Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Mengadulah Hanya kepada Allah: Saat Air Mata Menjadi Doa yang Tak Terucap

Jumat, 08 Agustus 2025 | 07:51 WIB Last Updated 2025-08-09T20:23:03Z

TintaSiyasi.id -- Dalam kesunyian malam, ketika dunia terlelap dalam mimpi dan segala hiruk-pikuk kehidupan memudar, ada satu tempat pengaduan yang tak pernah tertutup: pintu langit yang terbuka untuk hamba yang mengadu hanya kepada-Nya. Di hadapan Allah, setiap keluh menjadi zikir, setiap air mata menjadi doa, dan setiap helaan nafas penuh harap menjadi saksi cinta antara hamba dan Rabb-nya.

Mengeluh kepada manusia, meski terkadang melegakan, hanyalah sebatas pelepas beban psikologis. Ia tak lebih dari usaha meraih simpati, dan tak jarang menjadi bumerang, menambah luka dan menyingkap aib. Namun mengadu kepada Allah, adalah bentuk penghambaan yang murni. Ia bukan sekadar keluhan, tetapi tawassul (perantara) menuju rahmat-Nya yang tak terbatas.

"Menangislah, mengadulah, merendahlah dan mintalah kepada-Nya. Karena tidak ada yang lebih memahami luka di hatimu selain 
Dia yang menciptakan hatimu."

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah pernah berkata,
"Jika engkau melihat pintu-pintu harapan tertutup di hadapanmu, dan jalan-jalan dunia terasa sempit, maka ketahuilah bahwa saat itulah Allah menginginkan engkau kembali mengadu hanya kepada-Nya."

Tangisan di Hadapan Allah Bukanlah Kelemahan

Banyak orang malu menangis. Merasa lemah. Tapi tahukah kita, bahwa air mata di hadapan Allah adalah kekuatan? Ia adalah bentuk penyerahan total, total surrender, sebuah ikrar bahwa kita tak mampu melangkah sendiri tanpa pertolongan-Nya. Ketika air mata jatuh dalam sujud, maka bumi menjadi saksi bahwa ada hati yang masih hidup—yang belum beku oleh dunia.

Rasulullah SAW bersabda:
"Tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari tiada naungan selain naungan-Nya... di antaranya adalah seseorang yang mengingat Allah dalam kesendiriannya, lalu matanya berlinang air mata."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Keluh Kesah yang Terpuji: Teladan dari Nabi Ya’qub

Lihatlah Nabi Ya’qub 'alaihissalam. Saat kehilangan Yusuf, beliau tak mencaci takdir, tak mengumbar keluh pada manusia. Namun ia mengadu hanya kepada Allah dengan berkata:
"Sesungguhnya aku hanya mengadukan kesusahan dan kesedihanku kepada Allah..."
(QS. Yusuf: 86)

Inilah adab para kekasih Allah. Mereka tahu, hanya kepada-Nya hati bisa benar-benar tenang.

Allah Tidak Pernah Jenuh Mendengar Doa Hamba-Nya
Manusia mudah bosan mendengar curhatan kita. Bahkan yang paling dekat sekalipun. Tapi Allah? Dia Maha Mendengar dan tidak pernah jenuh. Justru semakin kita mengadu kepada-Nya, semakin dekat Dia kepada kita.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ  
186.  Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku."
(QS. Al-Baqarah: 186)

Ingatlah, doa bukan hanya tentang permintaan yang langsung dikabulkan. Tapi tentang kedekatan, kepercayaan, dan penyerahan total.

Ayat ini adalah QS. Al-Baqarah ayat 186, salah satu ayat paling lembut dan menggugah hati dalam Al-Qur'an. Di tengah-tengah penjelasan tentang hukum puasa, Allah menyisipkan ayat ini seolah untuk menenangkan jiwa orang-orang beriman yang sedang mendekat kepada-Nya.

Tadabbur QS. Al-Baqarah: 186
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah): Sesungguhnya Aku adalah dekat.”

Refleksi:
Allah tidak memerintahkan Nabi Muhammad ﷺ menjawab langsung sebagaimana pada ayat-ayat lain (misalnya dengan kata “Qul”), tetapi langsung berfirman “Fa innī qarīb” (Maka Aku sungguh dekat).

Ini menandakan kedekatan yang sangat pribadi, lembut, dan langsung antara Allah dengan hamba-Nya. Tidak ada perantara.

أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ
“Aku mengabulkan doa orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.”

Refleksi:
Allah tidak hanya mendengar, tapi mengabulkan.
Dia tidak menyebut “doa orang-orang saleh” saja, tapi doa siapa pun yang memohon.

Kuncinya: “Iza da‘ān” — “apabila ia benar-benar berdoa kepada-Ku”, dengan kesungguhan, keikhlasan, dan keyakinan.

فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِي وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah-Ku), dan beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Refleksi:
Doa bukan sekadar meminta. Ada syarat untuk dikabulkan:
• Memenuhi perintah-Nya (ketaatan)
• Beriman dengan sepenuh hati
• Maka hasilnya: “Yarshudūn” — mereka akan diberi petunjuk, berada di jalan lurus, dalam hidup yang penuh arah.

Pesan Mendalam dari Ayat Ini:

1. Allah Itu Dekat, Bukan Jauh
Kita tidak perlu menunggu waktu khusus, tempat khusus, atau ritual khusus untuk mendekat kepada-Nya.
Setiap detak hati, setiap air mata, setiap lirih doa—semua didengar-Nya.

2. Doa Adalah Cermin Iman
Orang yang yakin Allah mendengar, pasti gemar berdoa. Orang yang putus dari doa, sebenarnya sedang putus dari keimanan yang hidup.

3. Doa Harus Disertai Ketaatan
Allah tidak hanya ingin kita meminta, tapi juga menyambut panggilan-Nya—dengan shalat, dengan taubat, dengan amal salih. Doa dan amal saling menguatkan.

4. Tidak Ada Doa yang Sia-sia
Doa yang tidak dikabulkan dalam bentuk yang kita minta, pasti dikabulkan dalam bentuk yang lebih baik:
• Diberi hal lain yang lebih bermanfaat
• Diangkat kesusahan
• Disimpan sebagai pahala
• Dijadikan penebus dosa
• Atau dikabulkan di akhirat

Renungan Praktis: Bagaimana Menyambut Kedekatan Allah?
• Jadikan doa sebagai bagian hidup, bukan pelarian terakhir
• Jangan hanya berdoa saat susah, tapi juga saat lapang
• Berdoalah dengan hati hadir, penuh harap, dan yakin
• Sertai doa dengan ketaatan, amal salih, dan ikhtiar

Penutup: Dekap Harapan di Tengah Hidup

Ayat ini adalah pelipur lara bagi siapa pun yang merasa jauh, tersesat, atau kehilangan arah. Allah tidak pernah jauh. Kita yang sering menjauh.

Mari kembali. Mari memohon. Mari percaya. Sebab Dia sungguh dekat.
“Jika hatimu hancur, jika lidahmu berat untuk berkata, cukup bisikkan lirih: ‘Ya Allah, aku rindu-Mu…’ Maka Dia pun sudah lebih dulu mendekapmu.”

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update