TintaSiyasi.id -- “Orang yang banyak shalat pada malam hari, pasti indah pancaran wajahnya pada siang hari.”
Ibnu Athaillah as-Sakandari
Pendahuluan: Mencari Kecantikan yang Sejati
Di zaman ini, manusia mengejar cahaya palsu dengan kosmetik, filter, dan operasi kecantikan. Mereka berusaha menampilkan wajah yang sempurna di hadapan manusia, tetapi melupakan bahwa cahaya sejati lahir dari kedekatan dengan Allah. Ibnu Athaillah memberi kita kunci kecantikan yang sesungguhnya, yaitu shalat malam.
Wajah yang memancarkan ketenangan, kewibawaan, dan kedalaman spiritual tidak dibentuk oleh make-up, tetapi oleh air mata di sepertiga malam, ruku’ yang lama, dan sujud yang penuh kerinduan kepada Rabb semesta alam.
1. Shalat Malam: Energi Cahaya bagi Jiwa
Shalat malam bukan sekadar ibadah tambahan, tetapi merupakan puncak keintiman seorang hamba dengan Tuhannya. Dalam sunyi malam, ketika dunia tertidur, seorang hamba yang bangun untuk shalat malam telah menyingkirkan ego dan hawa nafsunya, demi bermunajat di hadapan Allah.
Allah Swt. berfirman:
"Dan pada sebagian malam, bertahajudlah kamu sebagai ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji."
(QS. Al-Isra: 79).
Shalat malam memberikan nur (cahaya) yang memancar ke dalam hati dan keluar ke wajah. Wajah orang yang banyak sujud di malam hari akan memiliki keteduhan, kejernihan, dan kharisma ruhani yang tak bisa dipalsukan.
2. Wajah yang Bercahaya: Simbol Kemenangan Ruhani
Ibnu Athaillah menyebut bahwa orang yang rajin shalat malam akan terlihat indah wajahnya pada siang hari. Ini bukan hanya keindahan fisik, tetapi pancaran ketenangan, kebijaksanaan, dan kasih sayang ilahiah.
Wajah mereka:
• Tidak dipenuhi kegelisahan dunia
• Tidak memancarkan amarah dan kerakusan
• Tapi memancarkan ketenangan hati, lapangnya dada, dan rida kepada Allah
Itulah mengapa para ulama, wali, dan orang-orang shalih meskipun sederhana penampilannya, tetapi disukai, dihormati, dan menenangkan siapa saja yang memandang wajah mereka.
3. Jejak Para Salaf: Cahaya dari Tahajud
Para sahabat dan tabi’in dikenal sebagai ahli tahajud, dan dari merekalah kita melihat teladan nyata:
• Utsman bin Affan berkata, "Seandainya hati kita bersih, maka kita tidak akan pernah kenyang dengan Al-Qur’an." Wajahnya dikenal bercahaya dan teduh karena malamnya selalu diisi dengan Al-Qur'an.
• Imam Abu Hanifah menangis dalam shalat malamnya sampai janggutnya basah karena tangisan rindu kepada Allah
• Imam Syafi’i mengatakan bahwa tahajud adalah senjata mukmin, pengusir penyakit, dan pembuka rezeki
Mereka semua tidak berlomba menjadi cantik atau gagah di depan manusia, tetapi berlomba menjadi indah di hadapan Allah, dan Allah memantulkan keindahan itu kembali ke wajah-wajah mereka.
4. Sebuah Kecantikan yang Menyembuhkan Dunia
Dunia hari ini terluka karena kekeringan spiritual. Banyak yang cantik, tetapi hampa. Banyak yang tampan, tetapi penuh keresahan. Umat butuh sosok-sosok yang meneduhkan, yang bukan hanya indah dilihat, tetapi juga menginspirasi kebaikan.
Shalat malam melahirkan pribadi-pribadi yang hati dan wajahnya bersinar, yang berbicara dengan kelembutan, yang berbuat dengan ketulusan, dan menjalani hidup dengan kebeningan ruhani. Itulah yang disebut oleh Nabi Saw:
"Shalat malam adalah kemuliaan bagi orang mukmin."
(HR. Hakim dan Baihaqi).
5. Bagaimana Memulai Jalan Cahaya Ini?
Untuk mendapatkan cahaya wajah dari shalat malam, kita tidak perlu langsung bangun sepanjang malam. Mulailah dari yang ringan:
• Tidur lebih awal dan niatkan bangun
• Bangun 20 menit sebelum subuh untuk dua rakaat tahajud
• Bacalah doa dan sedikit Al-Qur'an
• Menangislah meski setitik. Jika tak mampu menangis, paksalah hati untuk merasa hina di hadapan-Nya
Lakukan dengan istikamah. Jangan menunggu sempurna untuk memulai, karena cahaya Allah turun kepada yang bersungguh-sungguh.
Penutup: Kecantikan Ruhani Adalah Jalan Keberkahan
Orang yang wajahnya memancarkan cahaya bukan karena ia viral, tetapi karena ia bertemu Allah dalam sepi. Di balik wajah-wajah yang bercahaya itu, tersembunyi sujud yang panjang, doa yang lirih, dan hati yang tulus.
Jangan kejar pujian manusia, kejar tatapan ridha Allah.
Jangan sibuk memoles wajah di depan cermin, sibukkanlah dirimu dengan wudhu di malam hari, dan sujud di sepertiga akhir malam.
“Cahaya di wajahmu adalah hadiah dari Allah atas air matamu di malam hari.”
Hikmah kaum arifin
Dr. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo