TintaSiyasi.id -- Merespons event olahraga running yang membagi-bagikan minuman keras kepada para peserta, Pengamat Sosial dan Politik Ustaz Iwan Januar, mengatakan, wajah sekularisme ketika agama dipandang urusan privat.
"Beginilah potret negeri walaupun muslim mayoritas (penduduknya), tetapi asasnya sekularisme ketika agama cuma dipandang sebagai urusan privat, urusan ibadah maka persoalan olahraga, moralitas, makan minum dianggap tidak perlu aturan agama dan itu terjadi dimana-mana, tidak heran kalau ada kejadian seperti ini," ungkapnya di akun TikTok iwanjanuar, Rabu (23/7/2025).
Ia mengatakan, umat Islam sudah sepantasnya membubarkan sekularisme, menolak paham sekularisme dan bertindak menurut paham sekularisme karena membahayakan kita kaum muslim dan jelas-jelas merusak agama, jadi tolak sekularisme.
Ia mengatakan, bagi-bagi minuman keras termasuk pelarangan peraturan daerah.
"Selain melanggar aturan Pemda yang melarang peredaran miras selain ditempat-tempat tertentu juga tentu melanggar aturan agama, saya menduga kuat bahwa teman-teman yang ada di komunitas ini juga ada yang membernya Muslim, apa enggak kalian melakukan protes keras pada pengurus atau mereka yang terlibat dalam pemberian minuman keras ini mbok ya protes," cecarnya.
Ia menjelaskan, jika peserta dominan bukan muslim tidak ada masalah, bukan urusan, tetapi, karena dominan pesertanya muslim, tinggal di negeri yang mayoritas muslim dan juga anggota komunitas muslim kok bisa enggak kepikiran bahwa panitia itu membagi minuman yang secara agama itu adalah haram.
Ia membandingkan dengan club sepak bola Eropa yang menghormati peserta Muslim.
"Club sepak bola di luar negeri di Eropa seperti liga Inggris setiap kali perayaan kemenangan atau juara maka banyak club yang mereka menghormati peserta yang muslim, mereka mengizinkan para pemain yang muslim untuk tidak ikut dalam perayaan sampanye atau ada beberapa club yang mereka sampai menyediakan sampanye yang tidak ada alkohol agar bisa ramai-ramai merayakan kemenangan club mereka," ungkapnya.
"Jadi kalau diluar negeri saja mereka sudah begitu hormat, toleran pada pemain yang muslim jadi aneh kalau di negeri yang muslim mayoritas ada orang yang mereka justru tidak menghargai tidak menghormati kebebasan beragama buat orang lain kan tidak logis," pungkasnya. [] Alfia Purwanti