“Jika anda mengambil contoh para
pemimpin Teluk, seperti Hashemite Family, mereka berada di tampuk kekuasaan
dengan satu alasan, yaitu karena Inggris meletakkan mereka ke dalam kekuasaan.
Karenanya mereka harus loyal pada Inggris,” ujarnya dalam video yang dibagaikan
akun @TGeopility, How Britain Ruled the World, Kamis (18/09/2025).
Selanjutnya, ia mengungkapkan,
keluarga kerajaan di Teluk khususnya para Raja, mereka semua mendatangi Sandringham untuk belajar
dan pelatihan militer.
Sehingga hubungan antara keluarga
raja di Teluk dengan Inggris sejak lama telah berkembang, dan kondisi demikian
menjadi bukti yang menunjukkan bahwa relasi yang terjalin dengan negara super
power tidak selalu harus berstatus agen, tetapi juga bisa berdasarkan suatu
hubungan lain, seperti Hashemite Family di Yordania.
“Karena ada relasi dengan super
power dunia, tidak berarti seseorang akan menjadi agen. Ini juga bisa berdasarkan
pada hubungan, dan Hashemite contohnya. Mereka memberikan segalanya kepada
Inggris walaupun mereka tidak akan pernah memiliki kekuasaan sesungguhnya,”
terang Adnan.
Menurut Adnan Khan, yang juga
merupakan pengamat hubungan internasional, menyebutkan bahwa Yordania adalah
negara palsu yang seharusnya tidak perlu ada. Bahkan dalam peta sejarah pun,
Yordania tidak ada.
“Maksud saya, Yordania adalah negara
palsu yang seharusnya tidak perlu ada. Sungguh tidak pernah ada dalam sejarah.
Maksudnya, jika anda bertanya, siapakah orang-orang Yordania itu?” tegasnya
lagi.
Ia mengakui, sulit untuk menerima
kenyatan tentang Yordania. Tetapi kata Adnan, tidak ada tanah tertentu
(spesifik) yang disebut dengan Yordania.
Yordania hanyalah penyebutan secara harfiah yang menunjukkan adanya garis yang ditarik antara Prancis dan Inggris dalam Perjanjian Sykes-Picot.
Inggris cukup canggih dalam hal
menjalin hubungan penguasa Teluk seperti Yordania. Oleh sebab itulah Yordania
tetap eksis hingga kini.
“Negara-negara ini (Teluk) tetap
loyal hingga kini kepada satu kekuatan besar, yaitu Inggris. Dan mereka tetap
eksis hanya karena United Kingdom” sambungnya lagi.
Inggris dahulu adalah sebuah imperium
yang harus berjuang sungguh-sungguh demi mempertahankan eksistensi imperiumnya.
Sebab kata Adnan, imperium Inggris berada di sebuah pula kecil dan hanya
memiliki cadangan kekayaan alam sedikit dan menyadari hal tersebut.
Karena itu, Inggris melakukan trik
licik dengan memanipulasi manusia, yaitu dengan menjelajah dunia dan
penjajahan.
Sebuah fakta yang cukup mengejutkan
tentang sejarah Kekaisaran Inggris masa lalu, bahwa ternyata ungkap Adnan, dana
Inggris sangat terbatas dalam menjalankan kekaisaran (imperium).
Bahkan, ketika imperium Inggris
memimpin 450 juta manusia dan berada pada puncak kejayaan, justru Inggris hanya
memiliki pasukan militer satu jenis dengan personil yang tidak lebih dari 250
ribu orang.
“Mereka menjalankan kekaisaran dengan
dana terbatas. Ini memang fakta yang cukup mengejutkan. Saya juga baru selesai
membaca kembali beberap minggu lalu bahwa saat Inggris memimpin 450 juta
manusia yang berada pada puncaknya, mereka hanya memiliki satu jenis militer
yang terdiri dari 250 ribu personil,” bebernya.
Secara hitung-hitungan menurutnya,
sulit untuk membayangkan sebuah kepemimpinan yang besar hanya memiliki sedikit
militer.
Namun, ada cara yang digunakan oleh Inggris untuk menaklukkan dunia, yaitu dengan mengadopsi undang-undang yang disebut undang-undang kebijakan budaya lokal.
Sehingga hasilnya bisa dilihat dari
kasus di India ketika di bawah kekuasaan Inggris. Tidak ada satu pun suku lokal
yang berani melawan penjajahan Inggris. Sebaliknya, Inggris menggunakan
kesukuan dan golongan saling bertarung hingga melemahkan satu sama lain.
Beberapa hubungan antara Inggris
dengan negara-negara jajahan dan bentukannya tetap memiliki hubungan yang erat.
Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan pendidikan, keamanan, (menjamin
keamanan wilayah jajahannya dari negara luar),” pungkasnya.[] M. Siregar