Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Ustazah Iffah: Generation Gap Jangan Dianggap Remeh

Sabtu, 23 Agustus 2025 | 04:39 WIB Last Updated 2025-08-22T21:39:39Z

Tintasiyasi.ID -- Aktivis Muslimah Ustazah Iffah Ainur Rochmah menyatakan bahwa jangan menganggap remeh adanya pengelompokan manusia berdasarkan tahun kelahirannya dan ciri khasnya, sehingga muncul istilah 'generation gap'.

 

"Jangan kita anggap remeh adanya pengelompokan-pengelompokan ini, karena memang ada perbedaan nilai-nilai, perbedaan sikap, dan perbedaan gaya hidup antara generasi tua dengan generasi muda yang kemudian menyebabkan ada keterputusan antara generasi, " ujarnya dalam kanal Youtube Muslimah Media Hub berjudul Mewaspadapai Bahaya Generation Gap dalam Asuhan Kapitalisme, Senin (28/07/2025).

 

Ia menambahkan, 'generation gap' adalah sebuah istilah yang digunakan secara global untuk pengelompokan manusia sehingga ada kelompok usia yang disebut 'Baby Boomers', Gen X (Generasi X), Gen Y (Generasi Y) atau dikenal dengan Milenial, Gen Z (Generasi Z) yang sudah semakin dewasa, Gen Alfa, Beta, dan seterusnya.

 

"Kta harus menyadari bahwa tidak sekadar gaya komunikasi dan ciri-ciri spesifik yang ada pada Baby Boomers, Gen X, Gen Milenial, Gen Z dan seterusnya, tetapi juga kita harus mewaspadai adanya bahaya sebagai buah busuk pengasuhan peradaban sekuler pada generasi-generasi ini," tuturnya

 

Ia menjelaskan, 'generation gap' atau kesenjangan antara generasi ini memiliki bahaya jika tidak disadari, yaitu adanya nilai-nilai persepsi dan juga gaya hidup yang berbeda.

 

"Kalau kita bicara kesenjangan antara generasi ini,maka kita harus sadari adanya nilai yang berbeda, persepsi yang berbeda dan gaya hidup yang berbeda ini muncul karena saat ini generasi-generasi itu hidup di bawah asuhan peradaban sekuler kapitalisme,” tegasnya.

 

Ustazah Iffah menyebutkan jika nilai benar atau salah, nilai baik atau buruk, itu terus berganti-ganti. “Sebagai contoh agama, pernikahan, dan pendidikan sudah tidak lagi dianggap penting" ujarnya.

 

Ia menyatakan, survey yang dibuat oleh Pew Research Institute riset ketika sebutan-sebutan tadi mulai muncul di awal tahun 2000-an itu mereka sudah mulai melakukan telaah, dimulai dari mereka melihat perbedaan antara generasi yang disebut Baby Boomers, Generasi X dan generasi Milenial.

 

“Mereka melihat persepsi mereka terhadap agama, ternyata mereka memiliki kesimpulan bahwa agama makin hari makin tidak penting. Sesuai dengan tadi Generasi X masih menganggap agama itu penting dengan persentase sekian persen yang menganggap agama penting. Di generasi Milenial ternyata angka atau persentasenya lebih turun lagi,” jelasnya.

 

Ia melanjutkan, tahun-tahun berikutnya research centre membuat telaah riset terkait bagaimana pandangan mereka terhadap pernikahan.

 

“Ternyata angkanya makin menurun. Dulu orang menganggap pernikahan dan keluarga penting, makin hari seiring dengan sebutan generasi-generasi tadi ternyata persepsi mereka terhadap pernikahan juga semakin berubah. Pernikahan dan keluarga tidak lagi penting,” ungkapnya.

 

Lanjut dikatakan, persepsi mereka terhadap memiliki anak juga berubah. “Kita bisa lihat bahwa yang punya gagasan tentang child free itu bukan generasi tua dulu, karena mereka menganggap anak itu sesuatu yang sangat penting,” sebutnya.

 

“Tetapi hari ini banyak anak-anak muda, baik generasi Milenial ataupun Generasi Z, yang mengambil konsep child free bukan karena mereka tidak mengerti pentingnya anak, tetapi mereka punya nilai-nilai yang menganggap bahwa kemapanan dan terpenuhinya hal-hal fisik yang bisa diberikan kepada anak itu menjadi pertimbangan untuk punya anak atau tidak,” tambahnya.

 

Ia meneruskan, dulu pendidikan dianggap sesuatu yang penting, karena pendidikan itu bisa membuat seseorang mengerti mana yang baik dan buruk.

 

“Hari ini kita saksikan bahwa pendidikan itu tidak lagi berorientasi ke sana. Pendidikan berorientasi menciptakan orang-orang yang mampu mendapatkan cuan (keuntungan) sebanyak-banyaknya. Maka ada perbedaan, ada perubahan antara generasi yang sebelumnya dengan generasi hari ini,” paparnya.

 

Ustazah Iffah menegaskan bawa perbedaan itu nampak sekali, karena di dalam asuhan sistem sekuler kapitalisme memang nilai-nilai bisa berbeda dan terus berubah. “Dengan perubahan nilai tersebut maka akan ada perubahan persepsi, maka akan ada perubahan gaya hidup,’ tuturnya.

 

Ia menegaskan, maka semua punya tanggung jawab untuk menghadirkan pengasuhan generasi dengan peradaban Islam dan menanamkan nilai-nilai Islam dalam diri anak-anak dan generasi.

 

"Kalau kita tahu bahwa asuhan sistem sekuler menghasilkan keburukan-keburukan tadi, maka kita ada tugas besar untuk menanamkan nilai-nilai Islam kepada anak-anak dan generasi kita melalui sistem pendidikan dan juga menanamkan gaya hidup melalui pemberlakuan sistem politik Islam yang disebut sebagai sistem khilafah,” lugasnya.

 

“Karena dalam sistem khilafah tidak akan ada perbedaan pola pikir dan gaya hidup karena nilai Islam selamanya sama dan nilai-nilai itu akan turun dari generasi ke generasi seterusnya, maka tidak akan ada keterputusan dari generasi ke generasi," pungkasnya.[] Hidayah Muhammad

Opini

×
Berita Terbaru Update