Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Deklarasi New York, UIY: Kenapa Tidak Mengutuk Semua Kejahatan Zionis Israel

Sabtu, 23 Agustus 2025 | 04:37 WIB Last Updated 2025-08-22T21:37:55Z

Tintasiyasi.ID -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) mempertanyakan mengapa negara-negara peserta Konferensi New York tak pernah mengutuk semua kejahatan yang dilakukan oleh Zionis Israel.

 

“Jadi ini sesuatu yang sangat tidak fair. Mereka mengutuk serangan Oktober 2023, tetapi mereka tak pernah mengutuk semua kejahatan yang dilakukan oleh Zionis Israel,” ungkapnya pada diskusi Deklarasi New York: Drama Pencitraan, Solusi Palsu untuk Palestina di kanal YouTube Focus to The Point, Jumat (15/08/2025).

 

UIY menyatakan jika Palestina itu sudah tidak punya angkatan bersenjata. “Mereka jika pun ada kekuatan bersenjata itu ya milisi, begitulah,” ujarnya.

 

“Kalau milisi ini dilucuti, kan mereka sama sekali enggak punya apa-apa. Kalau enggak punya apa-apa itu di depannya ada musuh yang sangat sadis begitu, itu kan seperti  menyerahkan leher kita ke tukang jagal,” sebutnya geram.

 

Anggap serangan Hamas ke Israel itu, lanjutnya, sebagai sebuah kejahatan. “Lah, apa yang semua dilakukan oleh Zionis Israel atas Palestina itu apa bukan kejahatan? Kenapa bukan itu yang dikutuk?,” kecamnya.

 

Dan itu sejak 1948, bahkan berdirinya Israel itu sendiri, UIY nilai juga sesuatu yang semestinya juga harus dikutuk.

 

Ia juga menyesalkan, kenapa sejak beberapa tahun terakhir itu diplomasi luar negeri Indonesia, khususnya menyangkut Palestina, kalau boleh disebut itu mengalami kemunduran.

 

“Dulu itu tegas Indonesia mengatakan, ‘Bahwa apa yang terjadi di Palestina itu adalah penjajahan.’ Itu pernah saya baca dalam pernyataan resmi di web Kementerian Luar Negeri dan itu benar, tetapi sekarang itu tak ada lagi pernyataan seperti itu,” telusurnya.

 

“Nah, itu menunjukkan dari kesadaran substansi persoalan penjajahan menjadi bukan penjajahan itu kan kemunduran?” tanyanya.

 

Sebab, sebutnya, ketika tidak lagi dianggap penjajahan, artinya menerima okupasi itu. “Ibarat kata dulu kita menerima kehadiran Belanda di negeri kita dan menyerahkan bagian dari wilayah kita ke Belanda,” sebutnya menganalogikan.

 

“Apalagi sekarang mendorong atau ikut setuju dalam two-state solution? Itu artinya kita melegitimasi keberadaan penjajah atas wilayah yang dijajah, dikuasai, dan yang dirampasnya,” tegasnya.

 

Kemudian ia melanjutkan, sangat memprihatinkan ketika ikut-ikutan mengutuk Hamas. “Sedangkan kita dulu itu selalu diberitahu, ditanamkan, bahwa Indonesia itu berjuang karena Indonesia bisa merdeka berjuang melawan penjajah,” bebernya.

 

“Itu kan sesuatu yang ditanamkan terus-menerus kepada kita. Keberanian untuk kita itu tak berhenti melawan penjajah, tetapi untuk melawan apa pun sampai dikatakan meski hanya punya bambu runcing sekalipun. Lalu kenapa untuk hal serupa kita justru berbalik 180 derajat bukan mendukung, malah mengutuk?” herannya.

 

“Loh, ada apa dengan kita? Bukankah mereka juga tengah berjuang untuk melawan penjajah? Mestinya kan didukung. Kalaulah umpamanya tak bisa mendukung, mestinya jangan mengecam,” lugasnya.

 

UIY mengatakan, kalaulah bisa memberikan bantuan, mending diam. “Itu batas yang paling minimal. Walau diam itu sendiri juga salah, karena ada kezaliman itu kita tidak boleh diam gitu,” tuturnya.

 

“Harusnya kita melakukan sesuatu, tetapi anggaplah misalnya, batas minimalnya itu diam. Itu masih lebih bagus daripada ikut menyerang dan ikut mengecam,” tandasnya.[] Titin Hanggasari

Opini

×
Berita Terbaru Update