Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Darurat Bahaya Berdirinya Israel Raya

Selasa, 16 September 2025 | 06:13 WIB Last Updated 2025-09-15T23:14:04Z


Tintasiyasi.id.com -- Darurat panggilan terakhir dari Baitul Maqdis. Pertolongan militer sangat darurat dibutuhkan karena Baitul Maqdis dikepung tentara Israel dari darat, laut, dan udara. Panggilan terakhir bagi Muslim khususnya yang mengaku beriman & manusia pada umumnya yang masih punya rasa kemanusiaan. 

Kita butuh menyadari sejatinya perundingan tidak akan menghasilkan perdamaian. Buktinya parlemen Israel sangat berambisi mewujudkan Israel Raya. Beberapa hari ini Israel konsisten dengan secara masif menyerang Gaza, Tepi Barat, Libanon, Suriah, Irak, Qatar, Yaman, Tunisia, dan Iran. 

Israel sejatinya tidak hanya menyerang Gaza tapi juga menyasar setiap manusia, khususnya Arab dan muslim di seluruh dunia. Pernyataan presiden Israel Netanyahu terbaru: Tidak akan ada negara Palestina. 
Ternyata ambisi Israel makin besar, tidak hanya ingin menguasai Gaza. tapi juga ingin mewujudkan Israel Raya. 

Gagasan Israel Raya adalah gagasan ekspansionis zionis yang jauh melampaui garis batas negara Israel saat ini. Wilayahnya meliputi Tepi Barat, Jordania, hingga Irak. 

Hal ini diperkuat ketika Presiden Netanyahu di forum Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 22 September 2023 di New York, Amerika Serikat. Saat itu Netanyahu memperlihatkan peta negara Israel yang mencakup wilayah Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Jerusalem Timur.

Pemimpin partai ultra kanan, National Religious Party, yang kini menjabat Menteri Keuangan Israel, Bezalel Yoel Smotrich, dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi Israel pada tahun 2016 menegaskan hal serupa. 

Menurut dia, untuk mewujudkan Israel Raya, perbatasan negara Israel harus mencakup wilayah Suriah, Irak, Jordania, Lebanon dan sebagian wilayah Mesir dan Arab Saudi. Smotrich lalu mengulang lagi pernyataan tentang Israel Raya itu dalam pidatonya di kota Paris, Perancis, pada Maret 2023.

Ketika Netanyahu pada 13 Agustus 2025 lewat wawancara dengan stasiun televisi Israel, i24, secara resmi mengungkap tentang keterikatannya dengan gagasan Israel Raya, maka gagasan tersebut naik kelas menjadi gagasan resmi negara Israel. Mengapa? Karena disampaikan oleh seorang Perdana Menteri Israel.

Gagasan Israel Raya itu kembali menguat karena beriringan dengan proyek relokasi warga Gaza. Sebagaimana diberitakan, Netanyahu dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump berniat memindahkan 2,3 juta jiwa warga Palestina ke negara lain. Gagasan itu menguat sejak akhir Januari 2025.

Israel terakhir ini diberitakan melakukan komunikasi dengan Sudan Selatan. Tel Aviv berupaya membujuk Pemerintah Sudan Selatan untuk bersedia menerima warga Gaza yang akan direlokasi nanti. Israel juga diberitakan melakukan komunikasi dengan Libya agar mau menerima warga Gaza.

Proyek relokasi warga Gaza ke negara lain itu bisa jadi bagian dari upaya mewujudkan gagasan Israel Raya. Hingga saat ini, Israel terus berusaha dengan segala cara menyukseskan proyek relokasi warga Gaza itu. Kuat dugaan, proyek relokasi warga Gaza itu memiliki korelasi erat dengan gagasan Israel Raya tersebut.

Konsep Israel Raya, Menurut Pendiri Zionisme

Theodore Herzl, menyatakan Negara Yahudi adalah Israel Raya yang membentang dari Sungai Mesir hingga Efrat. Jadi, negara ini akan mencakup: 

1. Palestina
2. Libanon Selatan hingga Sidon dan Sungai Litani. 
3. Dataran Tinggi Golan Suriah, Dataran Hauran, dan Deraa.
4. Jalur Kereta Api Hejaz dari Deraa hingga Amman, Yordania, serta Teluk Aqaba. 

Hal ini menyiratkan bahwa Israel Raya ialah penyertaan Palestina di Israel. Banyak sejarawan dan pengamat hubungan internasional menyatakan bahwa inilah alasan Israel secara perlahan dan strategis merampas semakin banyak tanah dari negara-negara tetangganya, khususnya Palestina. 

Sementara banyak Zionis lain juga mengatakan bahwa Israel Raya mencakup tanah dari Sungai Nil di Barat hingga Sungai Efrat di timur, yang meliputi Palestina, Libanon, Suriah barat, dan Turki selatan.

Akan tetapi penting untuk diingat bahwa rancangan Israel Raya mungkin tidak sepenuhnya merupakan Proyek Zionis untuk Timur Tengah. Banyak pakar dan akademisi baru-baru ini menyatakan bahwa rancangan tersebut merupakan bagian integral dari kebijakan luar negeri AS yang bertujuan memperluas hegemoni AS ke Timur Tengah serta memecah belah Timur Tengah.

