Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Beramal, Berkeshalihan, Berkeikhlasan, dan Berendah Hati: Jalan Sulit Menuju Derajat Tinggi

Sabtu, 02 Agustus 2025 | 03:28 WIB Last Updated 2025-08-01T20:28:11Z

Tintasiyasi.ID-- "Jalan ini berat, tapi justru karena itulah ia penuh kemuliaan."

Pendahuluan: Jalan Hidup yang Tak Ringan

Hidup bukan semata soal rutinitas dan pencapaian duniawi. Ada perjalanan batin yang jauh lebih penting—yang menentukan siapa kita di hadapan Allah. Dalam perjalanan itu, kita dihadapkan pada empat pilar utama: beramal, berkeshalihan, berkeikhlasan, dan berendah hati. Keempatnya tak mudah. Tak satu pun dari mereka bisa dicapai tanpa perjuangan yang terus-menerus. Namun, justru karena berat, maka nilainya agung di sisi Allah.

1. Beramal: Langkah Pertama Menuju Pintu Rahmat

Islam bukan hanya agama keyakinan, tapi juga agama amal. Iman tanpa amal ibarat pohon tanpa buah. Allah ﷻ berfirman:
"Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik..." (QS. An-Nahl: 97)
Amal bukan hanya ibadah mahdhah seperti salat dan puasa. Ia meliputi segala bentuk kebaikan yang dilakukan dengan niat lillah. 

Senyum tulus, memberi makan, menahan amarah, menolong sesama, bahkan diam yang menahan lisan dari dosa—semuanya adalah amal.

Namun, amal tak berdiri sendiri. Ia harus dilandasi keshalihan, keikhlasan, dan kerendahan hati agar bernilai di sisi Allah. Sebab banyak orang beramal, tapi hanya sedikit yang diterima amalnya.

2. Berkeshalihan: Bukan Sekadar Tampil Baik, Tapi Menjadi Baik

Keshalihan sejati lahir dari konsistensi dalam menjalani kebaikan, baik ketika dilihat maupun tidak dilihat orang. Ia bukan pencitraan, bukan topeng sosial. Keshalihan adalah cahaya yang terpancar dari hati yang lurus dan hidup yang disiplin dalam ketaatan.

Keshalihan juga bukan tujuan akhir, melainkan proses seumur hidup. Orang shalih tetap berjuang setiap hari melawan hawa nafsu, memperbaiki diri, memperbanyak amal, dan menutup celah-celah dosa.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian." (HR. Muslim)

3. Berkeikhlasan: Inti dari Semua Amal

Ikhlas adalah ruh dari setiap amal. Tanpanya, semua kebaikan bisa kosong makna dan hilang nilai di sisi Allah. Ikhlas berarti mengharap ridha Allah semata, tanpa mengharap pujian manusia, tanpa mencari pengakuan, apalagi imbalan duniawi.
Ikhlas juga menuntut kita bersih dari riya, sum’ah, dan ujub. Ini bukan perkara ringan. Bahkan ulama seperti Sufyan ats-Tsauri mengatakan:

"Aku tidak pernah mengobati sesuatu yang lebih sulit daripada niatku sendiri. Karena ia senantiasa berubah-ubah."

Karenanya, keikhlasan adalah jihad batin. Ia bukan kondisi statis, tapi proses dinamis yang terus diperjuangkan. Dan Allah tahu siapa yang benar-benar ikhlas.

4. Berendah Hati: Mahkota Orang Beriman

Rendah hati bukan kelemahan. Justru ia adalah tanda kekuatan spiritual yang matang. Orang yang rendah hati sadar bahwa semua kebaikan yang ia miliki adalah karunia Allah. Ia tidak sombong dengan amalnya, tidak merasa lebih baik dari yang lain, dan tidak meremehkan siapa pun.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya." (HR. Muslim)

Berendah hati menjadikan kita terbuka untuk terus belajar, siap menerima nasihat, dan mampu membesarkan orang lain tanpa takut kehilangan posisi. Sikap ini sangat langka di zaman pencitraan dan popularitas seperti sekarang, tapi justru karena itulah ia sangat bernilai.

Mengapa Empat Hal Ini Berat?

Karena semuanya bertentangan dengan hawa nafsu. Nafsu ingin dipuji, ingin tampil, ingin dikenal, ingin diutamakan. Tapi amal, keshalihan, keikhlasan, dan kerendahan hati justru menuntut kita untuk mengorbankan ego.

Namun, Allah tidak menyia-nyiakan perjuangan hamba-Nya. Setiap langkah yang berat, setiap tetes air mata mujahadah, setiap penolakan terhadap keinginan duniawi—semuanya akan dibalas dengan limpahan pahala dan kemuliaan abadi.

Penutup: Meski Berat, Tetap Harus Dimulai

Mari kita sadari: jalan ini memang berat, tapi ia harus dimulai. Jangan tunggu sempurna, karena kesempurnaan bukan syarat untuk memulai. Justru dari memulai, Allah akan membimbing. 

Langkah kecil hari ini bisa menjadi awal dari transformasi besar esok hari.

Mulailah beramal—seikhlas mungkin.
Berusahalah menjadi shalih—meski pelan.
Jaga hati agar bersih—meski sering jatuh bangun.
Dan tundukkanlah ego—meski kadang terasa pahit.
Karena di ujung jalan ini, ada ridha Allah. Dan itu cukup.

"Ya Allah, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang beramal dengan ikhlas, bersungguh-sungguh dalam keshalihan, tawadhu’ dalam bersikap, dan istiqamah di jalan-Mu, meski berat, meski lambat, meski sepi dari sorotan manusia."

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.  (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update