Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Momentum Muharram: Saatnya Umat Bangkit dengan Kesadaran Hakiki

Jumat, 04 Juli 2025 | 20:17 WIB Last Updated 2025-07-04T13:17:33Z

Tintasiyasi.id.com -- Awal tahun baru Islam yang dimulai pada 1 Muharram menjadi momen berharga untuk merenung, memperkuat keimanan, dan meningkatkan ibadah. Tahun 2025, 1 Muharram 1447 H jatuh pada Jumat, 27 Juni, pertanda mulanya tahun baru Hijriah yang penuh nilai spiritual. 

Muharram juga dikenal sebagai salah satu bulan terbaik untuk menjalankan puasa sunnah, khususnya pada 9 dan 10 Muharram atau yang dikenal sebagai hari Tasua dan Asyura, bertepatan dengan 5 dan 6 Juli 2025. 

Momentum ini tidak sekadar pergantian kalender, melainkan ajakan untuk melakukan hijrah menuju kehidupan yang lebih mendekat kepada Allah dengan ketakwaan yang lebih kuat (Antaranews.com 21/06/2025).

Menjelang berakhirnya tahun 1446 Hijriah, khatib khutbah mengajak umat Islam untuk melakukan introspeksi diri sebagai persiapan menyambut tahun baru 1447 Hijriah dengan pribadi yang lebih baik.

Seruan ini disertai ajakan untuk memperbaharui taubat, mengevaluasi kualitas ibadah serta kesalahan yang telah dilakukan selama setahun, dan terus istiqomah dalam memohon ampunan kepada Allah.

Memasuki bulan Muharram, khutbah juga menekankan pentingnya peningkatan takwa melalui amal saleh dan pembenahan diri secara terus-menerus agar tidak stagnan, melainkan semakin bertumbuh secara spiritual.

Maka dari itu, pergantian tahun Hijriah menjadi momen muhasabah yang bermakna, untuk memperbaiki diri dan menata hati menuju kehidupan yang lebih taat dan penuh semangat hijrah (Liputan6.com 21/06/2025).

Tahun baru Islam kembali hadir di tengah kondisi masyarakat yang dihadapi dengan berbagai persoalan umat Islam, dimana nasib umat kian hari kian terpuruk. Genosida terhadap rakyat Palestina masih berlangsung tanpa henti, sementara para penguasa negeri-negeri Muslim justru memilih bungkam atau bahkan berkhianat terhadap perjuangan saudaranya sendiri. 

Di tengah situasi ini, semestinya kita kembali meneladani spirit hijrah Rasulullah ﷺsebuah perjalanan agung yang penuh dengan pengorbanan, strategi, dan keteguhan iman. Hijrah bukan sekadar perpindahan fisik dari Makkah ke Madinah, tapi adalah transformasi besar menuju peradaban Islam yang mulia.

Rasulullah dan para sahabat menghadapi tekanan, siksaan, bahkan ancaman pembunuhan, namun mereka tetap teguh memperjuangkan risalah Islam demi tegaknya kehidupan yang diatur oleh wahyu. 

Sementara umat hari ini dipenuhi konflik, penjajahan, kemiskinan, dan kehancuran moral, seharusnya ini menjadi cambuk untuk kembali meneladani semangat hijrah—meninggalkan sistem jahiliah menuju kebangkitan Islam yang hakiki.

Tahun baru Hijriah seharusnya bukan sekadar seremoni, tapi momentum perubahan menyeluruh agar umat kembali bersatu, bangkit, dan memperjuangkan kejayaan Islam sebagaimana dahulu Rasulullah menegakkan Islam di Madinah dengan dakwah dan kepemimpinan yang visioner.

Tahun baru Islam seharusnya menjadi momen penting untuk introspeksi mendalam bagi umat Islam di seluruh dunia. Peristiwa hijrah Rasulullah ﷺ bukan hanya sekadar perpindahan tempat, tetapi merupakan titik balik dari fase penindasan menuju kemuliaan, ketika umat Islam bersatu di bawah kepemimpinan Rasul dan kemudian di bawah naungan Daulah Islam. 

Dalam sistem itu, kaum Muslim hidup sejahtera, teratur di bawah syariat Allah, dan Islam menyebar luas ke berbagai penjuru dunia, membawa rahmat bagi seluruh alam sebagaimana mestinya.

Realitas hari ini sangat kontras dengan predikat sebagai khayru ummah (umat terbaik) tidak lagi tampak dalam kehidupannya. Kita melihat genosida seperti yang terjadi di Palestina, krisis di berbagai negeri Muslim, dan keterpecahan yang akut di antara kaum Muslimin.

Umat Islam hari ini berada dalam keterpurukan yang mendalam, kehilangan arah dan kemuliaan yang pernah mereka miliki. Dalam firmannya TQS Thaha : 124 Allah telah menjanjikan kehidupan yang sempit bagi siapa saja yang berpaling dari petunjuk-Nya, dan inilah yang nyata hari ini.

Keterjauhan dari aturan Allah menjadi akar utama dari berbagai problematika umat baik politik, ekonomi, sosial, maupun moral. Umat telah lama mengganti hukum-hukum Islam dengan sistem buatan manusia yang rapuh dan menzalimi.

Maka, refleksi tahun baru Islam bukan sekadar ajakan untuk memperbaiki diri secara individu, tapi juga menyerukan kembalinya umat ini kepada aturan Islam secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan.

Hijrah yang sejati hari ini bukan hanya meninggalkan maksiat menuju ketaatan, tapi juga meninggalkan sistem jahiliah menuju penerapan syariat secara kaffah, sebagaimana dicontohkan Rasulullah saat membangun masyarakat Islam pertama di Madinah.

Satu-satunya jalan untuk meraih kembali kemuliaan umat yang telah hilang adalah dengan kembali kepada aturan Allah dan menerapkannya secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan baik individu, masyarakat, maupun negara.

Umat harus disadarkan bahwa selama ini mereka hidup jauh dari syariat Islam, dan bahwa hanya dengan tegaknya sistem Islam yang paripurna lah umat dapat keluar dari keterpurukan. Dalam hal ini, keberadaan Khilafah sebagai institusi politik Islam yang akan menjadi junnah (perisai) bagi umat sangatlah mendesak.

Khilafah adalah sistem yang diwariskan Rasulullah ﷺ dan diteruskan oleh para khalifah setelahnya, yang mempersatukan umat, menjaga kehormatan Islam, serta menegakkan keadilan di muka bumi.

Karena itu, umat Islam harus disadarkan kembali akan jati dirinya sebagai muslim sejati bukan sekadar dalam identitas, tetapi juga dalam ketaatan total terhadap seluruh perintah Allah SWT.

Penyadaran ini tidak bisa berjalan tanpa adanya bimbingan dan kepemimpinan dari jamaah dakwah yang tulus, ideologis, dan istiqamah dalam memperjuangkan tegaknya syariat Islam di bawah naungan Khilafah. 

Jamaah inilah yang akan membina umat, membangkitkan kesadaran politik umat, dan mengarahkan perjuangan agar kembali terikat dengan visi agung Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. 

Maka, momentum tahun baru Hijriah ini harus dijadikan titik tolak untuk hijrah secara total dari sistem buatan manusia menuju sistem Ilahi yang diridhai Allah, sebagai satu-satunya jalan untuk mengembalikan kemuliaan umat Islam di dunia dan akhirat.[]

Oleh: Salmia Atika Desri
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update