Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Dunia di Bawah Kapitalisme Menunjukkan Kerusakan Luar Biasa

Selasa, 30 September 2025 | 11:43 WIB Last Updated 2025-09-30T04:43:17Z

TintaSiyasi.id -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto, mengatakan bahwa dunia dibawah sistem kapitalisme sekarang ini menunjukkan kerusakan yang luar biasa.

"Dunia yang di bawah kapitalisme sekarang ini menunjukkan kerusakan yang luar biasa," ujarnya dalam Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H: Satu Risalah, Satu Umat, Satu Tujuan, Sabtu (27-9-2025).

UIY mengungkapkan, salah satu yang semakin hari semakin nyaring di teriakkan adalah soal kesenjangan. Dalam world ekonomic forum atau beberapa tahun yang lalu Oxfam, satu LSM dunia itu menyampaikan laporan dengan satu judul yang sangat menghentak, 'time to care', menyoroti kesenjangan dunia. LSM itu menunjukkan data bahwa 2000 miliuner dunia itu kekayaannya lebih banyak daripada 4,6 miliar manusia di muka bumi.

"Jadi 2000 orang, itu kekayaannya lebih besar daripada 4,6 miliar orang. Menarik bahwa Oxfam menyoroti Indonesia. Indonesia itu adalah negara dengan kesenjangan termasuk paling parah di dunia. Nomor 4," ungkapnya.

UIY menngungkapkan kesenjangan di Indonesia itu digambarkan dengan angka 1:19. Jadi pendapatan orang paling kaya itu 19 kali lipat lebih banyak daripada yang di bawahnya, dan itu terbukti pada data yang terakhir ini, data tabungan masyarakat 98 persen kurang lebih 9000 triliun. 98 persen itu mereka yang memiliki tabungan di bawah 100 juta. Jadi yang di atas 100 juta itu hanya 2 persen. Rata-rata yang di bawah 100 juta pun itu turun semula sekitar 4 juta rata-rata itu sekarang hanya kurang lebih sekitar 1 juta 

"Nah sementara yang di atas 100 juta, yang 2 persen, tadi itu jumlahnya itu di atas 4000 triliun. Jadi sudah separuh lebih dari jumlah tabungan yang ada. Jadi kesenjangan ini luar biasa," ujarnya.

Dia menjelaskan, kesenjangan luar biasa seperti itu terjadi mencerminkan produk langsung dari kapitalisme yang sangat mengagungkan pemilik modal. Adapun yang memicu kesenjangan itu, secara principal itu adalag tatanan ekonomi yang ribawi. Secara institusional, perbankan itulah alat institusi yang makin menambah kesenjangan.

Kemudian, ia menjelaskan, kesenjangan itu timbul oleh karena distribusi yang buruk. Jadi yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin. Distribusi yang buruk dan itu problem besar dari ekonomi sekarang. 

Ia mengutip, BPS, di mana penghasilan mereka itu kurang lebih sekitar 20.000 per orang per hari itu ada 24 juta, tetapi kalau menggunakan garis kemiskinan yang dibuat oleh world bank, kurang lebih sekitar 35.000 per orang per hari maka ada 171 juta orang di Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan.

"Jadi bukan tidak ada uang, uang tidak sampai kepada mereka, uang yang beredar di negeri ini 8000 sampai 9000 triliun, baik uang kartal maupun uang giral, sama juga dengan soal rumah, ada banyak mereka yang tinggal di emperan toko di bantaran sungai di kolong jembatan bukan karena tidak ada rumah ada rumah, kalau kita tinggal di komplek ada banyak rumah kosong bukan tidak ada yang punya ada yang punya tapi ini mungkin rumah kedua ketika keempat," terangnya. 

Kemudian, ia menegaskan, perbankan ini hari itu justru memperburuk distribusi. Karena mereka mengumpulkan uang dari sekian banyak anggota masyarakat melalui tabungan, lalu disalurkan kepada crime bank cable. "Siapa yang crime bank cable pasti mereka yang punya usaha, punya kemampuan untuk membayar mengembalikan dan membayar bunganya dan kedua punya agunan pasti adalah pengusaha yang sudah mapan," jelasnya. 

"Walhasil akhirnya mereka yang sudah punya usaha tambah lagi punya modal untuk usaha yang lebih besar lagi jadi kesenjangan makin besar dan siapa aktor utama dari timpangnya kesenjangan itu atau buruknya distribusi negara, negara yang mengambil kapitalisme, karena Oxfam di dalam rekomendasi mengatakan persoalan ini hanya bisa diatasi oleh negara kata dia begitu," pungkasnya.[] Alfia Purwanti

Opini

×
Berita Terbaru Update