Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Logika Terbalik dan Basa-basi Pragmatis Penguasa Negeri-Negeri Muslim

Senin, 18 Agustus 2025 | 09:15 WIB Last Updated 2025-08-18T02:15:51Z
TintaSiyasi.id -- Kelaparan di Gaza makin parah. Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza pada Kamis (31-7-2025) melaporkan, sedikitnya 18.592 anak Palestina tewas akibat serangan militer Zion!s sejak dimulainya agresi pada Oktober 2023. Angka tersebut mencerminkan dampak yang tidak proporsional terhadap warga sipil, khususnya anak-anak, selama lebih dari sembilan bulan konflik yang terjadi.

Di sisi lain, Negara-negara Arab dan Muslim, termasuk Arab Saudi, Qatar, dan Mesir, pertama kalinya resmi mendesak H*mas untuk melucuti senjata dan menyerahkan kekuasaan atas Jalur Gaza kepada Otoritas Palestina (PA). Seruan tersebut disampaikan dalam deklarasi bersama yang diumumkan dalam konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Selasa (29-7-2025). Deklarasi ini ditandatangani oleh 22 negara anggota Liga Arab, seluruh Uni Eropa, serta 17 negara lainnya, dan menjadi sinyal perubahan signifikan dalam sikap dunia Arab terhadap kelompok militan yang telah menguasai Gaza sejak 2007.

Dalam konteks mengakhiri perang di Gaza, mereka mendesak H*mas harus mengakhiri kekuasaannya di Gaza dan menyerahkan persenjataannya kepada Otoritas Palestina. Arab Saudi juga terus mendorong kebangkitan solusi dua negara sebagai jalan keluar konflik berkepanjangan ini. Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noël Barrot di hadapan forum PBB menyampaikan, untuk pertama kalinya, Arab Saudi dan negara-negara Arab serta Muslim mengutuk aksi teror pada 7 Oktober, menyerukan pelucutan senjata H*mas, dan menyatakan harapan untuk normalisasi hubungan dengan Zion!s.

Ternyata, dukungan kemerdekaan Palestina hanya semu. Bagaimana bisa mendukung kemerdekaan Palestina dengan gencatan senjata, solusi dua negara, dan normalisasi hubungan dengan "Israel"? Justru ini adalah bentuk logika terbalik dan basa-basi pragmatis penguasa negeri-negeri muslim dan Eropa. Dukungan kemerdekaan Palestina dengan solusi dua negara hanya akan menyebabkan Palestina digenosida dan dimusnahkan secara perlahan oleh Zion!s.

Menyoal Desakan Negara-Negara Arab terhadap H*mas agar Menyerahkan Gaza kepada Otoritas Palestina

Dikonfirmasi dalam 24 jam, ada 6 orang meninggal akibat kelaparan di Gaza. Di saat yang sama, dunia Arab maupun Eropa hanya sibuk beretorika. Padahal kaum muslim di Gaza sudah meregang nyawa di Gaza. Hanya untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan, negeri-negeri Arab tidak berdaya. Apalagi negera Eropa, hanya sibuk beretorika untuk menekan rivalnya yakni Amerika Serikat (AS). Ada beberapa hal yang bisa menjadi catatan penting terkait hal ini. 

_Pertama,_ baik negeri-negeri Arab maupun Eropa yang memperjuangkan kemerdekaan Palestina dengan solusi dua negara atau gencatan senjata hanyalah bentuk pengkhianatan nyata. Menghadapi Yahudi tidak bisa dengan retorika tetapi hanya bisa dengan moncong senjata. Percuma gencatan senjata dengan janji normalisasi hubungan dengan Israel dan solusi dua negara. Toh, nanti Israel yang akan melanggar gencatan senjata tersebut. Faktanya memang demikian. Akibat solusi dua negara, Palestina hampir hilang wilayahnya di Gaza.

Kedua, meminta H*mas melucuti senjata adalah bunuh diri politik. Seharusnya penguasa-penguasa Arab membantu dengan bantuan militer dan menolong H*mas memusnahkan Israel bukan malah mengerdilkan posisi H*mas di mata Yahudi. Tindakan melucuti senjata H*mas hanyalah akal-akalan untuk melemahkan posisi muslim Palestina. Padahal Israel selalu ingkar janji. Jadi, ketika H*mas dilemahkan, Zion!s akan melanjutkan agenda genosida terhadap Palestina. 

