TintaSiyasi.id -- Hampir dua tahun Zionis Yahudi melakukan genosida terhadap Muslim Gaza. Gaza, tidak saja terancam oleh senapan dan bom, tetapi juga kelaparan yang sangat parah. Akibat blokade yang dilakukan oleh Israel terhadap wilayah tersebut, penduduk Gaza mengalami kelaparan parah hingga lebih dari 80%. Blokade ini tidak hanya menghambat pasokan makanan, tetapi juga membatasi akses ke obat-obatan dan kebutuhan pokok lainnya.
Menurut Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza, sebanyak 18.592 anak Palestina tewas akibat serangan militer Israel sejak dimulainya agresi pada Oktober 2023. Sejumlah korban tersebut merupakan bayi yang baru lahir bahkan ada yang meninggal hanya beberapa jam setelah dilahirkan akibat serangan udara atau ledakan bom.
Berdasarkan data rinci dari otoritas kesehatan Gaza yang dikutip Anadolu (1/8/2025), terdapat 9 bayi yang tewas tepat pada hari kelahirannya, 5 bayi meninggal di hari pertama, 5 di hari kedua, dan 8 lainnya pada hari ketiga kehidupannya.
Selain itu, akibat dari serangan militer Israel, tercatat pula 88 anak berusia satu bulan, 90 anak berusia dua bulan, dan 78 anak berusia tiga bulan yang turut menjadi korban tewas. (metrotvnews.com, 1/8/2025)
Kelalaian Penguasa
PBB yang digadang-gadang memiliki peran penting dalam perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan, nyatanya hanya bisa menyeru meminta Zionis menghentikan kekejamannya, hak veto Amerika telah menjadikan PBB mandul tak berdaya sehingga kebiadaban Zionis makin brutal. Kondisi ini menggambarkan betapa rusaknya tatanan dunia saat ini yang dipimpin oleh ideologi kapitalisme.
Menurut Sekjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, kelaparan massal di Gaza adalah situasi yang disengaja dan buatan manusia. Aksi blokade yang dilakukan Israel terhadap Gaza telah menyebabkan terhambatnya pasokan bantuan kemanusiaan, termasuk makanan ke wilayah tersebut.
Sungguh, dunia menyaksikan kebiadaban Zionis Yahudi yang telah menjadikan pelaparan sitemis ini sebagai alat untuk genosida. Akan tetapi, penguasa muslim seolah buta dan tuli atas realita di Gaza bahkan ikatan keimanan pun seakan sirna. Begitu juga kepentingan dunia termasuk jabatan dan kekuasaa telah mematikan ukhuwah Islamiyah dan menjerumuskan mereka pada kelemahan di hadapan musuh Allah. Padahal, Allah telah mengingatkan bahwa ikatan ukhuwah Islamiyah merupakan landasan hubungan antar muslim. Sebagaimana firman Allah SWT, "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." (TQS Ali- Imran:110).
Meski sebagian umat Muslim dan masyarakat internasional telah melakukan berbagai aksi kemanusian, baik boikot produk, mengirimkan bantuan kemanusiaan, long march dan aksi di berbagai kota di dunia, dengan jumlah massa yang tak sedikit. Akan tetapi, penguasa muslim tak juga tergerak. Alih-alih mengirimkan tentara untuk mengusir penjajah Zionis Yahudi, justru mereka malah menjalin hubungan mesra dengan penjajah, mengkhianati ikatan persaudaran muslim. Padahal negara ini memiliki pasukan yang sangat besar yang akan mampu mengalahkan tentara Zionis. Gagalnya berbagai upaya tersebut menunjukkan adanya kebutuhan solusi lain yang lebih jitu, yakni khilafah.
Khilafah Memuliakan Umat
Hari ini, keadaan kaum Muslim tengah mengalami kemunduran dan kesulitan. Para penguasa yang seharusnya menjadi pelindung dan penjaga umat, justru hanya menjadi regulator dan fasilitator antek Barat. Mereka tak lagi memperdulikan nasib saudaranya apalagi memikirkan keselamatan negeri Palestina dan Gaza. Padahal kepemimpinan mereka kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
Berbeda dengan sistem Islam (khilafah), yang dipimpin oleh seorang khalifah. Keberadaan umat sangat diperhatikan dengan penuh tanggung jawab. Semua itu didorong oleh keimanan dan ketakwaan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sebagai contoh pada masa Daulah (negara) Abbasiyah -yang istananya berada di Baghdad- ketika ada seorang perempuan muslimah yang diganggu oleh orang romawi, dengan sigap khalifah Mu'tasim Billah mengirimkan 30 ribu tentara hanya untuk membela satu muslimah. Muslimah itu tidak diperkosa, tidak pula dibunuh, melainkan sekadar diganggu. Akan tetapi pembelaan sang khalifah begitu luar biasa. Seperti itulah pemimpin Islam seharusnya. Mereka selalu hadir bukan hanya untuk urusan dunia, tetapi juga urusan akhirat rakyatnya.
Maka, umat Islam seharusnya menyadari bahwa untuk menyelamatkan Palestina tidak mungkin dengan berharap pada pemimpin negeri Muslim yang tidak melakukan tindakan dan pembelaan apa pun kepada saudara seiman. Apalagi sampai menggantungkan nasib Palestina kepada PBB dan belas kasih AS dan negara adidaya lainnya. Begitu juga dengan solusi dua negara yang didukung negara-negara Barat yang seolah-olah menjadi jalan damai bagi Palestina dan Zionis. Padahal cara tersebut merupakan solusi semu yang justru melahirkan entitas benalu yang bernama Zionis laknatullah.
Oleh karena itu, umat harus memahami dan berusaha mewujudkan negara yang sesungguhnya bagi kaum muslim yaitu berdirinya negara Khilafah Islamiah yang mengikuti metode kenabian. Apabila kaum muslim bergerak bersama dengan visi yang sama, maka akan tercipta kesadaran dan kekuatan umat sehingga akan mendorong umat untuk terus fokus berjuang di jalan dakwah sesuai dengan metode Rasulullah. Karena, hanya metode dakwah Rasulullah lah yang akan mengantarkan kepada kemenangan Islam secara hakiki, yakni metode dakwah untuk menegakkan khilafah.
Adapun tahapan dakwah yang dipraktikkan oleh Rasulullah di Makkah hingga berhasil mendirikan negara di Madinah sebagaimana yang termaktub dalam kitab At Takattul al–Hizbiy, hlm. 51 yang ditulis oleh Syekh Taqiyuddin an-Nabhani).
Pertama, tahap pembinaan secara intensif, menjadikan Islam sebagai ideologinya, serta ilmu dan tsaqafah yang didapatkan dalam pembinaan diamalkan secara langsung dalam realitas kehidupan.
Kedua, tahap interaksi (tafa’ul) dengan masyarakat, dilakukan untuk memberikan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya ideologi Islam dan sistem Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Ketiga, tahap menerima kekuasaan secara menyeluruh, yakni terbentuknya negara khilafah atas dukungan umat.
Dengan metode tersebut, maka kemuliaan umat akan terwujud kembali. Upaya itu membutuhkan kepemimpinan sebuah jamaah dakwah ideologis yang tulus mengajak umat untuk berjuang. Demikian juga perjuangan pembebasan Palestina akan terwujud ketika khilafah tegak dan menyerukan jihad sebagai solusi tuntas untuk menghadapi musuh mereka. []
Oleh: Mutiara Aini
(Aktivis Muslimah)