Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Rezeki Itu Pasti, Keberkahan Itu Pilihan

Sabtu, 02 Agustus 2025 | 02:53 WIB Last Updated 2025-08-01T19:53:29Z
Tintasiyasi.ID-- “Allah tidak pernah terlambat. Kitalah yang sering terburu-buru.”

Sobat, hidup ini dipenuhi tanda-tanda kasih sayang Allah. Salah satunya adalah jaminan rezeki bagi setiap hamba-Nya. Namun, banyak dari kita terjebak dalam kecemasan, karena mengukur rezeki hanya dari jumlah, bukan dari keberkahan dan waktunya yang tepat.

1. Rezeki Punya Tempat dan Waktu Turun
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan:
"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu."
(QS. Adz-Dzariyat: 22)
Artinya, rezeki itu sudah ditulis, sudah ditentukan, dan akan sampai tepat waktu.
Ia tidak pernah salah alamat, tidak akan datang terlalu cepat atau terlambat. Tapi ia akan hadir ketika kita siap menyambutnya, baik secara lahir maupun batin.
"Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui, Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya."
(QS. Al-Isra: 30)

2. Yang Perlu Kita Kejar: Bukan Hanya Jumlah, Tapi Keberkahan
Rezeki tanpa keberkahan bagaikan air laut: melimpah namun tak bisa diminum.
Keberkahan bukan hanya berarti "banyak", tapi cukup dan menenangkan, bahkan membawa kita lebih dekat kepada Allah dan jauh dari dosa.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta, namun kekayaan sejati adalah kekayaan hati."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Keberkahan terasa saat:
Harta membuat kita lebih dermawan, bukan kikir.
Nikmat membuat kita lebih taat, bukan lalai.
Jabatan membuat kita lebih amanah, bukan sombong.
Dan waktu membuat kita lebih produktif, bukan sibuk tapi kosong.

3. Tanda Rezeki Berkah: Terjaganya Diri dari Dosa
Keberkahan sejati adalah keselamatan iman dan kesucian jiwa.
Jika rezeki yang datang membuat kita:
Lebih menjaga shalat,
Lebih mudah bersedekah,
Lebih ringan untuk berbuat baik,
Dan lebih takut untuk melanggar larangan-Nya,

Maka itulah rezeki yang berkah.
Namun jika rezeki itu:
Membuat kita jauh dari masjid,
Membuat hati keras dan sombong,
Membuat sibuk tapi tak lagi sempat mengingat Allah,
Maka itu bukan rezeki yang diberkahi—itu adalah istidraj: pemberian yang menipu.

4. Jangan Khawatir, Rezekimu Tak Akan Pernah Terlewat
"Apa yang menjadi jatahmu takkan meleset darimu, dan apa yang bukan untukmu tak akan pernah menjadi milikmu."
Yakinlah bahwa Allah tahu waktu terbaik untuk memberimu rezeki. Kadang Allah menunda rezeki agar kita lebih banyak berdoa. Kadang Allah menyempitkan agar kita kembali taat. Dan kadang Allah memberi berlimpah sebagai ujian, bukan anugerah.

5. Maka, Apa yang Harus Kita Lakukan?
Perbaiki hubungan dengan Allah — karena Dialah sumber segala rezeki.
Tegakkan shalat dan amal saleh, karena Allah berjanji:
“Perintahkanlah keluargamu untuk shalat dan bersabarlah dalam melakukannya. Kami tidak meminta rezeki darimu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu…”
(QS. Thaha: 132)
Luruskan niat saat mencari rezeki: bukan hanya untuk hidup, tapi untuk ibadah dan manfaat.
Jauhi dosa dalam mencari nafkah — karena dosa adalah penghalang terbesar keberkahan.

Penutup: Rezeki Itu Datang Bersama Taat

Sobat, rezeki memang milik Allah. Tapi keberkahan adalah pilihan kita.
“Rezeki itu ibarat hujan yang turun dari langit. Tapi keberkahan adalah tanah subur di hati yang siap menumbuhkannya.”
Jangan terlalu sibuk menghitung berapa yang didapat, tapi periksa dari mana asalnya dan ke mana ia dibelanjakan.
Mari berdoa:
"Ya Allah, berilah kami rezeki yang halal, berkah, dan cukup. Lindungilah kami dari rezeki yang menipu dan menjauhkan kami dari-Mu."
Aamiin.

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update