Ketiga, posisi H*mas selama ini hanyalah membela kehormatan muslim Palestina. Mengapa Gaza harus diserahkan ke negara boneka yang dibuat oleh Barat yakni otoritas Palestina? Penguasa Palestina yang lebih takut kepada Yahudi daripada Allah Swt. telah menyebabkan Palestina terjajah. Kaum Muslim yang melawan seperti H*mas adalah bentuk jihad yang seharusnya dimobilisasi negara. Justru otoritas Palestina selama ini tunduk kepada penjajah. 

Keempat, betapa lemahnya negeri-negeri di dunia ini. Hanya sekedar memberikan bantuan makanan ke Gaza saja tidak bisa, hingga mereka diciptakondisi lapar dan meregang nyawa karena kelaparan. Mereka benar-benar tidak peduli dengan nasib muslim Palestina. Lalu bagaimana kaum muslim yang tersebar di berbagai wilayah? Apakah diam saja dan hanya mengecam? Atau mengirimkan donasi? Buktinya donasi yang terkumpul tidak mudah untuk langsung didistribusikan ke muslim Palestina karena kejahatan sistemis Yahudi.

Kemerdekaan hakiki Palestina tidak bisa diraih dengan melucuti senjata Hamas dan menyerahkan Gaza ke otoritas Palestina. Namun, dengan menegakkan sistem khilafah, sehingga syariat Islam dapat diterapkan dalam segala aspek dunia. Hanya khilafah yang mampu menyatukan umat Islam dan mengakomodir pasukan untuk membebaskan Al-Quds dari penjajahan Yahudi selama ratusan tahun. Sudah saatnya umat Islam memiliki kesadaran akan pentingnya hadirnya khilafah. Mereka yang benci dan takut akan kembalinya siste Islam tidak lebih dari kacung Barat yang akan ditumbalkan setiap saat untuk kepentingan jahat kapitalis global.

Dampak dari Negara-Negara Arab yang Mendesak H*mas agar Menyerahkan Gaza ke Otoritas Palestina terhadap Aspek Politik

Desakan negara-negara Arab maupun Eropa agar Ham*s menyerahkan Gaza ke otoritas Palestina tidak akan bisa mengakhiri penjajahan di Palestina. Karena sel kanker Israel itu masih hidup dan terus dilestarikan oleh Amerika dan sekutunya. Dampak terhadap aspek politik adalah makin lemahnya posisi muslim Palestina di mata dunia. Apabila kaum muslim menyerahkan solusi Palestina kepada negeri-negeri Arab yang telah berkhianat kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya, maka kondisi muslim akan terus terjajah di semua wilayah. 

Kondisi muslim yang dijajah secara fisik selain di Palestina adalah di Rohingya, Khasmir, dan Xinjiang. Mereka mendapatkan penindasan secara nyata oleh rezim kafir yang berkuasa. Hal tersebut berbeda dengan kondisi negeri-negeri muslim. Negeri-negeri muslim hari ini dipimpin oleh penguasa pengkhianat yang lebih takut pada Amerika daripada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Mereka lebih rida menerapkan aturan dan hukum kufur daripada tunduk patuh terhadap hukum Allah Swt. Justru upaya penegakan hukum Islam mendapatkan penolakan dengan berbagai alasan. 

Mereka benturkan syariat Islam dengan founding father dan segala hal yang intinya adalah penolakan terhadap syariat. Mereka menolak Islam dengan berbagai cara dan dari segala arah. Dakwah dihalang-halangi, ulama berdakwah malah dikriminalisasi, ormas berdakwah malah dibubarkan. Padahal kriminalitas, kejahatan, kelompok begal, dan sebagainya marak. Justru hukum yang ada garang kepada Islam dan lemah terhadap kemungkaran. 

Oleh karena itu, untuk menjadi umat yang kuat harus bangkit dengan Islam, yakni menjadikan Islam sebagai jalan hidup dan diperjuangkan penerapannya secara totalitas. Penerapan Islam secara kaffah hanya bisa diwujudkan apabila diterapkan dalam bingkai Khilafah Islam. Sistem demokrasi, kerajaan, dan sebagainya tidak bisa mengakomodasi tuntutan syariat. Hanya dengan sistem Khilafah Islam, negeri-negeri yang dijajah kapitalis global dapat dibebaskan dari penindasan.

