Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

3 Target yang Diinginkan Inggris di Balik Pengakuannya pada Palestina

Sabtu, 27 September 2025 | 20:02 WIB Last Updated 2025-09-27T13:02:25Z

TintaSiyasi.id -- Langkah Inggris mengakui Palestina menjadi sebuah negara berdaulat yang diumumkan oleh Perdana Menteri Inggris pada Minggu (21/9/2025) dinilai Jurnalis Joko Prasetyo setidaknya hendak mencapai 3 target.

"Tidak lebih tidak kurang, itu sebagai upaya Inggris dan negara-negara Eropa lainnya untuk mencapai minimal tiga target," ujar Om Joy, sapaan akrabnya kepada Tintasiyasi.id, Kamis, 25 September 2025.

Pertama, ingin membuat rakyat di negara masing-masing diam, tidak lagi demo bela Palestina. Deklarasi pengakuan yang juga diikuti beberapa negara lain sebagai langkah keberlanjutan solusi dua negara yang diambil di tengah situasi yang terus memburuk di Gaza dan perluasan permukiman ilegal Israel di Tepi Barat itu dinilai Om Joy hanya demi meredam amarah rakyatnya.

"Demi meredam amarah rakyat negara mereka masing-masing yang masih punya rasa kemanusiaannya," imbuhnya.

Kedua, menurutnya Inggris hendak cuci tangan atas kebrutalan luar biasa yang dilakukan entitas penjajah Zionis Yahudi d Gaza sejak Oktober 2023. Agar muncul citra seolah kejahatan Zionis tersebut tidak terkait para penguasa Eropa.

Padahal sejatinya, kata Om Joy, sejak awal Palestina dirampas oleh Inggris dan Sekutu dengan menjadikannya Palestina sebagai wilayah internasional (maknanya untuk Eropa dan AS). Karena khawatir Yahudi di Eropa, khususnya di Jerman (ketika itu Jerman jadi sekubu dengan Khilafah Utsmani melawan Sekutu) akan membela Jerman melawan Inggris. Maka Inggris pun melobi Yahudi, dengan menjanjikan Palestina akan diberikan kepada Yahudi bila Sekutu menang perang. Perjanjian itu, tertuang dalam surat Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour kepada Yahudi di Eropa yang diwakili Lord Rothschild pada 2 November 1917. 

Ketiga, dengan mengakui kedaulatan Palestina, kata Om Joy, Inggris ingin melanggengkan keberadaan entitas penjajah Zionis Yahudi di Palestina.

Ia menerangkan, Wilayah Palestina yang Diduduki (sebutan Inggris untuk Palestina) bila mengacu pada wilayah tahun 1967, secara de facto meliputi Jerusalem Timur, Tepi Barat dan Gaza Strip tetap saja diduduki oleh Israel, bedanya, di Gaza ada Hamas yang mengoordinasi perlawanan/jihad melawan penjajah. 

Di balik seruan solusi dua negara (mengakui Palestina sebagai negara) itu, menurut Om Joy, yang diinginkan Inggris adalah Palestina tanpa Hamas yang berarti seluruh Wilayah Palestina yang Diduduki berada dalam kendali Israel.

"Inggris, Prancis dan hampir semua bila tidak mau dikatakan semua anggota PBB yang menyerukan solusi dua negara itu menyerukan pula negara Palestina tanpa Hamas. Bahasa lainnya, Palestina yang tidak melawan Israel, alias seperti Jerusalem Timur dan Tepi Barat, nurut diapain juga oleh Israel," tuturnya.

Karena itu, Om Joy menilai Inggris dan Eropa sejatinya tengah berdusta di balik nyanyian solusi dua negara yang digaungkan lewat pengakuannya terhadap Palestina. Hal itu dilakukan karena Inggris hendak meredam amarah publik/cuci tangan atas kejahatannya, dan menjaga eksistensi Zionis Yahudi.

Mental Terjajah

Om Joy menyayangkan sikap penguasa (khususnya penguasa negeri-negeri muslim) yang mengikuti nyanyian Inggris atas solusi dua negara, bahkan Presiden Prabowo tegas akan mengakui Israel jika Palestina Merdeka. Sikap penguasa dunia Islam itu menampakkan mental terjajah.

"Para penguasa dunia Islam memang jiwa/mentalnya sudah terjajah sejak lama. Sekarang makin bertambah oknum ormas maupun oknum aktivis Islam yang jiwanya juga terjajah," sesalnya.

Ia mengisahkan, para penguasa Arab dahulu merupakan boneka Inggris, dibina oleh Inggris untuk memberontak kepada Khilafah Utsmani saat Perang Dunia I, lalu menjadi raja-raja negara bangsa di atas puing-puing Khilafah Utsmani. Para penguasa tersebut, kata Om Joy, mereka marah karena Israel sangat semena-mena terhadap Muslim Palestina. Akhirnya, imbuhnya, ketika Amerika Serikat (AS) mengusulkan Solusi Dua Negara, para penguasa Arab pun berpindah loyalitas dari yang tadinya ke Inggris menjadi ke AS.

Saat ini, lanjutnya, AS hendak menjalankan visi Inggris yang hanya menjadikan Palestina untuk Yahudi aja (bukan solusi dua negara), sebaliknya, Inggris dan Eropa malah bernyanyi soal Solusi Dua Negara. Om Joy menilai, langkah Inggris ini sebagai tipu daya.

"AS sedang blak-blakan alias berterus terang sedangkan Inggris dan Eropa sedang berbohong. Mengapa Inggris dan Eropa berbohong? Inggris dan Eropa berbohong karena sedang menjalankan misi tiga poin ini," tegasnya.

Jiwa Merdeka 

Menanggapi sikap penguasa dunia Islam juga oknum ormas maupun oknum aktivis Islam yang jiwanya terjajah dengan menjadi toa solusi dua negara, Om Joy mengingatkan seharusnya umat Islam memiliki jiwa yang merdeka.

Karena menurutnya, dengan menjadi toa solusi dua negara, artinya menjadi toa atas keinginan penjajah yang ingin eksis di Tempat Suci Ketiga umat Islam. Kalau demikian adanya, kata Om Joy, bukan hanya fisik saja yang kalah, tetapi secara prinsip juga umat Islam sudah menyerah, menyusul penguasa Muslim yang lebih dulu pasrah kepada kafir penjajah.

"Bagaimanapun terjajahnya fisik kita, jiwa harus tetap merdeka. Dengan tetap berpegang pada solusi Islam saja," tegasnya. 

Ia menegaskan, hanya jihad dan khilafah-lah solusi Palestina. Karena itu, imbuhnya, hendaknya umat Islam tetap menyuarakan jihad dan khilafah sebagai solusi Palestina. "Jihad untuk mengenyahkan entitas penjajah dari sana. Khilafah untuk memerdekakan secara hakiki Negeri Para Anbiya," pungkasnya.[] Saptaningtyas

Opini

×
Berita Terbaru Update