Kebijakan semacam itu yang ditempuh AS di kawasan tersebut sejalan dengan Rencana Yinon. Rencana ini merupakan strategi Israel untuk memastikan keunggulan regional. Rencana ini merupakan kelanjutan dari taktik sebelumnya yang digunakan Inggris di Timur Tengah

Sesuai dengan Rencana Yinon, Israel perlu mengonfigurasi ulang lingkungan geopolitiknya melalui Balkanisasi negara-negara Arab di sekitarnya yang mengubahnya menjadi negara-negara yang lebih kecil dan lebih lemah

Amerika Serikat telah menjadi pendukung setia Israel dan merupakan salah satu negara pertama yang menerima keberadaannya. AS menganggap perdagangan minyak sebagai imbalan atas senjata dan teknologi dengan Israel. Hal itu juga berguna dalam mempertahankan hegemoninya di Timur Tengah.

Presiden Donald Trump telah berbicara tentang dukungannya terhadap permukiman ilegal Israel pada 2017. Ini juga termasuk penentangannya terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB 2334 yang berkaitan dengan permukiman ilegal Israel di wilayah Tepi Barat yang diduduki.

Pemerintahan Trump juga mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan beserta pencaplokan Tepi Barat sepenuhnya ke Israel.

Jihad & Khilafah Solusi Melawan Israel Raya 

Sejarah membuktikan, sepanjang Khilafah masih ada, wilayah Palestina dan wilayah Islam lainnya terlindungi. Ketika Khilafah tidak ada itulah penjajahan di mulai berlangsung.

Jangan lagi tidak ada, saat Khilafah lemah saja, Palestina sempat dikuasai hampir 100 tahun oleh tentara salib. Oleh karena itu, tegaknya kembali Khilafah akan memastikan wilayah yang sangat istimewa bagi umat Islam sedunia itu bisa dikuasai kembali.

Mengapa harus jihad? Karena jihad itulah bahasa yang orang-orang Yahudi kenal. Sudah tidak terhitung banyaknya perundingan damai dilakukan, tetapi hasilnya nol besar. Mereka tetap saja merangsek masuk ke wilayah Palestina. Memang mereka tidak ingin berdamai sampai cita-cita Negara Israel Raya terwujud. 

Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk mengusir mereka adalah dengan jihad. Ketika Khilafah tegak, jihad bisa dilakukan dengan lebih baik. Dengan potensi tentara dan perlengkapan militer yang dimiliki oleh umat Islam sedunia yang berhasil disatukan oleh khilafah, tidak sulit menyelesaikan persoalan Palestina dengan tuntas.

Jihad jelas perlu kekuatan senjata, sedangkan Khilafah belum lagi berdiri. Jadi langkah logis dan praktisnya adalah tentara yang ada di lebih dari 50 negeri muslim ini dikirim ke Palestina untuk melancarkan jihad itu. 

Andai masing-masing negeri muslim mengirim satu batalion saja, sudah terkumpul lebih dari 50 batalion yang dengan semangat jihad tentu akan menggetarkan kekuatan Zion*s di sana.

Masalahnya, tidak ada tanda-tanda para penguasa negeri Islam hendak mengirimkan tentara untuk berjihad melawan entitas penjajah Yahudi. Mereka cuma mengecam atau mengutuk. Sehingga tidak hanya Gaza yang dikuasai Israel tapi juga wilayah muslim lainnya dengan Israel Raya

Di situlah pentingnya penyadaran umat bahwa begitulah penguasa negeri muslim. Alih-alih membantu Palestina, mereka malah membantu Israel. Juga penting penyadaran tentang kewajiban perjuangan bagi tegaknya kembali Khilafah. Khilafah akan menyatukan umat Islam. Dengan persatuan itu umat Islam menjadi kuat. Dengan kekuatan itulah, penjajah bisa dienyahkan dari Bumi Palestina dan wilayah dunia Islam lain.

Reminder Jumat 4 Juli 2025 hari peringatan penaklukan Baitul Maqdis oleh Khalifah Umar bin Khattab ra. Mari Kita bersatu sebagaimana dulu. Sejatinya bukan musuh kita yang kuat tapi Kitanya yang belum mau bangkit bersatu. 

Seruan untuk Umat Islam 

Pertama: Penting terus dipahamkan bahwa perseteruan hakiki umat Islam bukan hanya dengan Yahudi atau Israel, melainkan juga dengan negara-negara imperialis Barat yang memunculkan krisis ini di tengah-tengah umat Islam.

Kedua: Tetap mengobarkan jihad sebagai satu-satunya jalan untuk menghalangi tegaknya Israel Raya

Ketiga: Mempertahankan kondisi perang secara terus-menerus terhadap musuh kaum muslim dengan tidak melakukan perjanjian apa pun dengan mereka dan Fokus untuk memperjuangkan persatuan Umat sehingga bisa tegak kembali Khilafah, sehingga nantinya kita memiliki Khalifah yang memberikan komando Jihad hujumi offensif melawan tegaknya Israel Raya. Wallahu A'lam bishshawwab.[]

Oleh: Imanda Amalia SKM MPH 
(Dosen, Founder @rumahsyariahinstitute) 

Opini

×
Berita Terbaru Update