Strategi Islam dalam Membebaskan Palestina

Kelaparan di Palestina diciptakan oleh Yahudi untuk menggenosida muslim secara perlahan. Berbagai bantuan kemanusiaan yang datang diblokade oleh Yahudi. Kaum muslim yang datang ke sana untuk membantu kaum muslim dihalangi walaupun hanya sekadar bantuan kemanusiaan. Seharusnya ini menyadarkan kaum muslim, menyelesaikan masalah Palestina tidak cukup hanya karena dorongan kemanusiaan tetapi harus berdasarkan syariat Islam. 

Solusi Islam untuk menyelesaikan masalah Palestina tidak hanya mengirim obat-obatan dan makanan saja, tetapi juga dengan melenyapkan penjajahan yang ada di sana. Satu-satunya cara untuk melenyapkan Zion!s adalah dengan berjihad mengerahkan segala daya upaya untuk melumpuhkan Zion!s. Faktanya, tidak ada satu pun yang berani memobilisasi militer untuk berjihad mengusir penjajah Yahudi dari Palestina. 

Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran politik, yakni umat Islam harus menyadari pentingnya Islam politik yang memimpin dan mengakomodasi jihad melenyapkan penjajah Yahudi dari negeri-negeri muslim. Di sinilah butuh keberanian umat Islam untuk berjuang mendukung dakwah Islam kaffah dan Khilafah yang sesuai tuntunan kenabian. Dakwah ini menjadi wajib bagi kaum muslim karena khilafah belum tegak kembali di dunia. Meninggalkan dakwah ini adalah dosa jariyah yang akan dituntut Allah Swt. besok di yaumul hisab.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pertama. Kemerdekaan hakiki Palestina tidak bisa diraih dengan melucuti senjata Hamas dan menyerahkan Gaza ke otoritas Palestina. Namun, dengan menegakkan sistem khilafah, sehingga syariat Islam dapat diterapkan dalam segala aspek dunia. Hanya khilafah yang mampu menyatukan umat Islam dan mengakomodir pasukan untuk membebaskan Al-Quds dari penjajahan Yahudi selama ratusan tahun. Sudah saatnya umat Islam memiliki kesadaran akan pentingnya hadirnya khilafah. Mereka yang benci dan takut akan kembalinya siste Islam tidak lebih dari kacung Barat yang akan ditumbalkan setiap saat untuk kepentingan jahat kapitalis global.

Kedua. Desakan negara-negara Arab maupun Eropa agar Hamas menyerahkan Gaza ke otoritas Palestina tidak akan bisa mengakhiri penjajahan di Palestina. Karena sel kanker Israel itu masih hidup dan terus dilestarikan oleh Amerika dan sekutunya. Dampak terhadap aspek politik adalah makin lemahnya posisi muslim Palestina di mata dunia. Apabila kaum muslim menyerahkan solusi Palestina kepada negeri-negeri Arab yang telah berkhianat kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya, maka kondisi muslim akan terus terjajah di semua wilayah. 

Ketiga. Dibutuhkan kesadaran politik, yakni umat Islam harus menyadari pentingnya Islam politik yang memimpin dan mengakomodasi jihad melenyapkan penjajah Yahudi dari negeri-negeri muslim. Di sinilah butuh keberanian umat Islam untuk berjuang mendukung dakwah Islam kaffah dan Khilafah yang sesuai tuntunan kenabian. Dakwah ini menjadi wajib bagi kaum muslim karena khilafah belum tegak kembali di dunia. Meninggalkan dakwah ini adalah dosa jariyah yang akan dituntut Allah Swt. besok di yaumul hisab.

Oleh. Ika Mawarningtyas (Direktur Mutiara Umat Institute) 

MATERI KULIAH ONLINE UNIOL 4.0 DIPONOROGO. Rabu, 6 Agustus 2025. Di bawah asuhan Prof. Dr. Suteki, S.H., M. Hum. #Lamrad #LiveOpperessedOrRiseAgainst

Opini

×
Berita Terbaru Update