Tintasiyasi.ID -- Aktivis Muslimah Ustazah Iffah Ainur Rochmah menyatakan bahwa jangan menganggap remeh adanya pengelompokan manusia berdasarkan tahun kelahirannya dan ciri khasnya, sehingga muncul istilah 'generation gap'.
"Jangan kita anggap remeh adanya pengelompokan-pengelompokan ini, karena
memang ada perbedaan nilai-nilai, perbedaan sikap, dan perbedaan gaya hidup
antara generasi tua dengan generasi muda yang kemudian menyebabkan ada
keterputusan antara generasi, " ujarnya dalam kanal Youtube Muslimah
Media Hub berjudul Mewaspadapai Bahaya Generation Gap dalam Asuhan
Kapitalisme, Senin (28/07/2025).
Ia menambahkan, 'generation gap' adalah sebuah istilah yang
digunakan secara global untuk pengelompokan manusia sehingga ada kelompok usia
yang disebut 'Baby Boomers', Gen X (Generasi X), Gen Y
(Generasi Y) atau dikenal dengan Milenial, Gen Z (Generasi Z) yang sudah
semakin dewasa, Gen Alfa, Beta, dan seterusnya.
"Kta harus menyadari bahwa tidak sekadar gaya komunikasi dan
ciri-ciri spesifik yang ada pada Baby Boomers, Gen X, Gen Milenial, Gen Z
dan seterusnya, tetapi juga kita harus mewaspadai adanya bahaya sebagai buah
busuk pengasuhan peradaban sekuler pada generasi-generasi ini," tuturnya
Ia menjelaskan, 'generation gap' atau kesenjangan antara generasi
ini memiliki bahaya jika tidak disadari, yaitu adanya nilai-nilai persepsi dan
juga gaya hidup yang berbeda.
"Kalau kita bicara kesenjangan antara generasi ini,maka kita harus
sadari adanya nilai yang berbeda, persepsi yang berbeda dan gaya hidup yang
berbeda ini muncul karena saat ini generasi-generasi itu hidup di bawah asuhan
peradaban sekuler kapitalisme,” tegasnya.
Ustazah Iffah menyebutkan jika nilai benar atau salah, nilai baik atau
buruk, itu terus berganti-ganti. “Sebagai contoh agama, pernikahan, dan
pendidikan sudah tidak lagi dianggap penting" ujarnya.
Ia menyatakan, survey yang dibuat oleh Pew Research Institute
riset ketika sebutan-sebutan tadi mulai muncul di awal tahun 2000-an itu mereka
sudah mulai melakukan telaah, dimulai dari mereka melihat perbedaan antara
generasi yang disebut Baby Boomers, Generasi X dan generasi Milenial.
“Mereka melihat persepsi mereka terhadap agama, ternyata mereka memiliki
kesimpulan bahwa agama makin hari makin tidak penting. Sesuai dengan tadi Generasi
X masih menganggap agama itu penting dengan persentase sekian persen yang
menganggap agama penting. Di generasi Milenial ternyata angka atau
persentasenya lebih turun lagi,” jelasnya.
Ia melanjutkan, tahun-tahun berikutnya research centre membuat
telaah riset terkait bagaimana pandangan mereka terhadap pernikahan.
“Ternyata angkanya makin menurun. Dulu orang menganggap pernikahan dan
keluarga penting, makin hari seiring dengan sebutan generasi-generasi tadi
ternyata persepsi mereka terhadap pernikahan juga semakin berubah. Pernikahan
dan keluarga tidak lagi penting,” ungkapnya.
Lanjut dikatakan, persepsi mereka terhadap memiliki anak juga berubah. “Kita
bisa lihat bahwa yang punya gagasan tentang child free itu bukan
generasi tua dulu, karena mereka menganggap anak itu sesuatu yang sangat
penting,” sebutnya.
“Tetapi hari ini banyak anak-anak muda, baik generasi Milenial ataupun
Generasi Z, yang mengambil konsep child free bukan karena mereka
tidak mengerti pentingnya anak, tetapi mereka punya nilai-nilai yang menganggap
bahwa kemapanan dan terpenuhinya hal-hal fisik yang bisa diberikan kepada anak
itu menjadi pertimbangan untuk punya anak atau tidak,” tambahnya.
Ia meneruskan, dulu pendidikan dianggap sesuatu yang penting, karena
pendidikan itu bisa membuat seseorang mengerti mana yang baik dan buruk.
“Hari ini kita saksikan bahwa pendidikan itu tidak lagi berorientasi ke
sana. Pendidikan berorientasi menciptakan orang-orang yang mampu mendapatkan
cuan (keuntungan) sebanyak-banyaknya. Maka ada perbedaan, ada perubahan antara
generasi yang sebelumnya dengan generasi hari ini,” paparnya.
Ustazah Iffah menegaskan bawa perbedaan itu nampak sekali, karena di
dalam asuhan sistem sekuler kapitalisme memang nilai-nilai bisa berbeda dan
terus berubah. “Dengan perubahan nilai tersebut maka akan ada perubahan
persepsi, maka akan ada perubahan gaya hidup,’ tuturnya.
Ia menegaskan, maka semua punya tanggung jawab untuk menghadirkan
pengasuhan generasi dengan peradaban Islam dan menanamkan nilai-nilai Islam
dalam diri anak-anak dan generasi.
"Kalau kita tahu bahwa asuhan sistem sekuler menghasilkan
keburukan-keburukan tadi, maka kita ada tugas besar untuk menanamkan
nilai-nilai Islam kepada anak-anak dan generasi kita melalui sistem pendidikan
dan juga menanamkan gaya hidup melalui pemberlakuan sistem politik Islam yang
disebut sebagai sistem khilafah,” lugasnya.
“Karena dalam sistem khilafah tidak akan ada perbedaan pola pikir dan
gaya hidup karena nilai Islam selamanya sama dan nilai-nilai itu akan turun
dari generasi ke generasi seterusnya, maka tidak akan ada keterputusan dari
generasi ke generasi," pungkasnya.[] Hidayah Muhammad