Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kurikulum Cinta, Sebenarnya Tidak Cinta pada Islam

Senin, 04 Agustus 2025 | 09:34 WIB Last Updated 2025-08-04T02:34:26Z

TintaSiyasi.id -- Kementerian Agama Republik Indonesia Nasaruddin Umar, resmi meluncurkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) sebagai wajah baru pendidikan Islam, di Asrama Haji Sudiang, Makassar, pada Kamis 24 Juli 2025, malam. Menurutnya KBC sebagai langkah transformasi besar dalam ekosistem pendidikan nasional yang lebih humanis, inklusif, dan spiritual.

Nasaruddin Umar menyebut KBC hadir sebagai respon terhadap krisis kemanusiaan, intoleransi, dan degradasi lingkungan yang menurutnya semakin mengkhawatirkan. Bahkan KCB ini akan diimplementasikan secara bertahap melalui berbagai skema pelatihan, termasuk pelatihan daring melalui berbagai platfrom. (Republika, 26 Juli 2025)

KBC ini tidak hanya digunakan di sekolah madrasah saja, tapi seluruh sekolah baik swasta maupun negeri, dari TK sampai perguruan tinggi. Hal ini mereka yakini akan berdampak positif bagi perkembangan peserta didik. Selain membentuk generasi yang toleransi dan membentuk kepribadian yang inklusif.

Sekilas kurikulum cinta ini, dari namanya saja nampak menawarkan gagasan sangat baik, apalagi untuk kepentingan negeri ini. Tapi benarkah demikian? Ternyata tidak sama sekali. Sebab kurikulum cinta yang dimaksud adalah cinta kepada kemaksiatan, cinta kepada apa yang Allah dan rasul-Nya larang. Sebab, kurikulumnya mengajarkan umat Islam 'wajib' meyakini kebenaran semua agama (pluralisme), sementara Islam hanya mengakui hanya Islamlah agama satu-satunya yang benar.

Bukan hanya itu, KBC juga seperti mengajak kepada kemaksiatan dan mengajak kepada kebencian terhadap ajaran Islam. Seperti, melarang sekolah untuk mengadakan kajian Islam kaffah dalam bentuk negara. Mendiskriminasi ajaran khilafah dan jihad disebut sebagai ajaran yang radikal dan benih bagi tindakan teroris. 

Karena itu, ada bahaya yang mengancam jika kurikulum ini diterapkan, diantaranya adalah deradikalisasi sejak dini, dengan segala macam bentuknya. Kurikulum ini juga mengajarkan generasi Muslim untuk bersikap keras kepada saudaranya sesama Muslim dan lemah lembut kepada non-Muslim. 

Pluralisme memiliki konsep meyakini semua agama sama-sama benar, bahkan Muslim yang menjalankan syariat Islam kaffah akan diberi lebel radikal dan ekstrim, dipersekusi, dimusuhi, pengajiannya dibubarkan dan lain sebagainya. Dan ini sangat tampak saat ini terjadi sesama kaum Muslim.  

Sementara untuk non Muslim mereka diperlakukan begitu hormat, sangat lembut dan santun, rumah ibadahnya dijaga saat ada acara keagamaan dan sebagainya. Ini adalah salah kaprah dalam pemahaman isi kurikulum KBC yang tidak jelas arah dari basis cintanya. Jika memang cinta pada Islam terapkan ajaran Islam secara menyeluruh tanpa tebang pilih. 

Ajaran kurikulum berbasis cinta ini mengajarkan mencintai semua manusia siapapun dia manusianya baik dia pembunuh umat Islam, penista agama. Bahkan toleransi yang seharusnya kita cukup membiarkan saja mereka beribadah, tapi malah ikut menjaga ibadahnya dan ikut merayakannya. Ini adalah toleransi yang salah kaprah dalam kurikulum berbasis cinta. Tidak ada nilai-nilai Islam yang diambil dari kurikulum berbasis cinta ini semua asasnya tidak jelas dan tidak berlandaskan pada nilai-nilai Islam yang benar.

Kurikulum ini sangat inklusif, menerima semua agama, agama semua benar, mengajarkan kebaikan dan sebagainya. Ini adalah pernyataan sangat keliru, Islam sudah mengajarkan pada kita tentang menghormati agama lain. Dalam QS. Al- Kafirun, ayat 6. “Bagimu agamamu, bagiku agamaku”. Seharusnya saling menghormati dalam menjalankan agama bukan kita ikut dalam keyakinan mereka.

Dan sebagai Muslim kita harus punya keyakinan bahwa Islamlah ajaran yang benar, tanpa merendahkan keyakinan yang lain. Tampak jelas juga dalam QS. Ali Imran ayat 19. “Sesungguhnya agama yang diridhai Allah adalah Islam.” Maka kita harus pegang teguh komitmen ini sebagai umat Islam. Jangan menganggap semua agama adalah sama itu adalah pemikiran yang sesat dan menyesatkan.
Dan dipertegas oleh Allah bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dalam QS. Ali Imran ayat 85, “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya dan dia diakhirat orang-orang yang rugi.”

Seorang Muslim seharusnya punya keyakinan yang kuat pada agamanya yaitu Islam. Islam adalah agama yang benar itu harus dijunjung tinggi oleh seorang Muslim. Dan inilah yang harus ditanamkan kepada generasi umat saat ini agar mereka tumbuh menjadi Muslim yang sejati cinta pada Islam. Akan lahir generasi yang terbaik untuk peradaban Islam. Ini hanya terwujud dengan adanya sebuah negara yang menerapkan sistem Islam.

Negara akan menerapkan Islam secara sempurna akan melahirkan generasi yang faqih fiddin, dan berjiwa pemimpin, bukan kukikulun berbasis cinta yang sarat dengan ide pluralisme. Umat butuh saat ini kurikulum berbasis Islam yang akan menjaga akidah umat Islam agar terhindar dari pemahaman yang salah dari ide sekulerisme yang akan melahirkan generasi salah kaprah dalam memahami Islam.

Negara punya kewajiban menjaga akidah umatnya, menjadikan akidah Islam sebagai asas dalam kehidupan. Apalagi dunia pendidikan yang merupakan bidang yang strategis bagi masa depan bangsa. Maka negara betul-betul hadir dalam menjaganya dengan baik dan benar. Negara sebagai tonggak kemuliaan dengan penerapan Islam kaffah agar semua terlaksana sesuai dengan ketentuan syariat islam.

Bila akidah umat kuat dan tangguh, maka mereka akan totalitas kepada syariat Islam. Sehingga, mampu menyelesaikan seluruh permasalahan dalam kehidupannya, dan negara hadir dalam mengawasinya dalam penerapan Islam. Maka, rahmatan lil alamin itu suatu keniscayaan akan terwujud. Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Nanti Manik, M.Pd.
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update