanya berfungsi sebagai ibu rumah tangga tetapi harus memikul beban ganda, dipaksa mengelola keuangan rumah tangga yang pas-pasan dan tak jarang juga ibu terpaksa harus bekerja demi bertahan di tengah mahalnya biaya hidup. Belum lagi biaya pendidikan, kesehatan yang semakin tak terjangkau. Inilah buah dari sistem yang rusak yaitu sistem kapitalis.

Dalam sistem kapitalis, negara berlepas tangan terhadap kesejahteraan rakyatnya. Peran perempuan dan laki-laki dianggap sama, yakni sebagai pemutar roda perekonomian, sehingga perempuan terpaksa dan terus didorong untuk bekerja, bekerja dan bekerja. Kondisi inilah yang membuat perempuan mengalami kelelahan mental, depresi, hingga gangguan kejiwaan serius.

Kondisi ini tidak akan terjadi jika Islam yang dijadikan sebagai sistem kehidupan. Dalam sistem Islam peran ibu sangatlah dimuliakan, ibu memiliki peran sentral sebagai pendidik pertama yang menanamkan nilai-nilai keimanan dan akhlak, guru dan panutan dalam keluarga, pengasuh yang penuh kasih sayang, serta membangun peradaban Islam melalui peran pentingnya dalam mencetak generasi unggul dan menjaga kehormatan keluarga. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, dan menjadi fondasi utama bagi perkembangan karakter anak-anaknya.

Dalam syariat Islam para perempuan tidak diwajibkan untuk mencari nafkah, karena kebutuhan hidupnya adalah tanggung jawab suaminya atau walinya. Kesehatan jasmani dan kesehatan mental dijaga dengan berbagai keringanan terhadap perempuan dalam berkarier tetapi justru memberikan perlindungan agar peran alaminya sebagai ibu tidak terganggu.

Khilafah juga akan menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat dan Khilafah juga akan memastikan dipastikan distribusi tersebut sudah sampai kepada seluruh masyarakat. Bukan data-data fiktif seperti di sistem kapitalis sekarang. Pendidikan, kesehatan, infrastruktur yang berkualitas bisa didapatkan secara gratis terhadap semua warga negara Islam.

Kasus Filisida Maternal harus menjadi alarm atau cambuk keras bagi kita semua bahwa sistem hari ini gagal melindungi yang paling lemah. Islam datang bukan hanya sebagai agama ritual dan spiritual, tetapi sebagai ideologi yang mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk pelindungan terhadap perempuan dan anak-anak.

Slogan “Perempuan Berdaya” atau kampanye kesehatan mental perempuan yang hanya bersifat permukaan belaka, tidak akan mampu menghentikan kasus-kasus Filisida Maternal. Solusi sejati hanya akan lahir dari sistem yang benar yang datang dari zat yang maha benar, yaitu sistem Islam yang membangun masyarakat atas dasar ketaatan kepada Allah dan keadilan sosial yang hakiki.

Umat Islam harus bangkit dan membuka mata bukan hanya berduka, tetapi juga harus berpikir, apakah sistem rusak dan merusak seperti ini layak dipertahankan. Saatnya kita kembali kepada sistem Islam, sistem yang pernah dicontohkan Rasulullah dan para sahabat. Agar kita dapatkan Rahmatan lil ‘alamin

Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Sunani
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update