Tintasiyasi.ID -- Aktivis Muslim Malaysia Ustaz Abdul Hakim Othman menyatakan bahwa ukuran kebenaran bukan angka, melainkan Al-Qur'an dan sunah.
“Ukuran kebenaran bukan angka. Lalu apa ukuran kebenarannya? Ukuran
kebenaran, ukuran al-hak, ada dalam Islam, dalam Al-Qur'an dan Sunah. Itulah
ukuran kebenaran,” ujarnya dalam acara Kupas Tuntas bersama Juru Cakap
HTM bertajuk Apakah Angka Ukuran Kebenaran dan Kemenangan?, Jumat (01/08/2025).
“Artinya, selama perjuangan mereka sejalan dengan kebenaran, sejalan
dengan Al-Qur'an dan sunah, maka mereka berjuang di jalan yang benar,” lugasnya.
Ia menjelaskan bahwa jumlah anggota suatu partai atau jumlah peserta
kegiatan yang mereka selenggarakan bukanlah penentu kebenaran.
"Apa pun kegiatan yang mereka selenggarakan, baik yang diterima
maupun tidak, baik yang hadir sepuluh orang maupun 10.000 orang, selama apa
yang mereka sampaikan dalam kegiatan tersebut sesuai dengan kebenaran, sesuai
dengan Al-Qur'an dan sunah, maka mereka berada di jalan kebenaran,"
ujarnya.
Ia melanjutkan, partai politik merasa benar dan perjuangannya benar
ketika banyak orang datang untuk mendukung program mereka.
“Pertanyaannya, apakah ukuran kebenaran terletak pada jumlah anggota,
jumlah peserta yang ikut demonstrasi, dan peserta yang terlibat dalam kegiatan,
ataukah ukuran kebenaran terletak pada hakikat perjuangannya?” soalnya.
Ia mencontohkan perjuangan kelompok-kelompok liberal yang ada di
Malaysia, termasuk kelompok LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender). “Mereka
pun berjuang hingga kegiatan mereka mendapat respons yang besar, bahkan
melebihi ceramah-ceramah keagamaan di surau atau masjid,” sebutnya.
“Jadi, dengan jumlah peserta yang begitu besar, apakah kaum LGBT bisa
dikatakan benar karena banyak yang berpartisipasi?” tanyanya.
Ia menjelaskan bahwa meskipun kelompok LGBT memiliki banyak pengikut,
baik di Malaysia maupun di luar negeri, hal itu tidak menunjukkan bahwa
perjuangan mereka benar.
“Jadi yang kita lihat adalah hakikat (isi) perjuangannya, tidak melihat
jumlahnya,” tegasnya.
Ia berpendapat bahwa partai politik Islam perlu memiliki pola pikir yang
benar dan mengemukakan alasan-alasan yang benar.
Ketika ada partai politik Islam yang menjalankan kegiatannya, lanjutnya,
namun tidak mendapat respons besar, mereka tetap harus berbangga karena apa
yang mereka lakukan sesuai dengan syariat Islam.
“Jadi, seharusnya bagi partai politik Islam, jika mereka ingin
berbangga, mereka ingin berbangga dengan apa yang mereka lakukan, mereka
seharusnya berbangga jika mereka melakukan kegiatan yang sejalan dengan Islam
dan mendapat banyak dukungan. Mereka boleh berbangga,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa jika partai politik Islam telah melakukan hal yang
benar tetapi jumlah kehadirannya sedikit, itu bukan lagi kewenangan mereka. “Yang
penting adalah mereka menyampaikan hal yang benar,” tegasnya.
“Daripada kita menyampaikan hal-hal yang bohong, melakukan hal-hal yang
salah, melakukan hal-hal yang menyimpang dari Al-Qur'an dan sunah, mendapatkan
banyak dukungan, tidak ada gunanya kita berbangga dengan jumlah kehadiran yang
besar,” ujarnya.
Namun, ia menyatakan bahwa juga tidak boleh meremehkan atau menyepelekan
jumlah yang besar.
“Jumlah yang besar memang dibutuhkan dalam perjuangan ini, bukan tidak
perlu, bukan tidak penting. Penting dan perlu. Tetapi itu bukanlah ukuran
kebenaran dan juga bukan ukuran kemenangan,” pungkasnya.[] Syamsiyah Jamil